Laman

Jumat, 04 Agustus 2017

Ilmu Haqiqat

Ilmu Haqiqat
Ali bin Abi Tholib r.a Karamallahu Wajhah berkata : “Tidak Syah Sholat seseorang melainkan dengan Mengenal akan Allah”. Di dalam perjalanan Ma’rifatullah/Mengenal akan Allah maka di mulai dengan Mengenal akan Diri sendiri (Diri yang sebenar-benarnya Diri). Sebab diri yang dikatakan sebenar-benarnya diri itu, yang memiliki hubungan langsung dengan Tuhannya. Tentu bagi mereka yang sudah paham tentang Ma’rifat telah mengetahui yang mana sih…., diri yang harus di kenal itu.
Akan tetapi dari mereka-mereka yang telah kenal akan diri banyak yang tidak menyadari bahwasannya apa yang telah dilaluinya/diketahuinya itu masih sebatas Kulit dalam pandangan Arifbillah. Kenapa demikian..? karena diri yang banyak diketahui oleh sebagian penuntut Ma’rifatullah itu masih terbatas kepada diri yang ada pada dirinya sendiri. Dan ada juga yang terbatas pada pandangannya kepada orang yang diistimewakan dan diagungkannya. Sedangkan Ma’rifat yang sebenarnya dan sesempurna-sesempurnanya adalah Ma’rifat yang Universal, tidak ada batasanya dan tidak terbatasi oleh diri sendiri saja maupun orang tertentu saja. Setiap orang yang berada di dalam lingkaran Ma’rifat merujuk kepada SumberPengetahuan Allah/Sumber Hakikatullah yang di sebut dengan “Nur
Muhammad ”, sebagaimana dalil yang telah dipahami oleh mereka-mereka yang ber paham Ma’rifat bahwa “Nur Muhammad” itu awal-awal dari segala sesuatu.
Dengan Nur itu maka terciptalah Seluruh sekalian Alam beserta isinya. Rosulullah Saw bersabda : “Bahwasannya Allah Swt telah menjadikan akan Ruh -ku daripada Zat-Nya sedangkan sekalian Alam beserta isinya terbit dari pada Nur-ku (Nur Muhammad)”. Sabda Rosulullah Saw yang lain : “Sesungguhnya Aku adalah Bapak sekalian Ruh sedangkan
Adam adalah Bapak dari sekalian batang tubuh (Jasad)”. Dari dalil tersebut telah menguraikan bahwa Hakikat Nur Muhammad itu tidak hanya ada pada satu diri saja melainkan ada pada setiap yang maujud. Sehingga tak terbatas bagi Nur Muhamad itu, melainkan meliputi sekalian Alam termasuk pada diri sendiri.
Jika seseorang mengenal akan Allah melalui Nur-Nya (Nur Muhammad) yang ada pada dirinya sendiri maka belum lah dikatakan mengenal akan Allah yang meliputi sekalian Alam. Begitu juga jika seseorang mengenal akan Allah melalui Nur-Nya (Nur Muhammad) yang ada hanya pada orang-orang tertentu yang diistimewakannnya dan diagungkannya dari diri Ustadz-ustadznya, Guru-gurunya, Syaikhnya ataupun Mursyidnya maka sesungguhnya ia masih terhijab oleh yang sesuatu yang dipandangnya. Rumus dari pada Ma’rifatulah yang sebenarnya dan Universal itu adalah : “Syuhudul Wahdah Fil Katsroh, Syuhudul Katsroh Fil Wahdah”. (Memandang yang Satu (Nur) ada pada yang banyak, memandang yang banyak ada pada yang Satu).
Saya mau katakan bahwa seseorang yang mengenal Allah sebatas pandanganya kepada dirinya sendiri atau orang tertentu yang diistimewakan dan diagungkannya maka mereka itu mengenal akan Allah masih sebatas Kulit saja dari pemahaman Marifatullah yang sesungguhnya. Jika demikian!, bagaimana mungkin ia akan sampai kepada keikhlasan tertinggi dan bagaimana mungkin ia mengatakan telah bertemu dengan Allah sedangan di halaman Istana Allah saja (DARKATUL QUDRAT) ia belum memasukinya, karena masih terdinding/terhijab pandangannya dari sesuatu selain Allah Swt (HAQQUL HAQIQI). Jika anda benar-benar ingin menjumpai Allah dan bertemu dengan Allah (LIQO’) maka lepaskanlah pandangan hatimu dari sesuatu apapun.
Jangan berhenti pada pandangan JAMALULLAH/ KEINDAHAN ALLAH maka niscaya engkau akan mabuk dan takjub di dalamnya.
Pandanganmu akan Hakikat Nur yang ada hanya pada dirimu saja atau yang ada hanya pada orang yang engkau kagumi dan istemawakan saja membuktikan bahwa tanpa engkau sadari engkau telah tenggelam dan mabuk di dalam sifat JAMALULLAH/KEINDAHAN ALLAH. Ketahuilah! Bahwa untuk sampai kepada Allah Swt dengan melalui EMPAT tahapan, yaitu : JALALULLAH (Kebesaran dan Keagungan Allah) JAMALULLAH (Keindahan Allah) QOHARULLAH (Kekerasan/Kepastian Allah) KAMALULLAH (Kesempurna’an Allah) Untuk bisa menaiki tahapan-tahapan tersebut agar sampai kepada KAMALULLAH (KESEMPURNAAN ALLAH), maka wajib baginya Satu Pandangan yaitu Allah Swt tanpa melalui perantara selain Nur Muhammad.
Sedangkan Nur Muhammad itu meliputi setiap yang Maujud termasuk pada diri sendiri. Sehingga yang dikatakan sebenar-benarnya Guru/Mursyid Murobbi adalah Nur Muhammad Rosulullah Saw sebagai pemegang Kunci Pintu Surga/MIFTAHUL JANNAH. Siapapun mereka itu, jika Satu yang di pandang yaitu Allah Swt, melalui Hakikat Nur Muhammad yang meliputi sekalian Alam maka tidak ada sebutan yang pantas baginya selain “ARIFBILLAH”. Jika masih ada pandangan yang terbatas atau dibatasi tentang Hakikat Nur Muhammad itu pada beberapa diri saja maka belumlah pantas baginya menyandang sebutan “ARIFBILLAH” melainkan mereka itu masih di sebut dengan orang yang berada pada “TARIKAT/Perjalanan” menuju kepada Allah. Mursyid Murobbi tidak hanya ada pada satu diri Melainkan Meliputi setiap “Kaun Maujudi” Siapa yang sanggup mematikan Diri Itulah Langkah Awal menuju Diri Sejati
Jangan tertipu dengan apa yang dipandang Karena semuanya hanyalah bayang-bayang Tidak terpisah Al-Haq dengan selayang pandang. Tujulah kepada satu yang ada di dalam pandang. Belumlah dikatakan sebenar-benarnya mengenal. Sebelum engkau mengerti JALAL, JAMAL, QOHAR DAN KAMAL Empat sifat yang maujud dan Nyata pada Nur-Nya. Alif itu menunjukkan akan Zat-Nya Lam Awal adalah ketetapan Sifat-Nya Lam Akhir kenyataan Asma’ Nya Sedangkan Ha adalah bukti dari Af’al-Nya Kesempurnaan Allah dalam keserba meliputannya Pada Muhammad Rosulullah segala rahasianya Sebagai inti dasar dari sekalian alam Menjadi saksi kemaujudannya Alif adalah jati diri Muhammad Kaf itu adalah Ilmu Muhammad Ba’ adalah Kelakuan Muhammad Ro’ itu kehendak pada diri Muhammad Dari situlah Maha Agung Allah Ta’ala Dalam keserba meliputan sekalian Alam Allah dan Muhammad satu Rahasia Menjadi Kalimah ALLAH dan AKBAR Karena itulah Rosulullah bersabda “Agungkanlah dan besarkanlah Kalimah Allah : Allahu Akbar…. Allahu Akbar……
Allahu Akbar Walillahil hamd”.

DOA SUPAYA MEMPEROLEH HUSNUL KHATIMAH

Bismillahirrahmannirahim,
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam untuk Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya.
Husnul khatimah menjadi dambaan kita semua. Karena nilai kita ditentukan saat kematian datang. Jika kita mengakhiri hidup di dunia ini dalam kondisi beriman dan dihiasi dengan ketaatan, maka itulah husnul khatimah.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda,
ﺇِﺫَﺍ ﺃَﺭَﺍﺩَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺑِﻌَﺒْﺪٍ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﺍﺳْﺘَﻌْﻤَﻠَﻪُ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﻭَﻛَﻴْﻒَ ﻳَﺴْﺘَﻌْﻤِﻠُﻪُ ﻗَﺎﻝَ ﻳُﻮَﻓِّﻘُﻪُ ﻟِﻌَﻤَﻞٍ ﺻَﺎﻟِﺢٍ ﻗَﺒْﻞَ ﻣَﻮْﺗِﻪِ
“Apabila Allah menghendaki kebaikan atas hamba-Nya, maka Dia memperkerjakannya?” Para sahabat bertanya, ‘Bagaimana Allah memperkerjakannya?’ Beliau menjawab, ”Allah memberinya taufiq untuk beramal shalih sebelum kematiannya.” (HR. Ahmad dan al-Tirmidzi )
Tidak Mudah Menggapai Husnul Khatimah
Saat menjelang kematian merupakan saat kesempatan terakhir bagi setan untuk menyesatkan hamba Allah. Setan berusaha sekuat tenaga untuk menyesatkannya, bahkan terkadang menjelma dalam rupa ayah dan ibunya.
Setan akan berusaha keras untuk menyesatkan orang mukmin pada saat kematian.
Dari Wailah bin al-Asqa’ berkata bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda,
“Talkin (tuntun)-lah orang yang hendak meninggal dengan Laa Ilaaha Illallaah dan berilah kabar gembira dengan surga. Sesungguhnya orang yang mulia, dari kaum laki-laki dan wanita kebingungan dalam menghadapi kematian dan diuji. Sesungguhnya setan paling dekat dengan manusia pada saat kematian. Sedangkan melihat malaikat maut lebih berat daripada seribu kali tebasan pedang.” (HR. Abu Nu’aim)
Abdullah bin Ahmad berkata, “Pada saat saya hadir dalam kematian bapakku, saya membawakan kain untuk mengikat jenggotnya, sementara beliau dalam keadaan tidak sadar. Kemudian pada saat beliau sadar, mengatakan, ‘Belum, belum!’ Beliau mengucapkan itu berkali-kali. Saya bertanya kepada beliau, ‘wahai bapakku, apa yang tampak padamu?’ Beliau menjawab, ‘setan berdiri di depanku sambil menggigit jarinya seraya mengatakan, ‘aku gagal menggodamu wahai Ahmad.’ Saya katakan, ‘Belum, sebelum saya benar-benar meninggal’.”
Abu Hasan al-Qabisi dalam Risalah Ibnu Abi Zaid meriwayatkan bahwa seorang hamba tatkala sedang menghadapi kematian ada dua setan yang menggoda dari atas kepalanya. Salah satunya berada di sebelah kanan dan satunya lagi di sebelah kiri. Adapun yang di sebelah kanan menyerupai bapaknya lalu berkata, “Wahai anakku, saya sangat sayang dan cinta kepadamu. Jika kamu mau mati, maka matilah dengan membawa agama Nasrani sebab dia adalah sebaik-baik agama.” Dan yang berada di sebelah kiri menyerupai ibunya dan berkata, “Wahai anakku, perutku dahulu tempat hidupmu dan air susuku sebagai minumanmu serta pangkuanku sebagai tempat tidurmu, maka saya minta hendaknya kamu mati dengan membawa agama Yahudi sebab dia adalah sebaik-baik agama.”
Maka menurut Imam al-Ghazali, pada saat itu Allah menggelincirkan orang-orang yang dikehendaki oleh-Nya tergelincir. Demikian itu yang dimaksud dengan firman Allah,
ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﻟَﺎ ﺗُﺰِﻍْ ﻗُﻠُﻮﺑَﻨَﺎ ﺑَﻌْﺪَ ﺇِﺫْ ﻫَﺪَﻳْﺘَﻨَﺎ
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami.” (QS. Ali Imran: [8)]
Maksudnya, Ya Allah janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan pada saat kematian setelah Engkau beri petunjuk kepada kami beberapa kurun waktu.
Jika Allah menghendaki hidayah dan keteguhan pada hamba-Nya, maka datanglah rahmat dan Malaikat Jibril untuk mengusir setan dan mengatakan kepada orang beriman, “Wahai orang mukmin, mereka itu adalah musuh-musuhmu dari kalangan setan, maka meninggallah kamu dalam keadaan membawa agama yang hanif dan syariat Muhammad.” Dan tidak ada sesuatu yang paling dicintai oleh orang beriman kecuali Malaikat itu dan itulah yang dimaksud firman Allah,
ﻭَﻫَﺐْ ﻟَﻨَﺎ ﻣِﻦْ ﻟَﺪُﻧْﻚَ ﺭَﺣْﻤَﺔً ﺇِﻧَّﻚَ ﺃَﻧْﺖَ ﺍﻟْﻮَﻫَّﺎﺏُ
“Dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (QS. Ali Imran: [8)] .” Selesai perkataan Imam al-Ghazali yang dinukil Imam Ibrahim bin Muhammad al-Maqdisi dalam Menelanjangi Setan, hal. 277-278)
Ibnu Al-Jauzi dalam Shaid al-Khathir berkata, “Saya berwasiat kepada diriku dan kepada orang yang mendengar wasiatku ini agar teguh saat menghadapi kematian –tiada daya dan tiada upaya kecuali dengan izin Allah- sebab godaan dan bisikan kematian banyak syubhatnya. Dan saya merasa kasihan terhadap orang yang sakit semoga tidak tenggelam dalam sakaratul maut sehingga tidak sadar. Dan saya berlindung kepada Allah dari kematian masih dalam keadaan sadar tidak teguh dengan godaan.”
Sebab-sebab Meraih Husnul Khatimah
Husnul khatimah merupakan karunia terbesar dari Allah untuk seorang hamba. Penjagaan Allah dan meneguhkannya di atas iman lah yang menjadikannya mendapat husnul khatimah saat banyak godaan dan syubuhat menjelang kematian. “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat..” (QS. Ibrahim: 27)
Namun demikian hamba juga punya peran usaha sebagai sebab Allah menganugerahkan husnul khatimah kepadanya. Walaupun usaha hamba tidak bisa lepas dari kehendak Allah juga.
Imam Sufyan al-Tsauri pernah berpesan saat menghadapi kematian agar menjaga akidah, membaca istighfar, dan bertaubat dari dosa agar bertemu Allah dalam keadaan bersih. (Menelanjangi Syetan, Ibrahim al-Maqdisi, hal. 279)
Maka di antara upaya yang bisa dilakukan hamba untuk meraih husnul khatimah, adalah:
1. Menjaga iman dan tuntutannya berupa ketaatan dan takwa kepada Allah. Hendaknya dia menjauhi benar-benar pembatal-pembatal iman dan yang mengurangi kesempurnaannya dari berbagai maksiat. Dia bertaubat dari segala dosa dan maksiat, khususnya syirik besar amaupun yang kecil. Di antaranya dengan membaca doa yang diajarkan Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam,
ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺇﻧِّﻲ ﺃَﻋُﻮﺫُ ﺑِﻚ ﺃَﻥْ ﺃُﺷْﺮِﻙَ ﺑِﻚ ﻭَﺃَﻧَﺎ ﺃَﻋْﻠَﻢُ ﻭَﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙ ﻟِﻤَﺎ ﻟَﺎ ﺃَﻋْﻠَﻢُ
"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik (menyekutukan-Mu) sedangkan aku mengetahuinya. Dan aku memohon ampun kepada-Mu terhadap kesyirikan yang tidak aku ketahui." (HR. Ahmad dan Shahih Abi Hatim serta yang lainnya, shahih)
2. Berusaha sungguh-sungguh untuk memperbaiki zahir dan batinnya. Niat dan tujuan amalnya untuk mewujudnya keshalihan zahir dan batinnya tersebut. Sesungguhnya sunnah Allah Subhanahu wa Ta'ala yang abadi bahwa pencari kebenaran akan diberi petunjuk memperolehnya, diteguhkan di atasnya, dan ditutup hidupnya dengan kebenaran.
3. Senantiasa memohon dan berdoa kepada Allah agar diwafatkan di atas iman dan takwa.
Beberapa Doa Supaya Diwafatkan Husnul Khatimah
Sangat banyak doa yang diabadikan Al-Qur’an dan sunnah Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam yang bermakna permintaan agar akhir hayat husnul khatimah;
1. Doa agar diwafatkan di atas Islam,
- Doa Nabi Yusuf 'alaihis salam:
ﺗَﻮَﻓَّﻨِﻲ ﻣُﺴْﻠِﻤًﺎ ﻭَﺃَﻟْﺤِﻘْﻨِﻲ ﺑِﺎﻟﺼَّﺎﻟِﺤِﻴﻦَ
“Wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang shaleh.” (QS. Yuusuf: 101)
- Doa tukang sihir Fir’an yang telah bertaubat,
ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﺃَﻓْﺮِﻍْ ﻋَﻠَﻴْﻨَﺎ ﺻَﺒْﺮًﺍ ﻭَﺗَﻮَﻓَّﻨَﺎ ﻣُﺴْﻠِﻤِﻴﻦَ
“Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu).” (QS. Al-A’raaf: 126)
2. Doa diteguhkan di atas hidayah,
ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﻟَﺎ ﺗُﺰِﻍْ ﻗُﻠُﻮﺑَﻨَﺎ ﺑَﻌْﺪَ ﺇِﺫْ ﻫَﺪَﻳْﺘَﻨَﺎ ﻭَﻫَﺐْ ﻟَﻨَﺎ ﻣِﻦْ ﻟَﺪُﻧْﻚَ ﺭَﺣْﻤَﺔً ﺇِﻧَّﻚَ ﺃَﻧْﺖَ ﺍﻟْﻮَﻫَّﺎﺏُ
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)." (QS. Ali Imran: [8)]
ﻳَﺎ ﻣُﻘَﻠِّﺐَ ﺍﻟْﻘُﻠُﻮْﺏِ، ﺛَﺒِّﺖْ ﻗَﻠْﺒِﻲ ﻋَﻠَﻰ ﺩِﻳْﻨِﻚَ
“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu." (HR. Ahmad dan at Tirmidzi)
3. Doa agar diselamatkan dari godaan setan saat mengalami sakaratul maut.
ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺇِﻧِّﻲ ﺃَﻋُﻮﺫُ ﺑِﻚَ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﻬَﺮَﻡِ ﻭَﺍﻟﺘَّﺮَﺩِّﻱ ﻭَﺍﻟْﻬَﺪْﻡِ ﻭَﺍﻟْﻐَﻢِّ ﻭَﺍﻟْﺤَﺮِﻳﻖِ ﻭَﺍﻟْﻐَﺮَﻕِ ﻭَﺃَﻋُﻮﺫُ ﺑِﻚَ ﺃَﻥْ ﻳَﺘَﺨَﺒَّﻄَﻨِﻲ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥُ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕِ ﻭَﺃَﻥْ ﺃُﻗْﺘَﻞَ ﻓِﻲ ﺳَﺒِﻴﻠِﻚَ ﻣُﺪْﺑِﺮًﺍ ﻭَﺃَﻋُﻮﺫُ ﺑِﻚَ ﺃَﻥْ ﺃَﻣُﻮﺕَ ﻟَﺪِﻳﻐًﺎ
“Ya Allah, sunguh aku berlindung kepada-Mu dari pikun, terjatuh dari ketinggian, keruntuhan bangunan, kedukaan, kebakaran, dan tenggelam. Aku berlindung kepada-Mu dari penyesatan setan saat kematian, terbunuh dalam kondisi murtad dan aku berlindung kepada-Mu dari mati karena tersengat binatang berbisa.” (HR. Al-Nasai dan Abu Dawud. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih Al-Jami’: no. 1282)
Sesungguhnya akhir hayat kita memiliki kaitan dengan amal kita sejak sekarang. Siapa yang senantiasa menjaga ketaatan kepada Allah dengan penuh keikhlasan, insya Allah dia akan mengakhiri hidupnya di atas kondisi tersebut. Sebaliknya, siapa yang mengotori hidupnya dengan maksiat dan kejahatan, atau bahkan sengaja menympang. Kesempatan taubat sering disia-siakan dengan menunda-nunda, atau bahkan mencari-cari pembenaran atas kesalahan, maka biasanya dia akan mengahiri hidupnya dengan su'ul khatimah. Semoga Allah menyelamatkan kita dari kondisi semacam ini.
Ya Allah,
Jadikanlah amal terbaik kami pada penutupnya, jadikan sebaik-baik umur kami pada saat kami mengakhirinya, dan jadikan hari terbaik kami pada saat kami bertemu dengan-Mu. Ya Allah berilah taufik kepada kami semua untuk senantiasa berbuat kebajikan dan menjauhi kemungkaran-kemungkaran.
Segala puji hanya bagi-Nya dan semoga shalawat dan salam selalu dilimpahkan untuk nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.

TANDA-TANDA HUSNUL KHATIMAH ..

Bismillahirrahmannirahim,
Sahabat fillah, tentunya kita semua ingin meninggal kelak dalam keadaan husnul khatimah, tapi apakah tanda-tanda yang menunjukkan husnul khatimahnya kematian seseorang ?
Syaikh Albani rahimahullah telah mengumpulkan dalam kitabnya ( Ahkamul Janaiz) tanda-tanda ini dari Al Qur’an dan Sunah , beliau mendapatinya ada beberapa tanda, berikut ini ringkasannya:
Sesungghnya Dzat Yang Mensyariatkan telah menjadikan beberapa tanda yang jelas untuk menunjukkan husnul khatimah – Allah Ta’alaa telah menetapkannya dengan karunia dan kenikmatanNya – maka siapa saja yang meninggal dengan memiliki salah satu tandanya maka itu merupakan berita gembira:
1. Dapat mengucapkan syahadat menjelang kematian sebagaimana ditunjukkan dalam banyak hadits yang shahih diantaranya:
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: ( barangsiapa yang ucapan terakhirnya Laa ilaaha illallah maka dia masuk surga) ( hadits hasan).
2. Kematian yang disertai dengan basahnya kening dengan keringat berdasarkan hadits Buraidah bin Hushaib radhiallahu anhu:
Dari Buraidah bin Khusaib radhiallahu anhu: ( bahwa ketika dia berada di Khurasan sedang membesuk seorang sahabatnya yang sakit dia mendapatinya sudah meninggal tiba-tiba keningnya berkeringat maka dia berkata: Allahu Akbar, aku mendngar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: ( kematian seorang mukmin disertai keringat dikeningnya ) ( hadits shahih ).
3. Meninggal pada malam jum’at atau siangnya berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ( hadits dengan seluruh jalurnya hasan atau shahih )
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: ( tidaklah seorang muslim yang meninggal pada hari Jum’at atau malam Jum’at melainkan Allah Melindunginya dari siksa kubur ).
4. Meninggal dalam keadaan syahid dimedan perang sebagaimana firman Allah Ta’alaa :
Artinya: ( dan janganlah sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang terbunuh dijalan Allah mati, tetapi mereka hidup diberi rizki disisi Tuhan mereka (169) Mereka bergembira dengan karunia yang diberikan Allah kepada mereka, dan memberi khabar gembira kepada orang-orang yang belum mengikuti mereka dibelakang janganlah mereka takut dan sedih (170) Mereka memberi khabar gembira dengan kenikmatan dari Allah dan karuniaNya dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan balasan bagi orang-orang beriman) (QS Ali Imran :169-171).
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: ( orang yang syahid mendapatkan enam perkara: diampuni dosanya sejak tetesan darahnya yang pertama, diperlihatkan tempatnya dalam surga, dijauhkan dari siksa kubur, diberi keamanan dari goncangan yang dahsyat dihari kiamat, dipakaikan mahkota keimanan, dinikahkan dengan bidadari surga, diizinkan memberi syafaat bagi tujuh puluh anggota keluarganya) (hadits shahih).
5. Meninggal ketika berjuang dijalan Allah (bukan terbunuh) berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: ( apa yang kalian nilai sebagai syahid diantara kalian ?) mereka berkata: Ya Rasulullah siapa yang terbunuh dijalan Allah maka dia syahid. Beliau berkata: ( jadi sesungguhnya para syuhada umatku sedikit ). Mereka berkata: lalu siapa mereka Ya Rasulullah ? Beliau berkata: ( barang siapa yang terbunuh dijalan Allah syahid, barangsiapa yang mati dijalan Allah syahid, barangsiapa yang mati karena wabah thaun syahid, barangsiapa yang mati karena penyakit perut syahid, dan orang yang tenggelam syahid).
6. Mati karena satu wabah penyakit tha’un, berdasarkan beberapa hadits diantaranya:
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: ( wabah tha’un merupakan kesyahidan bagi setiap muslim).( hadits shahih)
7. Mati karena penyakit dalam perut berdasarkan hadits diatas.
8. Mati karena tenggelam dan terkena reruntuhan berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam:
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: ( syuhada ada lima: yang mati karena wabah tha’un, karena penyakit perut, yang tenggelam, yang terkena reruntuhan, dan yang syahid dijalan Allah) ( hadits shahih).
9. Matinya seorang wanita dalam nifasnya disebabkan melahirkan anaknya:
Dari Ubadah bin Shamit radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjenguk Abdullah bin Rawahah dan berkata: beliau tidak berpindah dari tempat tidurnya lalu berkata: tahukah kamu siapa syuhada dari umatku ? mereka berkata: terbunuhnya seorang muslim adalah syahid. Beliau berkata: ( jadi sesungguhnya para syuhada umatku, terbunuhnya seorang muslim syahid, mati karena wabah tha’un syahid, wanita yang mati karena janinnya syahid [ditarik oleh anaknya dengan tali arinya kesurga]) ( hadits shahih ).
10. Mati karena terbakar dan sakit bengkak panas yang menimpa selaput dada ditulang rusuk, ada beberapa hadits yang terkait yang paling masyhur:
Dari Jabir bin ‘Atik dengan sanad marfu’ : ( syuhada ada tujuh selain terbunuh dijalan Allah: yang matu karena wabah tha’un syahid, yang tenggelam syahid, yang mati karena sakit bengkak yang panas pada selaput dada syahid, yang sakit perut syahid, yang mati terbakar syahid, yang mati terkena reruntuhan syahid, dan wanita yang mati setelah melahirkan syahid) (hadits shahih).
11. Mati karena sakit TBC berdasarkan hadits :
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: ( terbunuh dijalan Allah syahid, wanita yang mati karena melahirkan syahid, orang yang terbakar syahid, orang yang tenggelam syahid, dan yang mati karena sakit TBC syahid, yang mati karena sakit perut syahid) (hadits hasan).
12. Mati karena mempertahankan hartanya yang hendak dirampas. Dalam hal itu ada beberapa hadits diantaranya:
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: ( barangsiapa yang terbunuh karena hartanya ( dalam riwayat: barangsiapa yang hartanya diambil tidak dengan alasan yang benar lalu dia mempertahankannya dan terbunuh) maka dia syahid)
(hadits shahih).
13. Mati karena mempertahankan agama dan dirinya:
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: ( barangsiapa yang terbunuh karena hartanya syahid, barangsiapa yang terbunuh karena keluarganya syahid, barangsiapa yang terbunuh karena agamanya syahid, barangsiapa yang terbunuh karena darahnya syahid) ( hadits shahih).
14. Mati dalam keadaan ribath (berjaga diperbatasan) dijalan Allah. Ada dua hadits dalam hal itu salah satunya:
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: ( ribath sehari semalam lebih baik dari berpuasa dan qiyamul lail selama sebulan, dan jika mati maka akan dijalankan untuknya amalan yang biasa dikerjakannya, akan dijalankan rizkinya dan diamankan dari fitnah) ( hadits shahih).
15. Mati ketika melakukan amal shalih berdasarkan hadits:
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: ( barangsiapa yang mengucapkan: Laa ilaaha illallah mengharapkan wajah Allah lalu wafat setelah mengucapkannya maka dia masuk surga, barangsiapa berpuasa satu hari mengharapkan wajah Allah lalu wafat ketika mengerjakannya maka dia masuk surga, barangsiapa yang bersedekah dengan satu sedekah mengharapkan wajah Allah lalu wafat ketika mengerjakannya maka dia masuk surga)
( hadits shahih).
16.Orang yang dibunuh penguasa yang dhalim karena dia mendatanginya dan menasihatinya:
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: ( penghulu para syuhada adalah Hamzah bin Abdul Muththalib dan seseorang yang mendatangi penguasa yang dhalim lalu dia memerintahkan yang baik dan melarang dari yang mungkar lalu dia dibunuhnya) Hadits dikeluarkan oleh Al Hakim dan dishahihkannya dan Al Khatib.
Ya Allah,
Jadikanlah amal terbaik kami pada penutupnya,
Jadikan sebaik-baik umur kami pada saat kami mengakhirinya, dan jadikan hari terbaik kami pada saat kami bertemu dengan-Mu ... Aamiin Allahumma amin.