Laman

Senin, 01 Agustus 2016

ALAM MALAKUT

[ Prof Dr Nasarudin Umar ]
Tingkatan-tingkatan alam dalam dunia tasawuf iaitu alam mulk, Mitsal atau alam khayalan, dan alam barzah, yang keseluruhannya ternyata akrab dengan manusia. Sementara alam malakut yang lebih di kenal dengan alamnya para malaikat dan jin, merupakan suatu alam yang tingkat berdekatannya dengan alam puncak lebih utama dari pada alam-alam sebelumnya.
Namun, alam malakut masih lebih rendah dari alam diatasnya, seperti jabarrut dan al-a’yan al-Tsabitah. Bermulai dari alam mitsal sampai alam-alam di atasnya tidak boleh di tangkap panca indera dasar ataupun fizikal manusia kerana sudah masuk wilayah alam ghaib. Manusia yang dengan panca indera fizikal hanya mampu mengobservasi/memasuki secara fizikal alam syahadah mutlak, seperti alam mineral, alam tumbuh-tumbuhan, alam haiwan, dan sebahagian dari dirinya sendiri.
Al-Quran mengisyaratkan unsur kejadian manusia ada tiga iaitu unsur badan atau jasad, unsur nyawa (nafs), da unsur roh (ruh). Dalam Al-Quran, nyawa dan ruh berbeza. Nyawa dimiliki tumbuh-tumbuhan dan binatang, tetapi unsur roh tidak dimiliki keduanya, bahkan oleh seluruh makhluk Tuhan lainnya. Unsur roh inilah yang membuat para malaikat dan seluruh makhluk lainnya sujud kepada manusia (Adam).
Roh yang merupakan unsur yang ketiga manusia ini menjadi potensi amat dasyat baginya untuk mengakses alam puncak sekalipun. Unsur ketiga inilah yang disebut sebagai ciptaaan khusus (khalqon akhar) di dalam Alquran.
“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu sari pati yang (berasal) dari tanah. Kemudian, kami jadikan saripati iaitu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh (rahim). Kemudian, air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang-belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian, kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci Allah, pencipta Yang paling baik”.(QS al-mukmin [23]:12-14).
Kata ansya’nahu khalqan akhar dalam ayat di atas, menurut para mufasir, maksudnya adalah unsur rohani setelah unsur jasad dan nyawa (nafs). Hal ini sesuai dengan riwayat ibnu Abbas yang menafsirka kata ansya’nahu dengan ja’ala ansya’al ruh fih, atau penciptaan roh kedalam diri adam. Unsur ketiga ini kemudian disebut unsur ruhani, atau lahut atau malakut, yang menjadikan manusia berbeza dengan makhluk biologi lainnya.
Unsur ketiga ini merupakan proses terakhir dan sekaligus penyempurnaan subtansi manusia sebagaimana di tegaskan di dalam beberapa ayat, seperti dalam surah al-Hijr: 28-29. Setelah pencitaan unsur ketiga ini selesai, para makhluk lain termasuk para malaikat dan jin bersujud kepada Adam dan alam raya pun di tundukkan (taskhir) untuknya. Unsur ketiga ini pulalah yang mendukung kapasitas manusia sebagai khalifah Tuhan di bumi (QS al-An’am [6]: 165) disamping sebagai hamba (QA al Zariat [51]:56).
Meskipun memiliki unsur ketiga, manusia akan tetap menjadi satu-satunya makhluk eksistensialis karena hanya makhluk ini yang bisa turun naik derajatnya di sisi Tuhan. Sekalipun manusia ciptaan terbaik (ahsan taqwim/QS at-tin [95]:4), ia tidak mustahil akan turun kederajat paling rendah (asfala sa-filin)/Qs At-Tin [95]:5), bahkan bisa lebih rendah dari pada binatang ( Qs –al A’raf [7]:179).
Eksistensi kesempurnaan manusia dapat di capai manakala ia mampu menyinergikan secara seimbang potensi berbagai kecerdasan yang di milikinya. Seperti orang sering menyebutnya dengan kecerdasan unsur jasad (IQ), kecerdasan nafsi EQ), dan kecerdasan ruhani (SQ). Tidak semua aspek manusia itu dapat dipahami secara ilmiyah dan terukur oleh kekuatan panca indera manusia. Kerana memang unsur manusia memiliki unsur berlapis-lapis.
Dari lapis mineral tubuh kasar sampai kepada roh (unsur Lahut/malakut) yang di
cipta Allah SWT sebagaimana di tegaskan lagi di dalam Alquran, “kemudian apabila telah aku sempurnakan kejadiannya dan aku tiupkan roh-Ku kepadanya, tunduklah kamu dengan bersujud kepadanya. Lalu para malaikat itu bersujud semuanya”.(QS Shad[38]:72-73).
para penghuni alam malakut terdiri atas para jin dan malaikat, termasuk iblis. Alam ini tidak bisa di akses dengan panca indra atau kekuatan-kekuatan fisik manusia. Alam ini hanya boleh di akses manusia jika mereka mampu menggunakan potensi lahut dan malakut yang dimilikinya. Hubungan interaktif antara para penghuni alam dimungkinkan, mengingat berbagai alam itu sama-sama ciptaan Allah SWT.
Manusia sebagai makhluk utama memiliki kemampuan untuk itu karena kedahsyatan unsur ketiga tadi. Jika kita merujuk kepada pendapat Syekh Abdul Qodir Jilani yang membahagi Roh itu dalam empat tingkatan, semakin mudah kita memahami kemungkinan itu. Menurut Syekh Abdul Qodir Jailani dalam kitabnya sirr al – asrar, roh itu memiliki empat tingkatan.
Tingkatan itu adalah roh jasad yang berinteraksi dengan alam mulk; roh ruhani yang berinteraksi dengan alam malakut; roh sultani yang beriteraksi dengan alam jabarut; dan roh al quds yang berinteraksi alam lahut. Namun perlu diingatkan di sini kita sebagai hamba tidak boleh menyamakan oleh bayangan keindahan alam-alam di atas manusia.
Jangan sampai kita lengah sehingga seolah-olah pencarian kita bukan lagi tertuju kepada redho Allah semata. Melainkan sesudah merasakan unsur-unsur kekeramatan. Semakin tinggi tingkat pencarian seseorang, semakin tinggi pula unsur yang akan ditempuhinya sebagaimana disebutkan dalam hadis Qudsi diatas.
“Kerjakanlah semuanya dengan semata-mata kerana Allah SWT.