Laman

Senin, 01 Januari 2018

RAHASIA HURUF HIJAIYAH


1. ALIF : Tidak ada Tuhan selain Dia yg Maha hidup dan Kokoh
2. BA. ; Tetap ada setelah musnah seluruh makhluk-nya
3.TA. ; Yang Maha menerima taubat,menerima taubat dari semua hambanya
4.TSA. ; Yang mengokohkan semua makhluk,dialah yg mengkokohkan orang orang beriman dengan perkataan yg Kokoh dlm kehidupan dunia
5. JIM. ; Keluhuran sebutan dan pujiannya serta suci seluruh nama-nama Nya
6. HA. ; Al Haq Maha hidup dan Penyayang
7. KHA ; Maha mengetahui akan seluruh perbuatan Hambanya
8. DAL. ; Pemberi balasan dihari kiamat
9. DZAL. ; Pemilik segala keagungan dan kemuliaan
10. RA. ; Lemah lembut terhadap hamba" nya
11. Zat. ; Hiasan penggambaran
12. SIN ; Maha mendengar dan melihat
13. SYIN ; Yg disyukuri oleh Hamba-nya
14. SHAD ; Maha benar dlm setiap janjinya
15. SHAD. ; Yang memberi madhorot dan manfaatnya
16. THA. ; Yang suci dan mensucikan
17. Dzha ; yang Maha nampak dan menampakkan seluruh tanda tanda
18. AyN ; Maha mengetahui hamba Hambanya
19. GHOYN ; Tempat mengharap para penggarap dari semua ciptaan nya
20. FA. ; Yang menumbuhkan biji-bijian tumbuh tumbuhan
21. QOF ; Maha kuasa atas segala makhluk nya
22. KAF ; Yg Maha mencukupkan yg tdk ada satupun yg setara dengan-nya dia tdk beranak
dan di peranakan
23. LAM ; Maha lembut terhadap hamba nya
24. MIN ; Pemilik semua kerajan
25. NUN ; Cahaya bagi langit yg bersumber pada cahaya arasnya
26.WAW ; Satu Esa Tempat bergantung semua makhluk dan tdk beranak dan diamalkan
27. HA ; Memberi petunjuk bagi makhluk-nya
28. LAM ALIF ; Tdk ada Tuhan selain Alloh,satu satunya dan tdk ada sekutu baginya
29 .YA ; Tangan Alloh yg terbuka bagi seluruh makhluk nya

ALLAH MEMANDANG HATI


Pada suatu hari, Hasan Al-Basri pergi melawat Habib Ajmi, seorang sufi besar lain. Pada waktu solatnya, Hasan mendengar Ajmi banyak melafazkan bacaan solatnya dengan keliru.
Oleh kerana itu, Hasan memutuskan untuk tidak solat berjamaah dengannya. Ia menganggap kurang layaklah bagi dirinya untuk solat bersama orang yang tak boleh mengucapkan bacaan solat dengan benar.
Di malam harinya, Hasan Al-Basri bermimpi. Ia mendengar Allah berbicara kepadanya:
"Hasan, jika saja kau berdiri di belakang Habib Ajmi dan menunaikan solatmu, kau akan memperoleh keredhaan-Ku, dan solat kamu itu akan memberimu manfaat yang jauh lebih besar daripada seluruh solat dalam hidupmu.
Kau coba mencari kesalahan dalam bacaan solatnya, tapi kau tak melihat kemurnian dan kesucian hatinya. Ketahuilah, Aku lebih menyukai hati yang tulus daripada pengucapan tajwid yang sempurna"
Di zaman sekarang ini sukar sekali kita mencari orang yang benar-benar mempunyai kriteria dekat kepada Allah. Sering kali mata kita tertipu oleh penampilan zahir.
Orang dekat dengan Allah itu adalah para Aulia-Nya, para kekasih-Nya yang beribadah semata-mata untuk mencari keredhaan Allah dan menuntun orang-orang menuju ke hadrat Allah.
Seorang wali Allah dalam kehidupan sehari-hari boleh saja berprofesion sebagai seorang peniaga, petani, ulama' guru sekolah, dan lain-lain. Hanya orang yang diberi petunjuk oleh Allah yang boleh berjumpa dengan wali-Nya.
Mempunyai bacaan benar (tajwid) yang sempurna memang salah satu syarat sah seseorang menjadi imam dalam solat, akan tetapi yang lebih penting adalah bagaimana hatinya boleh terus menerus bersama Allah selama dalam solat.
Ini hal yang sangat pokok, kerana seorang imam akan dipertanggung jawabkan amalan makmum nya di hadapan Allah SWT. Kalau imam sepanjang solat mengingat wanita-wanita cantik, mengenang harta, dan sejuta persoalan hidup, apakah dijadikan dijadikan sebagai imam?
Saya jadi teringat kisah Imam Al-Ghazali yang menjadi imam dalam solat Asar di sebuah masjid, Beliau baru saja mengajarkan hukum thaharah bagi wanita yang haid.
Tanpa disadari fikiran Beliau saat solat teringat kepada wanita yang sedang haid. Salah seorang yang menjadi makmum adalah adik kandung imam al-Ghazali.
Selepas selesai solat adik imam Al-Gazali menegur, "kenapa abang di rakaat kedua mengingat wanita yang sedang haid?"
Imam Al-Ghazali sangat terkejut, selaku orang yang sangat ahli dalam hukum Islam telah hafal Al-Qur'an dan ribuan hadis, telah berpuluh tahun menjadi imam baru sekarang mengetahui kekeliruannya selama ini.
Beliau berkata kepada adiknya, "Tajam sekali mata hatimu, mulai saat ini aku berguru kepada mu"
Imam Al-Ghazali yang terkenal akan ilmu syariatnya, perlu belajar lagi kepada adiknya yang ahli Tarekat, Tasawuf, dan Ahlus Sufi, bagaimana menjadi seorang Imam yang sah.
Lalu bagaimana dengan imam-imam zaman sekarang yang hanya bergantung pada hafalan dan kefasihannya?
Bacaan tetaplah bacaan, hafalan tetaplah hafalan, yang tersimpan dalam otak yang mempunyai dimensi rendah.
Seorang hamba baca, tetaplah akan menjadi hamba baca, kalau pengetahuannya tidak di upgrade.
Semoga tulisan ini menyedarkan kita semua, setelah kita fasih mengalunkan ayat Al-Qur'an, tiba saatnya untuk men-fasih-kan hati dalam mengingati-Nya. Bagaimana caranya?
"Bertanyalah kepada Ahli Zikir bila kamu tidak tahu" (An-Nahl, 43)
Daripada: Istilah Hati

ANA KHOIRU MINHU (saya lebih baik daripada dia/ gue lebih baik dari elo,ente, semuanye deh)

"Ana khoiru minhu" adalah yang diucapkan oleh pemimpin besarku ketika Allah
s.w.t. memerintahkannya menghormat kepada manusia pertama, Adam a.s.
Pemimpinku itu menolak perintahNYA, dan ketika ditanya olehNYA alasan dia
menolak perintah maka dikatakanlah kalimat itu "aku lebih baik daripadanya,
Engkau ciptakan aku dari api sedang dia (Adam) Engkau ciptakan dari tanah"
(QS.Al A'Raaf:12). Kalimat sepotong itu rupanya dahsyat akibatnya, sejak
itulah ia keluar dari nikmat syurgawi, bahkan siksa yang abadi kelak telah dipastikanbaginya.

Dan kami, anak keturunannya, masuk dalam barisannya yang rapih, teratur dan
cerdik penuh tipu-daya, melaksanakan tugas menggelincirkan anak keturunan
manusia. Allah telah mengijinkan kami memperosokkan mereka ke dalam
kehancuran, di dunia dan di akhirat. Jika kalimat itu mengakibatkan raja
kami tak berhak tinggal dalam kenikmatan surga, maka kalimat itu pun akan
dahsyat pula akibatnya ketika kami bisikkan ke dalam hawa nafsu manusia.
Mereka akan meluncur jatuh dari kedudukannya yang paling mulia dibandingkan segala makhluk, menjadi yang bahkan lebih buruk dari hewan.

Aku tiupkan 'ana khoiru minhu' kepada orang-orang tua, sehingga mereka
merasa lebih berharga daripada yang muda-muda.
Seolah dengan menjadi tua
umurnya, maka mereka pasti menguasai kebijaksanaan. Kubantu mereka lupa,
bahwa hikmah datang dengan ilmu, yang mereka usahakan dengan belajar dan
membaca, baik ayat kauniyah ataupun ayat kauliyah. Dan menuntut ilmu agama
tidaklah mudah, kecuali bagi mereka yang sabar dalam kepayahan belajar.

Maka mereka akan lalai, berpuas-diri merasa mulia, menuntut perhormatan dan ketaatan yang berlebihan dari orang-orang muda. Pada puncaknya, mereka tidak merelakan penghormatan itu meninggalkan mereka, maka mereka bunuh potensi orang-orang muda.
Bukankah Fir'aun menjadi contoh yang hebat, dalam membunuh
manusia berpotensi, karena tak rela kedudukannya lepas dari tangannya?

Aku bisikkan 'ana khoiru minhu' kepada orang-orang muda. Tubuh yang kuat dan indah dari orang-orang muda, pikiran yang kuat akan kujadikan awal mereka merasa lebih baik daripada orang-orang tua yang mulai kelihatan lemah.
Aku buat mereka lupa bahwa, di antara orang tua, banyak yang telah melalui
berbagai peristiwa yang menambah hikmah dalam jiwa mereka.
Hikmah yang
menjadi penting bagi keselamatan dan keberhasilan hidup seseorang. Tidak
akan aku biarkan orang muda memetik hikmah itu dari orang-orang tua.
Kutampakkan para orang tua menjadi makhluk lemah tak berguna bagi mereka.
Kupalingkan muka mereka kepada hal-hal yang lebih menarik hawa nafsu.

Bagiku, sangat mudah menipu orang yang diberi banyak harta, agar mereka
memiliki semangat 'ana khoiru minhu'. Menjadi sifat! sebagian manusia,
mereka merasa sedang dimuliakan Allah ketika diberi banyak harta benda (QS.
Al Fajr:15). Tak hentinya kubisikkan dalam kalbu mereka, bahwa mereka lebih
baik daripada yang kurang berharta. Maka hilanglah rasa belas kasih.
Sedangkan tanpa belas kasih, tak akan ada belas kasih yang datang baginya
dari makhluk di bumi dan langit. Maka berkembanglah sifat rakus tak pernah
puas dengan harta, sehingga tidak waspada terhadap cara mencari dan
membelanjakannya. Kubantu mereka lupa bahwa harta adalah cobaan menyenangkan yang dapat dengan sangat gampang mengakibatkan manusia terjatuhkemuliaannya.

Orang miskin dan kurang pun tak kulepaskan dari hawa 'ana khoiru minhu'.
Maka tidak dapatlah ia menerima keputusan Tuhannya, akan pembagian rezki
atau nasib di dunia. Sedangkan perhitungan Allah adalah sangat teliti. Lalu
ia menginginkan kenikmatan hilang dari orang yang dipandangnya lebih bahagia
karena berharta banyak, berkekuasaan, berparas lebih baik atau keadaan yang lebih baik lainnya.
 Ia terkena sifat dengki, menginginkan hilangnya nikmat orang lain, dan juga sifat tidak sabar, serta kufur nikmat.

Ketika semangat 'ana khoiru minhu' ada pada orang yang diberi kekuasaan di
antara umat manusia, maka mereka akan mengambil hak-hak orang lain dengan
tanpa sadar. Seolah hanya orang yang berkuasalah yang berhak hidup senang,
sedang manusia tanpa kekuasaan tidak berhak mendapat kelapangan hidup.
Disingkirkan oleh mereka orang yang tidak sepaham, sedangkan mereka belum
tentubenar.

Tentu aku tak lupa menziarahi orang-orang yang dianggap alim ulama di antara
manusia, dengan membawa 'ana khoiru minhu'.
Maka ia merasa lebih mulia.
Jadilah ia membenci orang yang lebih alim darinya. Kadang jadi lengah pula
ia, karena penghormatan manusia yang berlebihan kepadanya, menjadikannya
merasa bahwa tanpa usaha mendekatkan diri padaNYA pun, Allah telah
membebaskannya dari dosa. Bisa pula dengan ilmu dan kedudukan serta
kepercayaan manusia kepadanya, ia mempermainkan agamaNYA, untuk
kepentingannya. Begitu beraninya ia, karena kubantu ia dengan hembusan "aku
lebih baik dari dia".

Demikianlah, takkan kubiarkan manusia mensyukuri nikmat. Aku selipkan
semangat 'ana khoiru minhu' di setiap nikmat yang diberikan Allah kepada
manusia. Nikmat kesehatan, kepandaian, kekayaan, kecantikan, kekuasaan,
kekuatan.
Maka bukanlah mereka mensyukuri dengan segenap jiwa dan dengan
tindakan mereka, melainkan malah memperbesar semangat 'aku lebih baik dari dia' dalam hati mereka. Demikianlah, setiap nikmat lalu menjadi niqmat
(bencana).

Aku hembuskan 'ana khoiru minhu' di mana-mana. Di antara para ibu yang
sedang berkumpul, sehingga sibuklah mereka mengumpulkan cela orang lain.
Begitu pula di antara perempuan muda, laki-laki muda dan tua, orang pandai,
orang kaya, orang kuat, orang berpengaruh, semua.....

Jika kutelah berhasil menjadikan mereka memandang rendah manusia lain, maka akan lebih mudah jalanku membimbing mereka kepada puncaknya: menolak  kebenaran. Bukankah kaum Yahudi dan Nasrani sulit menerima kebenaran  agamaNYA, hanya karena Nabi yang membawa petunjuk itu berasal dari garis  keturunan Hajar, sang bekas budak. Sedangkan mereka berasal dari garis keturunan yang dipandangnya lebih terhormat: Sarah.

Dan dengan tipuan kami pula maka orang tua, orang muda, orang cantik dan
tampan, orang kaya, orang berkuasa, orang yang dimuliakan, orang yang
dianggap pandai tidak dapat menerima kebenaran yang dibawa oleh orang yang mereka anggap lebih rendah. Pada puncak ini, lengkaplah sudah penyakit utama dalam hati manusia: sifat kibir. Yaitu sifat merendahkan orang lain dan
menolak kebenaran.

Memang, kami tidak cuma cerdik dan pintar merencanakan seribu kelicikan,
tapi kami juga gigih. Ingatkah cerita tentang pendeta Barshisha? Ia yang
selama hidupnya beribadat kepada Allah, di akhir hayatnya menjadi kufur!
sujud di kaki Iblis, setelah menzinai gadis sakit dalam asuhannya, lalu
membunuhnya.

Tapi sayang, usaha kami akan sia-sia belaka terhadap orang-orang yang
mengikatkan seluruh aktifitas kehidupannya hanya untuk mendapat pengakuan
dan keridlaaNYA (QS. Al Hijr:40). Terhadap mereka, tak ada yang dapat kami lakukan. Mereka adalah orang-orang yang di tengah semangat dan kerja-keras selama hidupnya, dalam jiwa mereka hanya 'sepi' berdua: diri mereka dan Allah s.w.t. Jalan mereka kepada kenikmatan hakiki adalah luas dan lapang tanpa penghalang. Di dunia mereka memperoleh ketenangan batin bebas dari ketakutan betapa pun besar kesulitan menghadang (QS.AtTaubah:18), dan di akhirat nikmat abadi telah disediakan (QS. At-Taubah:21-22).

Bagaimana kami bisa menipu orang-orang seperti! ini? Sedangkan malaikat tak
putus berdoa untuk mereka? Sedangkan cinta Allah yang berlebih dilimpahkan
kepada mereka? Mendekatkan pun kami tak mampu. Allah telah bersumpah
menjamin keamanan mereka dari gangguan kamu. Sesungguhnya hamba-hamba-KU tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka kecuali, orang-orang yang mengikutimu yaitu orang-orang yang sesat. (QS. Al Hijr:42)