Laman

Kamis, 31 Juli 2014

LEBIH NIKMAT DARI SURGA


Kecintaan kaum sufi kepada Allah, bukan sebab takut akan siksa-Nya, atau kerena ingin surga-Nya, akan tetapi karena rindu dendam merasakan kelezatan cinta-Nya. Juga karena Allah adalah yang paling berhak dicintai. Itulah idealnya dalam bercinta, yang tidak dikenal oleh selain mareka yang menjadi pilihan Allah.

Nikmat terbesar yang mereka harap-harapkan hanyalah ridha dan berjumpa dengan Dia. Sementara siksa yang paling mereka takuti adalah jauhnya dari memperbincangkan soal keindahan kedamaian-Nya, juga dari tempat berkomunikasi dengan-Nya. Mereka terhalang dari sinar Dzat yang Maha Mulia.

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa maqam tertinggi yang bisa dicapai oleh pengamal ilmu zahir (syri’at) adalah wukuf dipadang Arafah, menunggu terbukanya pintu rahmat dan karunia Allah SWT dan pada hakikatnya adalah menunggu kehadiran Allah. Apakah selamanya kita harus menunggu, dan apakah menunggu itu hanya di Padang Arafah?

Seluruh ritual Haji sebagaimana ibadah lain tentu saja mempunyai aspek zahir dan bathin. Pada hakikatnya orang yang melaksanakan haji adalah memenuhi panggilan Allah, menjadi manusia mulia sebagai tamu Allah dan tentu saja sebenarnya setiap yang menunaikan ibadah haji sudah pasti berjumpa dengan yang punya rumah, jumpa dengan yang mengundang yaitu Allah SWT.

Dalam ilmu zahir (syariat), Ihsan merupakan puncak pencapaian spiritual dan tidak ada lagi maqam setelah itu. “Shalatlah kamu seolah-olah kamu melihat Allah dan jika kamu tidak melihat Allah yakinlah Allah akan melihat kamu” inilah dasar dari Ihsan. Menurut kaum sufi tentu saja maqam ini masih spekualitif, masih seolah-olah dan tidak ada kepastian disana. Siapapun yang bersikukuh pada syariat tidak akan bisa melanjutkan perjalanan ke maqam berikut yaitu Makrifatullah, berpandang-pandangan dengan Allah dan inilah kenikmatan puncak dari para penempuh jalan spiritual melebihi apapun, bahkan kenikmatannya melebihi surga.

Abu Yazid al-Bisthami ketika berada dalam puncak kegembiraan, dia berbisik, “Apakah itu surga? Surga hanyalah mainan dan kesukaan anak-anak. Aku hanya mencari Dzat Allah. Bagiku surga bukanlah kenikmatan yang sejati. Dzatnya menjadi sumber kebahagiaanku, ketentraman yang menjadi tujuanku.”

Mengenai ucapan Abu Yazid yang agung ini, Ibnu Arabi pernah ditanya seseorang. Jawabnya, “Tidak masalah. Rasulullah pernah berkata dalam do’anya, “Wahai Tuhan kami…! Aku mohon kepada-Mu kelezatan melihat DzatMu. Aku rindu ingin bertemu dengan-Mu”.

Setiap hamba yang ingin berjumpa dengan Allah terlebih dahulu dititipkan rasa rindu dan cinta membara dihatinya, dengan itulah dia mampu bermujahadah melawan hawa nafsu dan berbagai rintangan untuk sampai kepada tujuannya yaitu menemukan cinta sejati dan berjumpa dengan yang dicintainya.

Konon An-Nuri bertanya kepada Rabi’ah al-Adawiyah, katanya, “Setiap hamba punya syarat. Setiap iman punya hakikat, apakah hakikat iman anda?” Rabi’ah menjawab, “Saya menyembah Allah bukan lantaran takut Dia. Karena dengan persepsi demikian, aku seperti budak hina yang bekerja hanya karena takut. Tidak pula lantaran ingin surga, agar tidak seperti budak hina yang diupah. Akan tetapi aku menyembah-Nya karena cinta dan rindu kepada-Nya.”

Sa’id bin Yazid berkata: “Barang siapa beramal karena Allah atas dasar cinta kepada-Nya, itu lebih mulia dari pada beramal atas dasar ketakutan.” Selanjutnya dia berkata, “Andaikan diberikan kepadaku do’a yang mustajab, aku tidak akan minta Firdaus, akan tetapi aku hanya akan memohon ridha-Nya.” Katanya pula,”Lupa kepada Allah itu lebih menyiksa dari pada masuk neraka”

Kalau memang memandang wajah Allah itu merupakan nikmat yang melebihi surga, kenapa kita tidak berusaha mencari jalan untuk bisa memandang wajah-Nya? Para Nabi dan orang-orang sufi mengatakan bahwa memandang wajah Allah itu bisa di dunia dan tentu bisa juga di akhirat, kalau memang bisa melihat-Nya di dunia ini kenapa kita harus menunggu sampai datang kiamat? Bukankah kalau wajah-Nya bisa dilihat di dunia sudah pasti di akhirat juga wajah itu tidak berubah dan sudah pasti bisa dilihat juga, kalau di dunia tidak bisa melihat Allah, di akhirat?!?

Nasehat Guru,“Kalian Jangan Hanya Sekedar Menjadi Aksesoris!”

Suatu hari, menjelang pembukaan suluk, saya bersama 2 teman duduk menemani sambil melayani Guru makan. Hal yang menggembirakan bagi kami murid bisa menemani dan melayani Guru makan, mengatur makanan dan segela kebutuhan Beliau selama makan. Kami biasanya duduk dibawah memandang wajah Guru yang selalu memancarkan semangat. Menyenangkan karena kami diberi kesempatan untuk bisa berbuat kepada Beliau, Guru yang kami sayang dan kami cintai yang telah memberikan banyak kepada kami terutama telah mencerahkan ruhani dan pikiran kami. Seperti biasanya selesai makan Guru suka cerita dan memberikan nasehat baik mengenai Tasawuf maupun tentang kehidupan sehari-hari. Guru sering menanyakan kami satu persatu, tentang kerja, bisnis, keluarga dan lain-lain, kemudian Beliau memberikan nasehat dan jalan keluarnya.

Hari itu wajah Guru kelihatan gembira dan Beliau selesai makan cerita hal-hal yang menyenangkan termasuk cerita lucu yang membuat kami semakin senang. Ketika Guru selesai cerita, suasana hening. Teman seperguran saya memberikan diri bertanya kepada Guru.

“Mohon Ampun Guru, saya mau menanyakan sesuatu..”.

“Silahkan, apa yang mau kau tanyakan” kata Guru.

“Saya heran Guru, orang masuk (belajar) tarekat itu banyak, namun kenapa hanya sedikit orang yang benar-benar ber-iman dan bertahan di tarekat?”.

Sudah menjadi kebiasaan, Guru saya selalu memberikan jawaban yang bijaksana terhadap pertanyaan-pertanyaan muridnya. Dalam pandangan saya, bagi Guru tidak ada pertanyaan yang sulit, hal paling rumitpun dibuat menjadi mudah. Beliau diam sejenak, kemudian berkata :

“Kamu tahu aksesoris, hiasan atau pernak pernik untuk menghias dan memperindah sesuatu?”.

Serempak kami bertiga menjawab, “Tahu Guru!”.

Beliau melanjutkan, “Ambil contoh mobil, disana ada aksesoris, hiasan-hiasan yang membuat mobil itu lebih indah tampilannya dan aksesoris itu biasanya tergantung musim dan mengikuti tren, kalau zaman berubah maka aksesoris itu pun diganti oleh pemiliknya mengikuti musim dan zaman pula”.

Kami bertiga mengangguk-angguk, memang ini kebiasaan dalam tarekat sebagai bagian dari hadap mendengarkan petuah Guru, apakah dipahami atau tidak kami tetap mengangguk. Saya sendiri belum paham sepenuh apa yang dibicarakan Guru, hanya menduga-duga saja dan saya melirik ke teman disamping saya, sepertinya mereka juga mengangguk sebagai bagian hadap bukan karena sudah mengerti.

Kemudian Guru melanjutkan,”Menurut kalian apakah aksesoris itu perlu?”

“Perlu Guru!” jawab kami

“Ya, perlu untuk menambah keindahan, tapi apakah tanpa aksesoris mobil bisa jalan?” Tanya Guru.

“Bisa Guru” jawab kami.

“Benar, tanpa mesin, oli, minyak, ban atau mesin mobil maka mobil itu dipastikan tidak bisa jalan karena itu hal yang pokok dalam mobil”. Kata Guru. Beliau melanjutkan..

“Nah, orang-orang yang menekuni tarekat hanya beberapa hari, ada yang cuma suluk 1 kali atau beberapa kali kemudian menghilang atau bahkan ada hari ini dia belajar kemudian langsung menghilang adalah aksesoris untuk memperindah tarekat, tanpa adanya itu tarekat tetap jalan dan berkembang”.

Kami bertiga diam dan tertunduk, ada perasaan takut dalam hati, apakah saya ini hanya sebagai aksesoris saja yang kemudian hilang ditelan musim? Saya sendiri selalu berdoa agar Tuhan selalu memberikan kesempatan kepada saya untuk tetap bisa bertahan di jalan-Nya yang lurus ini, jalan yang telah dilimpahkan rahmat dan karunia-Nya, jalan para Nabi, Para Wali dan orang-orang shaleh.

Teman saya menangis, kemudian dia berkata kepada Guru, “Guru, tolong diakan kami agar tidak menjadi hanya sekedar aksesoris.”. Guru menjawab, “Kalau kalian kawatir tentang itu menandakan bahwa kalian mencintai Jalan ini dan hampir semua orang yang sampai ketujuan adalah orang yang selalu merasa kawatir sehingga dia selalu waspada, aku selalu berdoa agar kalian bisa dipakai oleh Tuhan”.

“Berdoalah selalu kepada Allah agar kalian “dipakai” oleh Dia, “diper-alat” untuk mengembangkan agama Islam yang mulia ini, untuk apa hidup didunia kalau tidak “dipakai” Tuhan?”

“Jalan yang kalian tempuh ini bukanlah jalan biasa, sudah banyak orang gugur dijalan ini, diperlukan kesabaran dan kesungguhan agar bisa mencapai tujuan. Dan harus kalian ingat bahwa Makrifat itu bukan akhir dari perjalanan, tapi itu hanya hanya AWAL. Kalau Makrifat sebagai ukuran kemenangan, kalian harus ingat bahwa Iblis di zamannya adalah sosok yang paling bermakrifat kepada Allah, namun dia tersingkirkan karena kesombongannya”.

“Hanya burung-burung yang mempunyai sayap lebar yang mampu terbang tinggi, sementara burung kecil hanya bisa terbang rendah dan tidak pernah kemana-mana”.

“Ingat, awal manusia menempuh jalan ini (Thareqat) akan diberi rahmat karunia yang berlimpah, keajaiban-keajiban diluar kemampuan manusia dan bahkan tak pernah terpikirkan. Kemudian ketika hamba telah senang, Tuhan akan mengujinya dengan derita-derita agar si hamba tidak terlena dengan keajaiban dan kemegahan alam rohani sehingga tetap fokus kepada Allah SWT”.

“Ingatlah firman Allah, ‘Jangan kau katakan dirimu beriman sebelum Ku coba’. Suatu saat kalian akan diberi cobaan yang tidak pernah terlintas dalam pikiran dan halayan kalian, seakan-akan Tuhan meninggalkan kalian dan doapun menjadi tumpul. Aku beri nasehat kepada kalian, jangan pernah kalian menyalahkan atau mencaci Guru ketika kalian mengalami itu semua”.

Kejadian ini sudah lama terjadi akan tetapi nasehat-nasehat yang diberikan Guru begitu berbekas di hati kami seakan-akan baru tadi Beliau ucapkan dan begitulah sifat Wali Allah itu kalau memberikan pengajaran akan berbekas di hati para muridnya. Setelah memberikan nasehat dan wejangan kepada kami, Beliau berjalan menuju kamar untuk istirahat. Antara ruang makan dan kamar tidur Beliau berhenti sejenak dan berpaling kepada kami, kemudian berkata, “Kalian jangan hanya sekedar menjadi aksesoris!”. Kami bertiga mengangguk sambil menangis dan berdoa kepada Allah agar sepanjang hidup kami terus bisa melayani Guru dengan baik. Semoga Allah Yang Maha Mendengar mengabulkan doa kami, Amin!.

NABIULLAH MUHAMMAD SAW

“Wahai seluruh manusia, telah dalang kepadamu sekalian bukti kebenaran dari Tuhanmu (yakni Muhammad), dan telah kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (QS 4- 174).

Betapa Muhammad saw. telah menjadi bukti kebenaran. Beliau dilahirkan yatim dan dibesarkan dalam keadaaan miskin. Dia juga tidak pandai membaca dan menulis serta hidup dalam lingkungan yang terkebelakang. Namun demikian, tidak satu pun faktor negatif itu membawa dampak terhadap dirinya.

Bahkan sebaliknya, beliau dinilai oleh banyak ahli dari berbagai disiplin ilmu dan dengan beraneka macam tolok ukur sebagai manusia terbesar sepanjang sejarah kemanusiaan.

Thomas Carlyle dengan tolok ukur “kepahlawanan”, Marcus Dods dengan “keberanian moral”, Nazmi Luke dengan “metode pembuktian ajaran”, Will Durant dengan “hasil karya”, dan Michael H. Hart, dengan “pengaruh yang ditinggalkannya”. Kesemua ahli non-Muslim ini – dan masih banyak lagi lainnya, walaupun dengan tolok ukur yang berbeda beda – berkesimpulan bahwa Muhammad saw. adalah manusia luar biasa. Namun demikian, beliau adalah orang yang sangat sederhana.

Harta Nabi yang paling mewah adalah sepasang alas kaki berwarna kuning yang merupakan hadiah dari Negus dan Abissinia. Beliau tinggal di satu pondok kecil beratapkan jerami”“yang tingginya dapat dijangkau oleh seorang remaja. Kamar kamarnya dipisahkan oleh batang-batang pohon yang direkat dengan lumpur bercampur kapur. Beliau sendiri yang menyalakan api, mengepel lantai, memerah susu, dan menjahit alas kakinya yang putus. Santapannya yang paling mewah – meskipun jarang dinikmatinya – adalah madu, susu, dan lengan kambing. Demikianlah keadaan beliau walaupun setelah menguasai seluruh Jazirah Arabia.

Kelakuannya secara umum tenang dan tenteram. Beliau gagah berani, namun memiliki senyum an yang sangat memikat, bahkan dalam hal-hal tertentu beliau lebih pemalu daripada gadis-gadis pi-ngitan. Kemampuan intelektualnya tidak diragukan, daya imajinasinya sangat tinggi, dan ekspresinya sangat dalam. Beliau dikenal sebagai seniman bahasa di kalangan para sastrawan. Di atas semuanya, peng-abdiannya kepada Tuhan serta keyakinan akan kehadiran-Nya tidak pernah terabaikan.

Demikianlah terkumpul secara sempurna keempat tipe manusia dalam pribadi manusia agung ini: pekerja, pemikir, pengabdi, dan seniman.

Akhlak dan tata cara pergaulannya sangat luhur. Diulurkan tangannya untuk beijabat tangan dan tidak dilepasnya sebelum yang dijabat tangan me-lepaskannya. Beliau tidak pernah mengulurkan kaki di hadapan teman-temanya yang sedang duduk. Beliau beijalan dengan penuh dinamisme, bagaikan “turun dari satu dataran tinggi”. Beliau menoleh”“dengan seluruh badannya, menunjuk dengan seluruh jarinya, berbicara perlahan dengan menggunakan dialek mitra bicaranya sambil sesekali menggigit bibirnya, menggelengkan kepalanya dan menepuk-nepuk dengan jari telunjuk ke telapak tangan kanannya.

Cetusan yang paling buruk dalam percakapannya adalah: “Apa yang terjadi pada orang itu? Semoga Ilahinya berlumuran lumpur.”

Seorang Muslim akan kagum kepada beliau dengan kekaguman berganda. Sekali waktu meman-dangnya dengan kacamata agama dan di lain kali melihatnya dengan kacamata kemanusiaan. Mustahil rasanya, mereka yang mempelajari kehidupan dan karakter manusia ini, hanya sekadar kagum dan hormat kepadanya. Beliau adalah bukti kebenaran dari hakikat Wujud Yang Mahabenar. Semoga rahmat Ilahi selalu tercurah kepada beliau”.

NUR MUHAMMAD



Pokok dari ajaran agama adalah mengajarkan kepada ummatnya tentang bagaimana berhubungan dengan Tuhan, cara mengenal-Nya dengan sebenar-benar kenal yang di istilahkan dengan makrifat, kemudian baru menyembah-Nya dengan benar pula. Apakah agama Islam, Kristen, Hindu dan lain-lain, semuanya mengajarkan ajaran pokok ini yaitu bagaimana seseorang bisa sampai kehadirat-Nya. Karena itu pula Allah SWT menurunkan para nabi/Rasul untuk menyampaikan metodologi cara berhubungan dengan-Nya, tidak cukup satu Nabi, Allah SWT menurunkan ribuan Nabi untuk meluruskan kembali jalan yang kadangkala terjadi penyimpangan seiring berjalannya waktu.

Nabi Adam as setelah terusir dari syurga bertahun-tahun bahkan berpuluh tahun bertobat kepada Allah SWT tidak diampuni, setelah Beliau berwasilah (teknik bermunajat) kepada Nur Muhammad barulah dosa-dosa Beliau diampuni oleh Allah SWT, artinya Allah mengampuni Adam as bukan karena ibadahnya akan tetapi karena ada faktor tak terhingga yang bisa menyambungkan ibadah beliau kepada pemilik bumi dan langit. Lewat faktor tak terhingga itulah maka seluruh permohonan Nabi Adam as sampai kehadirat Allah SWT. Faktor tak terhingga itu adalah Nur Muhammad yang merupakan pancaran dari Nur Allah yang berasal dari sisi-Nya, tidak ada satu unsurpun bisa sampai kepada matahari karena semua akan terbakar musnah kecuali unsur dia sendiri yaitu cahayanya, begitupulah dengan Allah SWT, tidak mungkin bisa sampai kehadirat-Nya kalau bukan melalui cahaya-Nya

Nur Muhammad adalah pancaran Nur Allah yang diberikan kepada Para Nabi mulai dari Nabi Adam as sampai dengan Nabi Muhammad SAW, dititipkan dalam dada para Nabi dan Rasul sebagai conductor yang menyalurkan energi Ketuhanan Yang Maha Dasyat dan Maha Hebat. Dengan penyaluran yang sempurna itu pula yang membuat nabi Musa bisa membelah laut, Nabi Isa menghidupkan orang mati dan Para nabi menunjukkan mukjizatnya serta para wali menunjukkan kekeramatannya. Karena Nur Muhammad itu pula yang menyebabkan wajah Nabi Muhammad SAW tidak bisa diserupai oleh syetan.

Setelah Rasulullah SAW wafat apakah Nur Muhammad itu ikut hilang?

Tidak! Nur tersebut diteruskan kepada Saidina Abu Bakar Siddiq ra sebagai sahabat Beliau yang utama sebagaimana sabda Nabi:

“ Tidak melebih Abu Bakar dari kamu sekalian dengan karena banyak shalat dan banyak puasa, tetapi (melebihi ia akan kamu) karena ada sesuatu (rahasia) yang tersimpan pada dadanya”

Pada kesempatan yang lain Rasulullah bersabda pula :
“Tidak ada sesuatupun yang dicurahkan Allah ke dadaku, melainkan seluruhnya kutumpahkan pula ke dada Abu Bakar Siddiq”.

Nur Muhammad akan terus berlanjut hingga akhir zaman, dan Nur itu pula yang terdapat dalam diri seorang Mursyid yang Kamil Mukamil yang wajahnya juga tidak bisa diserupai oleh syetan. Memandang wajah Mursyid hakikatnya adalah memandang Nur Muhammad dan sudah pasti memandang Nur Allah SWT.

Nabi SAW bersabda :

La yadhulunara muslimun ra-ani wal man ra-a man ra-ani wala man ra-a man ra-ani ai walau bisab’ina wasithah, fainnahum khulafa-li fi tablighi wal irsyadi, inistaqamu ala syarii’ati.

“Tidak akan masuk neraka seorang muslim yang melihat aku dan tidak juga (akan masuk neraka) yang melihat orang yang telah melihat aku, dan tidak juga (akan masuk neraka) orang yang melihat orang yang telah melihat aku, sekalipun dengan 70 wasithah (lapisan/antara). Sesungguhnya mereka itu adalah para khalifahku dalam menyampaikan (islam/sunahku) mengasuh dan mendidik (orang ramai), sekiranya mereka itu tetap istiqamah didalam syari’atku” (H.R. Al – Khatib bin Abd.Rahman bin Uqbah).

Makna melihat dalam hadist di atas bukan dalam pengertian melihat secara umum, karena kalau kita maknai melihat itu dengan penglihatan biasa maka Abu Jahal dan musuh-musuh nabi juga melihat beliau akan tetapi tetap masuk Neraka. Melihat yang dimaksud adalah melihat Beliau sebagai sosok nabi yang menyalurkan Nur Allah kepada ummatnya, melihat dalam bentuk rabithah menggabungkan rohani kita dengan rohani beliau.

Darimana kita tahu seseorang itu pernah melihat Nabi dan bersambung sampai kepada Beliau? Kalau melihat dalam pengertian memandang secara awam maka para ahlul bait adalah orang-orang yang sudah pasti punya hubungan melihat karena mereka adalah keturunan Nabi.

Akan tetapi karena pengertian melihat itu lebih kepada rabitah atau hubungan berguru, maka yang paling di jamin punya hubungan melihat adalah Para Ahli Silsilah Thariqat yang saling sambung menyambung sampai kepada Rasulullah SAW.

Syukurlah bagi orang-orang yang telah menemukan seorang Guru Mursyid yang silsilahnya bersambung kepada Rasulullah SAW, yang selalu memberikan pencerahan dengan menyalurkan Nur Muhammad sebagai Rahmatan Lil ‘Alamin, bermohon atas namanya niscaya Allah SWT akan mengabulkan do’a dan dari Mursyid lah Firman Nafsani dari Allah terus berlajut dan tersampaikan kepada hamba-Nya yang telah mendapat petunjuk.

Barulah kita tahu kenapa memandang wajah Mursyid itu bisa mengubah akhlak manusia yang paling bejat sekalipun, karena dalam wajah Mursyid itu adalah pintu langsung kepada Allah SWT.

Nabi Adam as diampuni dosanya dengan ber wasilah kepada Nur Muhammad, apa mungkin dosa kita bisa terampuni tanpa Nur Muhammad?

Marilah kita memuliakan Guru Mursyid kita sebagai bhakti kasih kita kepadanya, dari Beliaulah Nur Muhammad itu tersalurkan sehingga bencana sehebat apapun dapat ditunda, sesungguhnya Guru Mursyid itu adalah Guru kita dari dunia sampai ke akhirat kelak, jangan kita dengarkan orang-orang yang melarang memuliakan Guru sebagai Ulama pewaris Nabi sesungguhnya ajaran demikian itu baru muncul di abad ke-18, muncul akibat keberhasilan orang orientalis menghancurkan Islam dari dalam.

Ingat pesan dari Nabi SAW yang mulia :

“Muliakanlah Ulama sesungguhnya mereka adalah pewaris pada nabi, barang siapa memuliakan mereka maka telah memuliakan Allah dan Rasul-Nya” (H.R. Al – Khatib Al – Baghdadi dari Jabir R.A.)



Syukur yang tak terhingga bagi orang-orang yang telah menemukan ulama pewaris Nabi, yang apabila memandang wajahnya sama dengan memandang Nur Muhammad, wajah yang tidak bisa diserupai oleh syetan, dengan wajah itu pula yang bisa menuntun kita dalam setiap ibadah, dalam kehidupan sehari-hari, wajah yang kekal abadi, wajah Nur Muhammad.

Pengorbanan Ali bin Abi Thalib untuk Tamu

Pengorbanan Ali bin Abi Thalib untuk Tamu

Dikisahkan bahwasanya di antara kebiasaan Hasan bin Ali bin Abi Thalib di Madinah adalah membuka lebar pintu rumahnya layaknya dapur umum. Seperti dapur umum, pagi, siang, malam rumah itu menghidangkan makanan untuk semua orang yang berdatangan.

Di zaman itu di Madinah belum ada tempat penginapan atau hotel. Tiap hari, Hasan menyembelih onta kecil untuk dihidangkan ke para peziarah Madinah atau orang-orang miskin pada umumnya.

Suatu hari, ada orang Arab Badui (dusun) yang datang dan makan dirumahnya. Sehabis makan, ia tidak langsung pulang, melainkan duduk dan membungkus beberapa makanan ke dalam tas. Melihat keanehan itu, Hasan datang menyapa.

“Kenapa kau mesti membungkusnya? Lebih baik kau datang makan tiap pagi, siang dan malam di sini. Biar makananmu lebih segar,” kata Hasan.

“Oh, ini bukan untukku pribadi. Tapi untuk orang tua yang kutemui di pinggir kota tadi. Orang itu duduk di pinggir kebun kurma dengan wajah lesuh dan memakan roti keras.

Dia hanya membahasahi roti itu dengan sedikit air bergaram dan memakannya. Aku membungkus makanan ini untuknya, biar dia senang.,” jawab orang Badui.

Mendengar itu, Hasan kemudian menangis tersedu-sedu. Badui itu heran dan bertanya, “Kenapa Tuan menangis? Bukankah tak ada yang salah jika aku kasihan dengan lelaki miskin yang di pinggiran kota itu?”

Dijawab oleh Hasan, sembari tersedu, “Ketahuilah, saudaraku. Lelaki miskin yang kau jumpai itu, yang makan roti keras dengan sedikit air bergaram itu, dia adalah ayahku: Ali bin Abi Thalib. Kerja kerasnya di ladang kurma itulah yang membuatku bisa menjamu semua orang setiap hari di rumah ini.” (Ajie Najmuddin)

Membaca kisah di atas yang saya kutip dari web nu.or.id membuat saya terharu dan meneteskan air mata, pengorbanan dan penghormatan yang luar biasa Saidina Ali bin Abi Thalib kw terhadap tamu membuat saya akan sosok Guru saya mulia yang dalam keseharian hidup Beliau sangat memuliakan tamu, walaupun tamu tersebut orang biasa atau murid Beliau sendiri. Apa yang dilakukan oleh sahabat Nabi tersebut tidak lain bagian dari ajaran Nabi yaitu mencintai saudara seperti mencintai diri sendiri bahkan Saidina Ali mencintai saudaranya melebihi mencintai dirinya sendiri. Semoga kisah di atas memberikan semangat kepada kita semua untuk mencintai saudara kita seperti mencintai diri kita sendiri, amin ya Rabbal ‘Alamin!

Nasehat Guru,“Ilmu ini (Hakikat) turun dengan Kasih Sayang”

Nasehat Guru,“Ilmu ini (Hakikat) turun dengan Kasih Sayang”

Islam adalah agama damai, sejuk, indah, memberi keselamatan kepada pemeluknya dunia dan akhirat serta menjadi rahmat bagi seluruh alam. Siapapun yang menyentuh Islam akan ikut bahagia lahir dan bathin. Islam adalah agama yang mengajarkan pemeluknya untuk berakhlak yang baik dan bekasih sayang antara satu dengan lain. Junjungan kita Rasulullah SAW memberikan contoh akhlak yang baik itu dan membimbing para sahabat dan ummat zaman itu untuk berakhlak yang baik, saling sayang menyayangi dan saling mencintai satu sama lain. Begitu mendalam dan berbekas pengajaran akhlak dari Nabi kepada sahabat sehingga mereka bahkan lebih mencintai saudaranya dari mencintai diri sendiri.

Bukan hanya terhadap ummat, kepada musuhpun Nabi menunjukkan kasih sayang, memberikan maaf kepada orang yang menyakiti Beliau bahkan terhadap orang yang pernah ingin membunuh Beliau. Power kasih sayang yang tulus itulah yang menyebabkan Beliau bisa diterima oleh segala lapisan masyarakat Arab yang terpecah menjadi banyak kabilah dan suku.

Dalam Hadist Qudsi Allah berfirman :

“Kasih sayang-Ku pasti Ku berikan kepada mereka yang saling berkasih sayang di jalan-Ku, saling berkumpul memenuhi panggilan-Ku, saling memberi pada jalan-Ku dan saling berziarah berkunjung karena aku”. (HR. Ahmad, Hakim, Thabrani, Ibnu Hibban, dan Baihaqi dari Mu’az).

Apabila kita ingin dicintai oleh Allah, maka tebarkanlah kasih sayang kepada semua manusia di muka bumi ini terlebih lagi kepada kekasih-Nya. Selain dari Guru Mursyid, kita tidak tahu siapa diantara manusia yang berjalan dimuka bumi ini yang dekat dengan Tuhan dan makbul doanya sehingga tidak ada salahnya kalau kita berbuat baik dan menghargai semua orang sebagai bagian dari ajaran Rasulullah SAW. Bisa jadi orang yang kita lihat secara zahir bisa-biasa saja ternyata dialah orang yang paling dekat dengan Allah.

Berbuat baik dan menebarkan kasih sayang itu ibarat menam tanaman yang baik, semakin lama akan menuai hasil yang baik pula. Sebaliknya, berbuat jahat dan kemungkaran seperti menebarkan api yang akan bisa membakar dan memusnahkan diri sendiri.

Guru saya yang mulia memberikan nasehat, “Jangan pernah kau mendokan orang dengan doa yang buruk, karena kedudukanmu akan buruk pula di mata Tuhan”. Guru sangat melarang kita untuk mendoakan orang agar kena bala atau mendapat musibah, walaupun orang tersebut telaah berbuat jahat kepada kita. “Jika ada orang yang berbuat tidak adil kepada engkau, serahkan kepada Tuhan karena Dia lebih mengetahui hal yang tidak kau ketahui”, demikian nasehat Guru kepada saya.

Cara Nabi membina ummat Beliau zaman dulu kemudian diteruskan oleh para ulama pewaris Beliau sampai sekarang, sehingga tidak mengherankan kita lihat di kalangan pengamal Tarekat terutama yang masih satu Guru, diantara sesama murid benar-benar akrab secara lahir dan bathin. Mereka saling berkasih sayang, saling menghargai satu sama lain. Kedekatan dan keakraban semasa murid Guru bahkan melebihi kedekatan dengan saudara kandung. Memang para murid secara jasmani dilahirkan dari ibu yang berbeda akan tetapi secara rohani mereka “dilahirkan” dari Guru yang sama.

Sesama murid Guru, pada hakikatnya kedudukan kita sama, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah walaupun dalam pandangan zahir terkadang dibedakan dari tahun masuk tarekat, tahun dituakan atau jumlah suluk yang pernah di ikuti. Biarlah Guru dan Allah SWT yang memberikan penilaian terhadap kedudukan kita, sementara tugas kita hanya memperkuat tali persaudaraan sehingga rahmat Allah akan selalu mengalir kepada kita semua. Begitu tingginya nilai persaudaraan dan persahabatan sehingga Allah menjadi orang ketiga diantara dua orang yang bersahabat sebagaimana Firman Allah :

“Aku adalah yang ketiga dari antara dua orang yang bersahabat selama salah seorang diantaranya tidak berkhianat. Bila salah seorang berkhianat kepada temannya, maka aku keluar diantara keduanya.” (HR. Abu Daud dan Hakim dari Abu Hurairah).

Saya mengakhiri tulisan singkat ini dengan mengutip ucapan Guru, “Ilmu ini (Hakikat) hanya bisa turun dengan Kasih Sayang dan kau pun menyampaikannya dengan kasih sayang, tanpa kasih sayang maka ilmu ini tidak akan bisa turun (tidak bisa diajarkan)”. Maknanya, ilmu-ilmu hakikat yang sangat tinggi nilainya hanya bisa turun (mengalir) dari Guru kepada para murid dan dari murid kepada orang lain harus dengan kasih sayang. Itulah sebabnya dalam terekat yang diutamakan bukan zikir atau ibadah akan tetapi Hadap (sopan santun) kepada Guru karena itu merupakan kunci turunnya seluruh ilmu dan karunia Allah SWT.

Rabu, 30 Juli 2014

puasa 6 hari di bulan Syawal

01. "siapa puasa Ramadhan, lalu dia ikuti dengan puasa 6 hari di bulan Syawal, seakan-akan dia berpuasa setahun penuh" (HR Muslim)

02. hukum puasa 6 hari di bulan Syawal adalah sunnah | semua ulama bersepakat tentangnya dan tiada perbedaan

03. ada pendapat bahwa qadha Ramadhan (bayar hutang puasa Ramadhan) | sedianya didahulukan sebelum puasa sunnah Syawal

04. karena lafadz "siapa puasa Ramadhan, lalu dia ikuti.." | mengarahkan kita untuk sempurnakan dulu puasa Ramadhan kita

05. juga kita ketahui hutang puasa yang wajib membuat puasa Ramadhan tidak lengkap | karena itu sempurnakan dulu, baru puasa Syawal

06. juga hadits "karena hutang kepada Allah lebih berhak dilunasi" (HR Bukhari) | sebagai penguat untuk dahulukan ganti puasa Ramadhan

07. juga perkara "ma'lumun minaddini bi adh-dharurah" (perkara yang diketahui umum dalam agama) | bahwa yang wajib didahulukan dari sunnah

08. dan seandainya seseorang meninggal sebelum tunai kewajiban ganti puasa (qadha) | maka itu jadi hutang yang harus dilunasi ahli-waris

09. "siapa meninggal sedangkan ia (masih) dalam kewajiban berpuasa, maka walinya (kerabatnya) berpuasa untuknya" (HR Bukhari Muslim)

10. semua dalil diatas memberikan keterangan yang tunggal | bahwa lebih didahulukan ganti puasa, dari shaum Syawal yang sunnah

11. pertanyaanya | "bulan Syawal kan terbatas, boleh gabung 2 niat? niat shaum Syawal dan shaum pengganti Ramadhan sekaligus?"

12. "tidak boleh melakukan puasa sunnah dengan dua niat sekaligus yaitu dengan niat ganti puasa dan niat puasa sunnah"

13. itu adalah pendapat Lajnah Ad Da-imah Lil Buhuts wal Ifta’ (Komisi Fatwa di Saudi Arabia) yang bisa dijadikan rujukan

14. sebagaimana niat shalat shubuh 2 rakaat | tak bisa digabungkan dengan niat shalat sunnah qabliyah shubuh yang juga 2 rakaat

15. adapun menggabung niat puasa sunnah dan puasa sunnah lain | misal puasa Syawal digabung puasa senin-kamis dan pertengahan bulan, sah

16. "bagaimana Muslimah yang haid saat Ramadhan bisa dapat pahala puasa Syawal?" | ya selesaikan dulu puasa gantinya, baru puasa Syawal

17. puasa ganti Ramadhan kan boleh tiap hari, Muslimah bolong puasa Ramadhan paling 5-7 hari (normal) | bulan Syawal ada 29-30 hari

18. "saya ibu hamil tahun kemarin, tahun ini menyusui, hutang puasa 2 bulan, mustahil dapat pahala Syawal dong?" | hehe.. tenang-tenang

19. bagi yang begitu, puasalah dengan niat ganti puasa Ramadhan, insyaAllah pahala puasa Syawalnya juga dapet, Allah Mahaluas Rahmat-Nya

20. artinya bukan digabung niatnya, tapi niat tunaikan hutang wajib (puasa ganti) | dan berharap moga-moga Allah beri pahala sunnahnya

21. pertanyaan lagi "jika tetep mau dahulukan puasa sunnah Syawal 6 hari bagaimana?" | boleh aja, nggak dosa, hanya saja tidak utama

22. karena yang utama itu berhati-hati, umur tiada yang tahu | selesaikan hutang wajib lebih didahulukan dari amal yang sunnah

23. "lalu bagaimana tatacara puasa ganti dan puasa Syawal?" | boleh dimulai sehari setelah Ied Fitri, 2 Syawal hari ini sudah bisa dimulai

24. adapun puasa ganti Ramadhan, bagusnya dilakukan segera, tiap hari secara berturut-turut | agar segera tunai hutang yang wajib

25. adapun puasa sunnah 6 hari Syawal | Imam Syafi'i dan Ibnu Mubarak menganjurkan dilakukan setiap hari secara berurutan

26. sedang Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam Waki berpendapat | boleh saja puasa 6 hari Syawal berurutan, boleh juga terpisah-pisah

27. logikanya, bila shaum sunnah Syawal semangat, harus lebih semangat lagi bayar hutang yang wajib dong | wajib dulu, baru sunnah

28. kesimpulannya, boleh jika mau dahulukan puasa sunnah Syawal 6 hari | namun lebih utama sempurnakan dulu ganti puasa Ramadhan

29. jangan pula menganggap setiap bolong puasa Ramadhan bisa diganti dengan fidyah | nggak semua bolong puasa bisa diganti dengan fidyah

30. yang masih bingung tentang qadha puasa, fidyah, kafarat dan lainnya | 

Fitrah Sejati Manusia



Fitrah sejati dari keberadaan manusia dimuka bumi ini adalah untuk mengenal Sang Penciptanya. Inilah tuntutan naluriah dari pencarian mendalam tentang makna hakiki dalam kehidupan. Manusia adalah mahluk paling sempurna yang pernah diciptakan Allah di muka bumi ini. Bahkan manusia adalah pencitraan Tuhan Sang Maha Kekal. Seandainya kita tidak mengenal Allah, maka bagaimana kita dapat menyembah-Nya, memuji-Nya, dan memohon pertolongan pada-Nya?

Hikmah atau ilmu perlu ada dalam diri manusia untuk mengenal Allah, sebagai Tuhannya. Yaitu dengan menyingkap tirai hitam yang menutupi cerminan Qalbu seseorang, membersihkan dan mengikilaukannya sampai bersih sehingga keindahan Ketuhanan yang terbayang pada cermin Qalbu itu akan tampak. Allah ibarat harta tersembunyi dan Ia ingin di kenal. Maka dijadikan-Nya mahluk untuk mengenal-Nya. Oleh karena itu, manusia hendaknya mencari tahu cara, teknik atau metode serta mencari ilmu untuk mengenal Allah (Makrifatullah).

Allah Swt, telah berfirman di dalam sebuah hadis qudsi, yang berbunyi, “Aku laksana harta yang tersembunyi. Aku ingin dikenali. Karena itu, Aku menciptakan semua mahluk.” Kitalah mahluk yang dimaksud dalam hadis tersebut untuk mengenal Zat-Nya yang Mahaagung, dan karena itu wajiblah bagi kita untuk berusaha mengenal-Nya.

Jadi jelas sudah, bahwa tujuan Allah Swt, menciptakan manusia adalah agar mereka mencari ilmu untuk mengenali-Nya. Ada dua peringkat ilmu makrifat. Pertama, ilmu untuk mengenal sifat Allah dan perwujudan kekuasan-Nya. Kedua, ilmu untuk mengenal Zat Allah.

Dalam mengenali sifat-sifat Allah itu, manusia yang masih berdaging dan bertulang ini dapat mengalami dan merasakan hal-hal yang bersifat keduniawian dan keakhiratan, yaitu kita dapat mengenal sifat-sifat Allah melalui pengalaman dan pengamatan terhadap kedua hal tersebut. Tetapi ilmu yang membawa kita kepada pengenalan terhadap Zat Allah terletak dalam Ruh al-Quds (Ruh Suci) yang diberikan kepada manusia agar dapat mengenali rahasia-rahasia Akhirat. Allah menyebutkan perkara ini, seperti dalam firman-Nya:

“.....dan Kami memperkuatnya dengan Ruh al Quds.....” (QS. Al Baqarah 2:87)

Mereka yang mengenal Zat Allah akan memperoleh ilmu melalui Ruh Suci yang terpendam dalam diri mereka masing-masing. Jadi kedua ilmu itu (mengenal Zat dan mengenal sifat Allah) di peroleh dengan ilmu hikmah atau makrifat. Keduanya pun terbagi menjadi dua aspek, yaitu ilmu batin dan ilmu zahir. Kedua ilmu ini penting bagi seseorang yang menginginkan kebaikan dan kebajikan. Pendek kata, ilmu terbagi menjadi dua, yaitu ilmu yang ada di lidah manusia dan yang ada di dalam qalbu manusia. Inilah yang perlu dicapai dari harapan dan tujuan kita, yaitu mengenal Allah Swt.

NIAT

NIAT
kalau kita nk belajar seisi al `quran
mungkin tidak semua orang boleh
karna kemampuan dan skill manusia berbeza
dan bagaimana supaya sama
karna tuhan bersifat adil pada setiap hambanya
tentu ada penyelesaiannya

al` quran mengandungi
30 zus, 115 surah dan 6666 ayat
dipatikan menjadi 83 ayat ( ya siin )
dipatikan menjadi 7 ayat ( al fatehah )
dipatikan menjadi 4 ayat ( al iklas )
dipatikan menjadi 1 ayat ( bismilah irohman nirohim )
dipatikan menjadi 1 huruf ( alip )
dipatikan menjadi 1 noktah atau titik ( . )
dipatikan menjadi kosong
dan sebelum ada kosong apa yang ada
tentu ada rahasianya..
dalam mana mana ilmu mengenal diri
kedudukan kosong ini ponm sudah tidak ada cerita
tetapi mustahil karana sebelum ada kosong apa yang ada...
tentu dalam kosong ini ada rahasia yg sangat besar
bagaimana mau menjadikan al `quran kalau
tidak tau sapa yang menjadikan
sebelum ada kosong itu ada niat
yang suci bersih dan tidak ternoda lagi
kedudukan niat dalam diri aku
letaknya..dibelakang belakang sirr jantung lagi
siir ini pentajalian kosong menjadi titik atau noktah
jika berniat disirr maka masih barang yg dijadikan lagi
jika aku berniat dalam alam sirr
iblis masih bole masuk alam itu
mengganggu niat suciku menjadi kotor
jadi aku harus masuk lebih dalam
menjangkaui alam itu
masuk alam kosong yg hitam yg blm ada cahaya lagi
Alam itu namanya alam LAHUT
niat suciku harus aku letakan disana
yng tiada sapa yg tau kecuali allah
dalam alam LAHUT ini
iblis ponm sudah bole copy
dia buat alam seumpama alam lahut jugak
padahal alam buatan iblis
niat yg kotor ialah
niat yg sudah diketahui oleh mahluk
yaitu jin setan iblis
rahsia niatmu sudah diketahui umum
maka mereka akan menggagalkan niat itu
bukan senang mau masuk alam lahut ini
karana kedudukanya yg sangat dalam
aku ponm sampai alam ini hanya 1 tau 2 kali jewww
karana begitu susahnya...
frekuensi kosong dalam diri manusia
adalah frekuensi tenang
dalam tenanglah barulah engkau berniat
maka niat itu sampai
itu bahasa senangnya...
tetapi tenang atau kosong ini berperingkat yaaaa
mengikut ilmu dan kefahamannya
setiap orang tidak akan sama
jadi
duduklah dalam tenang dalam diri....
cari dan temukan ia itu
TENANG SEBENAR BENAR TENANG
KOSONG SEBENAR BENAR KOSONG
YANG BERTERUSAN
maka akan duduk pada
NIAT YG BERSIH DAN SUCI
KARANA TIADA MAHLUK YG TAU

Selasa, 29 Juli 2014

UTUHUL GHOIB AJARAN 78, 79 & 80

UTUHUL GHOIB
AJARAN 78

Sekurang-kurangnya ada sepuluh sifat yang harus dimiliki oleh orang-orang yang berada dalam perjuangan kerohanian, yang sedang memeriksa diri sendiri dan yang berusaha mencapai tujuan kerohanian serta yang menginginkan kekal berada dalam keadaan itu. Apabila Allah telah mengizinkan mereka untuk tetap berada dalam keadaan itu dan berdiri teguh di dalamnya, maka mereka akan mendapatkan kedudukan yang tinggi.

Sifat pertama, hendaklah seorang hamba tidak bersumpah dengan menggunakan nama Allah, baik di dalam perkara yang benar maupun di dalam perkara yang salah, dan baik secara disengaja maupun tidak. Jika ia telah menyadari hal itu, yakni ia tidak bersumpah dengan menggunakan nama Allah, baik secara disengaja maupun tidak, maka Allah akan membukakan pintu cahaya-Nya baginya, ia akan menyadari faidahnya di dalam hatinya, pangkatnya di sisi Allah akan ditinggikan, kekuatan dan kesabarannya akan bertambah, sanak saudaranya akan memujinya dan tetangga-tetangganya akan memuliakan. Kemudian, orang yang kenal kepadanya akan menghormatinya dan orang yang melihatnya akan merasa gentar memandangnya.
Sifat kedua, hendaknya tidak berbuat bohong, baik berbohong yang sesungguhnya maupun hanya sekedar lelucon saja. Jika ia telah dapat membuang perbuatan yang tidak diinginkan itu dan telah menjadi satu dengan dirinya, maka Allah akan membukakan hatinya dan membersihkan ilmunya, sehingga seakan-akan ia tidak pernah berbohong dan apabila ia mendengar orang lain berbohong, maka hatinya akan merasa benci dan malu. Jika ia berdoa kepada Allah supaya Dia menghilangkan perbuatan bohong itu dari dirinya, maka Allah pun akan memperkenankan doanya itu.
Sifat ketiga, apabila berjanji, hendaklah tidak mengingkari janji itu, atau jangan berjanji sama sekali. Dengan tidak mengingkari janji atau tidak berjanji sama sekali itu, ia akan mendapatkan sumber kekuatan dirinya, dan inilah tindakan yang seimbang untuk diikuti. Sebab, pengingkaran janji itu termasuk ke dalam perbuatan bohong. Jika ia berbuat demikian, maka pintu kemuliaan akan dibukakan baginya, derajat ahlak yang tinggi akan diberikan kepadanya, orang-orang yang benar akan cinta kepadanya dan pangkatnya di sisi Allah akan ditinggikan.
Sifat keempat, hendaklah tidak mengutuk mahluk atau menyakiti mereka, walau ia sendiri disakiti. Karena sifat ini termasuk salah satu sifat yang baik dan termasuk kebajikan. Ini adalah suatu sifat yang benar. Jika seorang hamba bertindak berlandaskan pada sifat ini, maka ia akan berakhir dengan kehidupan yang baik di bawah lindungan Illahi, Allah akan menyediakan pangkat kerohanian yang tinggi untuknya, ia akan dipelihara dari jatuh ke lembah kebinasaan dan dari kejahatan manusia, dan Allah akan mengkaruniakan rahmat dan kedekatan kepada-Nya.
Sifat kelima, hendaknya tidak berdoa agar orang lain mendapatkan bahaya, walaupun orang itu memperlakukan dirinya dengan cara yang tidak baik. Janganlah membalas baik dengan lisan maupun dengan perbuatan. Bersabarlah dan serahkanlah kepada Allah. Janganlah menuntut bela, baik dengan perbuatan maupun dengan lisan. Orang yang dapat melakukan semua ini akan diberi kedudukan yang tinggi di sisi Allah. Orang yang terlatih dengan cara seperti ini dan tetap menjalankan sifat ini akan mendapatkan kemuliaan di dunia ini dan di akhirat kelak, dan ia akan dicintai oleh orang-orang yang benar, baik yang dekat maupun yang jauh. Permohonannya akan diterima dan ia akan mendapatkan kemuliaan di hati orang-orang yang beriman.
Sifat keenam, janganlah seorang hamba itu mengatakan bahwa orang yang mengikuti kiblat yang sama, yaitu orang yang beragama Islam itu adalah musyrik, munafik atau kafir. Jika kamu tidak mengkafirkan, memunafikkan atau memusyrikkan seseorang, maka itu menunjukkan bahwa kamu mengikuti sunnah Nabi besar Muhammad SAW, menjauhkan diri kamu dari berbuat kekacauan dalam perkara yang hanya diketahui oleh Allah saja dan menjauhkan diri dari siksaan-Nya, serta Allah akan mendekatkan kamu kepada rahmat dan keridhaan-Nya. Oleh karena itu, ini adalah pintu yang mulia untuk menuju Allah SWT. Yang mengkaruniakan sifat ini kepada hamba-hamba-Nya yang beriman sebagai balasan atas kasih sayangnya kepada semua orang.
Sifat ketujuh, hendaklah seorang hamba itu menghindarkan dirinya dari perkara dosa, baik secara lahir maupun secara batin, dan juga menjauhkan anggota badannya dari melakukan perbuatan dosa. Dengan demikian, hatinya dan juga seluruh anggota tubuhnya akan mendapatkan karunia Allah di dalam dunia ini dan karunia yang disediakan untuknya di akhirat kelak. Kita berharap semoga Allah memberikan sifat ini kepada kita dan membuang segala hawa nafsu keduniaan dari hati kita.
Sifat kedelapan, hendaklah seorang hamba itu tidak membebani seseorang, baik beban itu berat maupun ringan. Sebaliknya , hendaklah ia membuang beban yang ditanggung oleh seorang, baik itu meminta maupun tidak. Sebenarnya, sifat ini adalah sutau kemuliaan yang diberikan Allah kepada hamba itu dan sifat ini juga memberikan kekuatan kepadanya untuk menasehati orang lain supaya melakukan perbuatan baik dan meninggalkan perbuatan jahat. Ini adalah suatu kemuliaan bagi seorang hamba Allah. Hamba yang berada dalam peringkat ini akan memandang seluruh mahluk itu sama. Hati hamba yang berada dalam peringkat ini akan dijadikan oleh Allah tidak memerlukan apa-apa lagi. Hamba ini akan berpegang teguh dan menyerahkan kepada Allah saja. Allah tidak akan menaikkan derajat seseorang di sisi-Nya, jika ia masih terikat erat kepada kehendak hawa nafsunya. Menurut pandangan orang yang berada dalam peringkat ini, semua mahluk itu adalah sama dan mempunyai hak yang sama. Inilah pintu kemuliaan bagi orang mu’min dan orang-orang yang saleh, dan inilah pintu yang sangat dekat kepada keikhlasan.
Sifat kesembilan, hendaknya seorang hamba itu tidak mengharapkan pertolongan manusia dan juga hatinya tidak menginginkan mulia. Hamba ini tidak memerlukan apa-apa lagi. Inilah kebaikan yang besar keyakinan dan kebergantungan yang erat kepada Allah. Inilah salah satu di antara pintu-pintu tawakal kepada Allah yang menghantarkan seseorang untuk takut kepada-Nya. Ini menunjukkan kesempurnaan amal agamanya. Dan ini adalah tanda yang menunjukkan hubungannya yang langsung dengan Allah SWT.
Sifat kesepuluh, ialah merendahkan diri, yaitu tidak merasa bangga dan membesarkan diri. Dengan sifat ini, kedudukan seseorang akan ditinggikan dan dimuliakan oleh Allah, ia akan disempurnakan di sisi Allah dan juga di sisi manusia. Ia diberi kekuasaan untuk mendapatkan kehendaknya dalam urusan keduniaan dan keakhiratan. Sifat ini merupakan akar dan ranting bagi batang kesempurnaan ketaatan kepada Allah dan ini juga merupakan penolong yang menaikkan seorang hamba ke posisi orang-orang saleh yang ridha dengan Allah di dalam kesusahan dan kesenangan. Dan inilah kesempurnaan wara’. Di dalam merendahkan diri itu, seorang hamba hanya melihat kelebihan orang lain dan ia berkata, “Barangkali, menurut pandangan Allah, orang itu lebih baik dan lebih kedudukannya daripada aku”. Jika orang itu adalah orang kecil, maka hamba itu berkata, “Orang ini tidak bersalah kepada Allah, sedangkan aku bersalah kepada-Nya. Oleh karena itu, sudah barang tentu ia lebih baik daripada aku”. Jika orang itu orang besar, maka ia berkata, “Orang ini telah menghambakan dirinya kepada Allah, sebelum aku berbuat demikian”. Jika hamba itu melihat seorang yang ‘alim, maka ia berkata, “Orang ini telah diberi apa yang tidak diberikan kepadaku, ia telah mendapatkan apa yang tidak aku dapatkan, ia mengetahui apa yang tidak aku ketahui dan ia bertindak menurut ilmu pengetahuan”. Jika orang itu orang jahil, maka hamba itu berkata, “Orang ini ingkar kepada Allah, karena ia jahil, sedangkan aku ingkar kepada-Nya, padahal aku berilmu. Aku tidak mengetahui bagaimana akhirnya aku dan bagaimana akhirnya orang itu”. Jika ia melihat orang kafir, maka ia berkata, “Aku tidak tahu, mungkin ia akan menjadi seorang muslim dan pada akhir hayatnya ia berada dalam kebaikan, sedangkan aku mungkin menjadi orang kafir dan berakhir di dalam kejahatan”.

Inilah pintu kasih sayang, pintu takut kepada Allah dan yang perlu kekal pada hamba-hamba Allah.

Oleh karena itu, apabila hamba Allah telah menjadi orang seperti digambarkan di atas, maka Allah akan memeliharanya dari marabahaya, derajatnya akan dinaikkan sebagai orang yang berdampingan dengan Allah SWT dan ia akan menjadi orang pilihan-Nya. Ia akan menjadi teman Allah dan musuh iblis. Di sinilah terdapat pintu rahmat. Di sinilah kebanggaan dan kesombongan diri akan hancur lebur. Rasa ketinggian diri di dalam hal keagamaan, keduniaan dan kerohanian akan hilang musnah. Inilah intisari penghambaan dan penyembahan kepada Allah. Tidak ada yang lebih baik daripada ini. Dengan tercapainya peringkat ini, maka lidahnya akan berhenti membicarakan hal-hal ahli dunia dan hal-hal yang sia-sia. Tidak ada kerjanya yang sempurna tanpa tangga ini. Rasa sombong, dengki dan melampaui batas akan hilang dari hatinya dalam semua keadaan. Perkataan dan tujuannya sesuai dengan apa yang terdapat dalam hatinya. Pendeknya, lahirnya sesuai dengan batinnya. Menurut pandangannya di dalam hal nasehat-menasehati, manusia ini semua manusia ini sama. Di dalam memberikan nasehatnya, ia tidak pernah membuat perumpamaan tentang kejahatan dengan diri seseorang dan tentang tindakan baik dengan dirinya sendiri atau ia membicarakan kejahatan orang lain, dan ia tidak suka mendengar kejahatan orang lain dijadikan perumpamaan, karena hal itu akan membahayakan hamba-hamba Allah, menyusahkan mereka dan membawa kerusakan kepada sifatnya, kecuali mereka yang ditolong Allah dengan rahmat-Nya untuk memelihara lidah dan hatinya agar selamat.

AJARAN 79

Ketika wali Allah ini (Syaikh Abdul Qadir Jailani) sakit yang membawa kematiannya, putranya yang bernama Syaikh Abdul Wahhab berkata kepadanya, “Berikanlah satu nasehat kepadaku sebelum ayah meninggal dunia untuk kujadikan pegangan.” Ia berkata kepada putranya, “Takutlah kamu kepada Allah dan janganlah kamu takut kepada selain Dia. Janganlah kamu berharap kepada siapapun selain kepada Dia saja, dan mintalah segala kebutuhanmu kepada-Nya. Janganlah kamu bergantung kepada siapaun selain kepada Dia saja dan tumpukanlah kepercayaanmu kepada-Nya saja. Bertauhidlah kepada-Nya. Semua orang setuju tentang hal ini”.

Lalu katanya lagi, “Apabila hati itu telah benar-benar bersatu dengan Allah, maka tidak ada lagi yang dirasakan tinggal di dalamnya kecuali Allah dan tidak ada yang datang kepadanya dari diri manusia”.

Sambungnya lagi, “Aku ini ibarat isi tanpa kulit”.

Selanjutnya ia berkata, “Orang lain datang berkunjung kepadaku. Berilah mereka ruang untuk duduk dan hormatilah mereka. Di sini ada manfaat yang besar. Janganlah kamu sesakkan tempat mereka itu”.

Terdengar juga ia berkata, “Selamatlah dan sejahteralah kamu berada di dalam rahmat dan kasih sayang-Nya. Semoga Allah melindungi aku dan kamu serta melimpahkan rahmat-Nya kepada aku dan kamu. Aku memulai sesuatu dengan nama Allah dengan tiada henti-hentinya”.

Sehari semalam, ia terus berkata, “Celakalah kamu ! Aku tidak takut kepada siapapun, sekalipun kepada malaikat maut. Wahai malaikat maut, bukanlah kamu yang aku takuti, melainkan Dia Yang menolongku dan Yang memberi karunia kepadaku”.

Kemudian, iapun diam. Ini terjadi pada malam hari kembalinya Syaikh ke rahmatullah. Aku diberi tahu oleh putra-putranya, Abdul Razaq dan Musa bahwa syaikh telah mengangkatkan tangannya lalu meluruskannya dan terdengar perkataannya, “Selamatlah dan sejahteralah kamu berada di dalam rahmat Allah. Bertobatlah dan masuklah ke dalam barisan-Nya. Tidak lama lagi aku akan datang kepada-Mu”.

Syaikh berkata, “Tunggu !”. Kemudian, iapun kembali ke rahmatullah.

AJARAN 80

Antara diriku dengan dirimu dan mahluk, hanya ada Dia saja, seperti antara langit dan bumi. Oleh karena itu, janganlah kamu samakan aku dengan sesuatu dari mereka dan janganlah kamu menyamakan sesuatu dari mereka dengan aku.

Kemudian, Abdul Aziz, putranya, bertanya kepadanya tentang sakit dan keadaannya. Ia berkata, “Janganlah ada seorangpun yang bertanya kepadaku. Aku sedang dibalik-balikkan di dalam ma’rifat Allah”.

Juga diriwayatkan bahwa Abdul Aziz bertanya kepada ayahnya tentang sakitnya. Berkenaan dengan hal ini, ayahnya menjawab, “Sesungguhnya tidak ada seorangpun, baik manusia maupun jin sekalipun malaikat, yang mengetahui penyakitku. Ilmu Allah tidak akan hilang dengan perintah Allah. Perintah itu akan berganti-ganti, sedangkan ilmu tidak akan pernah berganti. Perintah itu bisa dibatalkan, sedangkan ilmu tidak bisa. Allah menghilangkan dan mendatangkan apa yang dikehendaki-Nya, dan kepunyaan-Nya adalah Al Qur’an. “Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya. Dan merekalah yang akan ditanya.” (QS 21:23)

Sifat-sifat itu, sebagaimana telah dikatakan, terus bergerak.

Kemudian tibalah masanya ia menghembuskan nafasnya yang terakhir. Ketika itu ia berkata, “Aku berlindung kepada Allah dengan membaca: Tidak ada yang disembah kecuali Allah. Dia Maha Agung lagi Maha Tinggi, Yang Kekal Abadi selamanya, Yang tidak takut kepada kebinasaan. Segala puji bagi Allah Yang Menegakkan kekuasaan-Nya dengan kekuatan-Nya dan menguasai hamba-hamba-Nya dengan kematian. Tidak ada yang disembah kecuali Allah dan Muhammad itu adalah Rasulullah.”

Aku diberitahu oleh putranya yang bernama Musa bahwa ayahnya mengucapkan kata-kata ‘Ta’azzuz’ sambil lidahnya tidak dapat berkata dengan baik. Oleh karena itu, kata-katanya itu diucapkannya terus sampai ia bisa berkata dengan baik. Kemudian ia mengucapkan, “Allah, Allah, Allah”. Semakin lama suaranya semakin perlahan dan lidahnya melekat pada langit-langit mulutnya. Setelah itu, jiwanya yang mulia itupun berpisah dari badannya. Semoga Allah meridhainya. Semoga Allah mengkaruniakan kasih sayang-Nya kepada kita sekalian dan seluruh kaum Muslimin dan Muslimat. Dan semoga di akhir hayat nanti kita berada dalam keadaan iman, tanpa kita dihinakan-Nya dan diletakkan-Nya di dalam ujian. Semoga Allah memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang yang saleh. Amin, amin, amin.


FUTUHUL GHOIB AJARAN 76 & 77

FUTUHUL GHOIB
AJARAN 76

Aku nasehatkan kepadamu supaya kamu bergaul dengan orang kaya dengan sikap mulia dan bergaul dengan orang miskin dengan sikap sopan santun. Hendaklah kamu bersikap sopan santun dan ikhlas. Keikhlasan itu membawa kepada pandangan yang kekal terhadap Allah. Janganlah kamu menyalahkan Allah di dalam masalah keduniaan. Rendahkanlah diri di hadapan-Nya. Janganlah kamu merusak hak saudaramu. Bergaullah dengan darwisy dengan sopan santun dan berakhlak baik serta ‘bunuh’-lah diri kamu, sehingga kamu hidup kembali di dalam alam kerohanian. Orang-orang yang dekat kepada Allah itulah yang baik kelakuannya. Yang penting ialah kamu harus menjauhkan diri dari mempersekutukan sesuatu dengan Allah Yang Maha Esa. Teruslah bergaul bersama manusia dengan berpegang kepada kebenaran dan kesabaran. Dan cukuplah kamu bergaul dengan darwisy dan berkhidmat kepada para wali.

Darwisy ialah orang yang tidak mempedulikan apa-apa selain Allah. Kamu menyerang orang yang lebih lemah daripada kamu menunjukkan bahwa kamu adalah orang pengecut. Sedangkan kamu menyerang orang yang lebih kuat daripada kamu itu menunjukkan bahwa kamu adalah orang yang tidak tahu malu. Dan adapun jika kamu menyerang orang yang kekuatannya sepadan dengan kamu, maka itu menunjukkan bahwa kamu tidak berkelakuan baik. Untuk mengikuti kehidupan orang darwisy dan sufi, diperlukan suatu upaya. Semoga Allah memberikan kekuatan kepada kita.

Wahai wali Allah, kamu selalu mengikuti Allah di dalam semua keadaan, karena dengan itu kamu mendapatkan segala kebaikan, dan kamu juga terus melaksanakan perintah Allah, karena dengan demikian kamu terhindar dari perkara-perkara yang merusakkan diri kamu. Adalah juga termasuk tugas kamu untuk senantiasa bersedia menghadapi takdir Allah, karena ketentuan Allah itu pasti akan datang.

Ketahuilah, bahwa kamu akan ditanya tentang gerak dan diam kamu. Oleh karena itu, hendaklah kamu senantiasa berada dalam keadaan yang sesuai untuk sesuatu masa, dan janganlah kamu melakukan apa yang tidak memberi faidah kepada kamu. Patuhilah Allah, Rasul-Nya dan mereka yang memerintah sebagai ganti para Nabi. Hendaklah kamu memberi kepada mereka, jangan hanya meminta kepada mereka, dan doakanlah mereka. Ingatlah kepada saudara-saudaramu seagama (Islam), berniat baiklah dan berbuat baiklah kepada mereka. Janganlah memusuhi kaum muslimin dan muslimat, dan jangan pula hatimu dengki kepada mereka.

Kamu perlu mendoakan mereka yang berbuat dholim kepada kamu, dan takutlah kepada Allah. Adalah tugas kamu untuk hanya memakan barang-barang yang halal saja. Bertanyalah kepada orang-orang yang mengetahui ilmu Allah tentang apa yang tidak kamu ketahui. Tanamkanlah rasa sopan santun terhadap Allah dan senantiasalah berdampingan dengan-Nya. Dampingilah selain Allah sekedarnya saja, dan itupun ditujukan untuk berdampingan dengan Allah.

Sedekahkanlah uangmu setiap pagi. Lakukanlah shalat mayat pada malam hari untuk orang-orang islam yang meninggal dunia pada hari itu. Setelah selesai shalat Maghrib, lakukanlah shalat istikharah. Bacalah ayat di bawah ini setiap pagi dan petang sebanyak tujuh kali : “Allaahumma anjirnaa minannaar (Ya Allah, lindungilah kami dari api neraka)”. Bacalah selalu: “A’uu dzubillaahissamii’ul ‘aliimi minasysyaythoonirojiim (Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari setan yang terkutuk”

Kemudian senantiasalah membaca Takbir dan akhirnya ditutup dengan ayat yang terdapat dalam surat Al Hasyr ayat 22 sampai 24, yang artinya “Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci. Yang Maha Sejahtera, Yang Mengkaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang membentuk Rupa. Yang mempunyai nama-nama yang paling baik. Apa saja yang ada di langit dan di bumi bertasbih kepada-Nya. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS 59:22-24)
Allah sajalah yang memberi kekuatan dan pertolongan, karena tidak ada kekuatan dan kekuasaan melainkan dengan Allah Yang Maha Besar lagi Maha Mulia.

AJARAN 77

Berdampinganlah dengan Allah, seolah-olah tidak ada yang lain lagi selain Dia. Berdampinganlah dengan mahluk, seakan-akan diri kamu itu tidak ada. Apabila kamu berada di sisi Allah, tanpa mahluk, maka kamu hanya mendapatkan Allah, sedangkan yang lain tidak ada. Apabila kamu berada beserta mahluk, tanpa diri kamu sendiri, maka hendaklah kamu menjadi orang yang adil dan menolong orang yang menuju jalan yang lurus dan menuju keselamatan dari kesusahan kehidupan.

Tinggalkanlah segala apa yang berada di luar pintu kamar tempatmu menyendiri, dan masuklah ke dalamnya seorang diri. Apabila kamu berada seorang diri di dalam kamar itu, maka kamu akan melihat temanmu di dalam batinmu, kamu akan mengalami sesuatu yang bukan mahluk, dan diri kamu akan lenyap dan sebagai gantinya datanglah perintah Allah dan kedekatan kepada-Nya. Di dalam peringkat ini, kejahilanmu akan menjadi pengetahuanmu, kejauhanmu akan menjadi kedekatanmu, diam kamu akan menjadi dzikir kepada Allah dan keadaanmu yang heran itu akan membuktikan persahabatan dengan Allah. Wahai saudaraku, pada peringkat ini tidak ada yang wujud kecuali Allah saja dan yang dijadikan-Nya. Jadi, jika kamu memaki Al Khaliq, maka katakanlah kepada yang lain, “Sesungguhnya mereka itu adalah musuhku, sedangkan Tuhan sekalian alam adalah sahabatku.”

Barangsiapa telah mengalami peringkat ini, maka ia akan mengetahui.

Beliau ditanya, “Bagaimana orang yang telah dikuasai oleh pahit empedu akan bisa merasakan rasa manis ?”

Beliau menjawab, “Ia harus berusaha menjauhkan kehendak dan keinginan hawa nafsunya. Wahai manusia, jika seorang mu’min membuat kebaikan, maka diri kebinatangannya itu akan berganti menjadi hatinya (ia akan menuruti perintah hatinya). Diri itupun mencapai kesadaran hati. Kemudian, hatinya bertukar menjadi rahasia. Rahasia itu juga berganti menjadi fana’. Keadaan fana’ itupun bertukar lalu menjadi suatu wujud yang lain.” Kemudian diperintahkannya agar kawan-kawan itu pergi melalui tiap-tiap pintu.

Wahai manusia, ketahuilah bahwa fana’ itu ialah mengesampingkan semua mahluk dan menukar keadaanmu menjadi keadaan malaikat, kemudian kembali kepada keadaan semula dan setelah itu Tuhanmu akan memelihara kamu sebagaimana yang dikehendaki-Nya.

Jika kamu menginginkan peringkat ini, maka gunakanlah Islam dan kemudian menyerahlah selalu kepada takdir Allah. Setelah itu, perolehlah ilmu Allah. Kemudian, sadarkanlah diri kamu sepenuhnya akan Allah dan berada dalam Allah. Jika kamu berada dalam wujud yang sedemikian itu, maka kamu akan menjadi kepunyaan Allah sepenuhnya. Bersikap wara’ itu ibarat kerja satu jam, bersikap sederhana di dalam segala hal itu ibarat kerja dua jam, sedangkan ma’rifat Allah itu ibarat kerja yang terus menerus.

FUTUHUL GHOIB AJARAN 72, 73, 74 & 75

FUTUHUL GHOIB
AJARAN 72

Orang-orang yang beragama Islam yang pergi ke pasar dengan mematuhi kehendak agama, melakukan perintah Allah seperti pergi melakukan shalat Jum’at atau upacara-upacara keagamaan lainnya atau untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka, terdiri atas pelbagai jenis.

Ada sebagian mereka yang apabila pergi ke pasar itu melihat barang-barang yang dijual di situ untuk mengisi perut dan memuaskan seleranya, terpengaruh oleh barang-barang itu dan hati mereka terikat dengannya, sehingga mereka masuk ke dalam suatu ujian. Hal ini mungkin dapat menjatuhkan dirinya dan merobohkan agamanya, lalu ia dipengaruhi oleh hawa nafsu kebinatangan, kecuali jika Allah memelihara mereka dengan rahmat-Nya dan perlindungan-Nya serta memberi mereka kesabaran dan kekuatan untuk menghadapi tarikan hawa nafsu itu. Hanya dengan pertolongan Allah sajalah mereka dapat selamat.

Ada pula sebagian mereka yang apabila telah menyadari bahwa mereka itu hampir tergelincir masuk ke lembah kemurkaan Allah, mereka lekas kembali masuk ke pangkuan agama dan mengontrol diri mereka agar tidak terjerumus. Mereka ini ibarat pahlawan yang menegakkan agama dan ditolong oleh Allah untuk mengontrol diri mereka agar tidak dijajah oleh hawa nafsu yang rendah itu. Allah akan memberikan ganjaran kepada mereka di akhirat kelak.

Nabi pernah bersabda, “Tujuhpuluh perbuatan baik akan dicatatkan untuk orang mu’min, apabila ia membuang kehendak hawa nafsunya ketika ia dikuasai oleh hawa nafsu itu atau apabila ia dapat menguasainya.”

Beliau bersabda pula, “Dan sebagian dari mereka ada yang mendapatkan kenikmatan ini, yang berupa kekayaan harta benda dunia, dan menggunakannya dengan karunia dan kehendak Allah, dan mereka bersyukur kepada Allah karena mendapatkan karunia itu.”

Ada pula di antara mereka yang tidak melihat atau tidak menyadari kenikmatan yang ada di pasar. Mereka buta terhadap selain Allah. Mereka hanya mengetahui Allah saja. Mata mereka buta terhadap yang lain dan telinga mereka pun tuli terhadap yang lain. Mereka sibuk dengan Allah, sehingga mereka lupa kepada yang lain. Mereka ini jauh dari dunia dan kesibukannya. Apabila kamu bertanya kepada orang semacam ini di pasar tentang apa yang mereka lihat, maka orang ini akan menjawab, “Kami tidak melihat apa-apa.” Memang mereka melihat barang-barang di pasar dengan mata kepala mereka, tetapi mereka tidak melihatnya dengan mata batin mereka. Mereka hanya melulu melihat, mereka tidak melihatnya dengan keinginan hawa nafsu yang rendah. Pandangan itu jatuh kepada rupa lahirnya saja dan bukan pada hakekatnya. Pandangan itu adalah lahiriah dan bukan batiniah. Pada lahirnya, memang mereka melihat barang-barang dan benda-benda itu di pasar, tetapi di dalam mata hati mereka, apa yang mereka lihat hanyalah Allah. Kadang-kadang tampak dengan sifat keagungan-Nya (Jalal) dan kadang-kadang pula tampak dengan sifat kelemah-lembutan-Nya dan keindahan-Nya (Jamal).

Ada pula di antara mereka yang apabila masuk ke pasar, hati mereka penuh dengan Allah Yang Maha Agung lagi Maha Indah, mereka mengasihi orang-orang yang ada di situ. Oleh karena perasaan kasih sayang mereka ini, maka pandangan mereka tidak langsung tertumpu kepada barang-barang milik orang-orang pasar dan barang-barang yang ada di hadapan mereka. Sejak memasuki pasar sampai keluar lagi darinya, orang-orang ini tetap berada di dalam shalat atau hubungan dengan Allah, mereka memohon perlindungan Allah dan mendoakan penghuni pasar dengan rasa kasih sayang. Hati mereka memohon kepada Allah supaya penghuni pasar itu diberi kebajikan dan dijauhkan dari kedurjanaan. Mereka tiada henti-hentinya memuji Allah atas karunia dan nikmat yang dilimpahkan kepada mereka. Orang-orang semacam ini dijuluki pengawal kerohanian untuk suatu pasar, bandar dan hamba-hamba Allah. Bisa juga kamu menjuluki mereka sebagai orang-orang yang memiliki ilmu ma’rifat, para Abdal, orang-orang wara’, orang-orang yang mengetahui perkara nyata dan perkara ghaib, orang-orang yang dicintai Allah, tujuan terakhir dari Allah, khalifah Allah di atas muka bumi, duta Allah, orang-orang yang menjalankan kebaikan dan kenyataan yang manis, orang-orang yang mendapatkan bimbingan ke jalan yang lurus dan benar, dan pembimbing rohani. Inilah kekasih Allah. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hikmat-Nya kepada orang-orang semacam ini dan siapa saja yang menghadapkan wajahnya kepada Allah serta kepada mereka yang mencapai puncak ketinggian kerohanian.

AJARAN 73

Kadang Allah memberitahu para wali-Nya, tentang kesalahan-kesalahan dan kepalsuan orang, dan pernyataan-pernyataan palsunya tentang tindakan, kata, fikiran dan tujuannya. Para waliullah dibuat amat cemburu akan Tuhannya, Nabi-Nya dan agama-Nya. Kemarahan batiniah dan kemarahan lahiriah terpacu oleh fikirannya. Bagaimana bisa senang, bila mempunyai penyakit dalam dan luar. Bagaimana bisa beriman akan keEsaan Tuhan, bila berkencederungan kesyirikan manusia dari-Nya dan bila masih berpihak kepada musuh, si setan yang terkutuk, dan si munafik yang kelak dicampakkan ke dasar neraka dan tinggal untuk selamanya? Menyebut kesalahan-kesalahan seperti itu, tindakan-tindakan kejinya dan pengakuannya sebagai shiddiq, keberasingannya dengan mereka yang telah meluruhkan diri ke dalam takdir, terluncur dari lidah sang wali.

Kadang dikeranakan kecemburuan akan keagungan Tuhan Yang Maha kuasa lagi Maha agung. Kadang kerana menolak orang palsu seperti itu, dan sebagai teguran baginya; kadang kerana Kemaha kuasaan kehendak dan kemurkaannya terhadap orang palsu yang mendustakan para wali. Para wali mengutuk pengumpatan terhadap orang semacam itu, dan "bolehkah para wali mengumpat seseorang? Bisakah mereka memerhatikan seseorang, tak hadir atau hadir, dan hal-hal yang asing bagi orang-orang yang berkedudukan?" Pengutukan semacam itu, dari mereka, tak melebihi firman Allah:

"Dosa keduanya lebih besar daripada manfaat keduanya" (QS. 2:219)

Wajib baginya berdiam diri dalam keadaan-keadaan semacam itu, tunduk dan berupaya mendapatkan keabsahan-Nya, tak berkeberatan terhadap kehendak-Nya dan wali-Nya yang mencerca pernyataan-pernyataan si palsu. Jika ia bersikap demikian, maka ia mampu mencabut akar-akar kekejian dari dirinya dan dipandang sebagai kembalinya dari kejahilian dan kebiadabannya. Hal itu bagai serangan atas nama sang wali, dan juga menguntungkan si pongah yang berada di tepi jurang kehancuran, kerana kepongahan dan ketakpatuhannya. Dan Allah menunjuki yang dikehendaki-Nya kepada jalan kebenaran.

AJARAN 74

Masalah pertama yang patut diperhatikan oleh orang yang berakal ialah keadaan dan suasana dirinya sendiri, setelah itu barulah ia melihat atau memperhatikan seluruh mahluk dan ciptaan. Dari semua itu, dapatlah diketahui di mana sumber semua itu dan siapa yang mencipta semua itu. Sebab, mahluk itu adalah tanda Al Khaliq (yang mencipta), tanda yang menunjukkan kekuasaan Yang Maha Gagah dan menunjukkan bahwa yang menciptakan itu tentu Maha Bijaksana. Adanya mahluk menunjukkan adanya Al Khaliq, karena semua mahluk itu ada lantaran Dia menciptakannya. Inilah yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra dalam ulasannya tentang firman Allah, “Dan Dia jadikan untukmu segala yang di langit dan di bumi.”

Diriwayatkan bahwa ulasan ayat tersebut ialah sebagai berikut :
Dalam setiap sesuatu itu ada satu sifat di antara sifat-sifat Allah dan dalam setiap nama itu terdapat satu tanda untuk salah satu diantara nama-nama-Nya. Dengan demikian, kamu pasti berada dalam salah satu di antara nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya. Batin-Nya melalui kuasa-Nya dan zhahir-Nya melalui kebijaksanaan-Nya. Dia tampak di dalam sifat-sifat-Nya dan terpelihara diri-Nya. Diri-Nya terpelihara di dalam sifat-sifat-Nya dan sifat-sifat-Nya terpelihara di dalam perbuatan-perbuatan-Nya. Dia menampakkan ilmu-Nya melalui iradat-Nya dan Dia menyatakan iradat-Nya di dalam gerak-Nya. Dia menyembunyikan kemahiran dan kebijaksanaan-Nya, dan menyatakan kemahiran dan kebijaksanaan-Nya melalui iradat-Nya. Maka, Dia bersembunyi di dalam ghaib-Nya dan tampak di dalam kebijaksanaan dan kekuasaan-Nya. Firman Allah, “… tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS 42:11)

Sesungguhnya banyak rahasia-rahasia ilmu kerohanian di dalam kenyataan ini yang tidak diketahui oleh orang-orang yang hatinya tidak mempunyai sinar kerohanian. Ibnu Abbas mendapatkan ilmu itu karena doa Nabi Muhammad SAW untuknya. Nabi mendoakannya, “Ya Allah, berilah ia pengetahuan tentang agama dan ajarlah ia pengertian tentang Al Qur’an.”

Semoga Allah melimpahkan karunia seperti ini kepada kita semua dan memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang yang diberi rahmat oleh Allah di hari pembangkitan kelak.

AJARAN 75

Aku memberi nasehat kepada kamu agar kamu takut dan patuh kepada Allah. Turutilah hukum-hukum Allah dan bersihkanlah hatimu. Kontrollah dirimu, relalah dengan Tuhanmu, tolonglah orang miskin dan orang yang sedang dalam kesusahan, jagalah kesucian orang-orang kerohanian, berbuat baiklah kepada seluruh anggota masyarakat, nasehatilah para kaula muda, hindarilah permusuhan dengan rekan dan teman, janganlah suka menimbun harta benda, hindarkanlah dirimu dari berkawan dengan orang-orang yang bukan golongan yang menuju jalan kerohanian dan dari menolong mereka di dalam perkara dunia dan agama. Menurut agama, hakekat kemiskinan itu ialah kamu tidak lagi memerlukan apa-apa dari orang lain yang seperti kamu juga, sedangkan kekayaan ialah kamu berada melampaui garis keperluan mahluk seperti kamu juga. Tasauf bisa didapati bukan melalui permbicaraan atau percakapan, melainkan melalui lapar dahaga dan menjauhkan diri dari apa yang kamu sukai. Janganlah kamu menonjolkan kepandaianmu di hadapan darwisy, tapi hendaklah kamu bersikap lemah lembut. Karena, jika kamu menonjolkan kepandaianmu, maka dia tidak akan merasa senang. Dia akan senang jika kamu bersikap lemah lembut.

Tasauf itu berdasarkan delapan sifat (kualitas) :
1. Bermurah hati seperti Nabi Ibrahim
2. Menyerah dengan suka rela seperti Nabi Ishak
3. Bersabar seperti Nabi Ya’qub
4. Shalat seperti Nabi Zakaria
5. Miskin seperti Nabi Yahya
6. Memakai pakaian bulu seperti Nabi Musa
7. Mengembara seperti Nabi Isa
8. Beragama seperti Nabi Muhammad SAW

FUTUHUL GHOIB AJARAN 69, 70 & 71

FUTUHUL GHOIB
AJARAN 69

Janganlah meminta kepada Allah SWT selain ampunan atas segala dosa yang telah lalu, perlindungan dari segala dosa yang sekarang dan dosa yang akan datang, kekuatan untuk ta’at kepada Allah, kekuatan untuk dapat melakukan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya, dapat rela dengan senang terhadap kesusahan dan ketentuan takdir-Nya, dapat sabar di dalam menghadapi malapetaka, dapat mensyukuri karunia-Nya, dapat mati di dalam keadaan iman dan baik serta dapat bersatu dengan golongan para Nabi, orang-orang besar, para syuhada dan orang-orang yang diridhai, karena inilah sebaik-baiknya rekan dan teman.

Janganlah kamu meminta kepada Allah perkara-perkara seperti dihindarkan dari kemiskinan dan kesusahan serta diberi kekayaan dan kesenangan. Tetapi, hendaklah kamu meminta rasa senang dengan apa yang telah ditentukan-Nya dan meminta perlindungan yang kekal untuk berada di dalam suasana dan keadaan yang telah ditentukan-Nya untukmu sampai kamu dipindahkan ke lain suasana dan keadaan atau ke lain keadaan yang berlawanan. Sebab, kamu tidak mengetahui letak kebaikan. Di dalam kayakah atau miskinkah ? Di dalam kesusahankah atau di dalam kesenangankah ? Allah merahasiakan pengetahuan tentang itu kepada kamu. Dia saja yang mengetahui baik buruknya sesuatu perkara.

Diriwayatkan bahwa Umar bin Khattab berkata, “Keadaan yang aku lihat di pagi hari, tidak menjadi permasalahan bagiku, baik ia membawa apa yang aku sukai maupun tidak aku sukai, karena aku tidak tahu di mana letak kebaikan itu.”

Ia mengatakan itu, karena ia ridha dengan apa saja yang diperbuat Allah dan berpuas hati dengan ketentuan dan pilihan Allah untuknya. Allah berfirman, “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS 2:216). Allah mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak baik, sedangkan kamu tidak mengetahuinya.

Tetaplah tinggal dalam keadaan ini sampai keinginan hawa nafsumu musnah dan dirimu hancur, hina, dapat dikuasai dan ditaklukkan. Setelah itu, tujuan, keinginanmu dan semua yang wujud akan keluar dari dalam hatimu dan tidak ada yang tinggal lagi di dalamnya, kecuali Allah saja. Ketika itu, hatimu akan dipenuhi dengan kecintaan kepada Allah, dan niatmu untuk mencapai-Nya akan menjadi ikhlas. Setelah itu, dengan perintah-Nya, maka tujuan dan kehendakmu akan dikembalikan lagi kepadamu untuk menikmati dunia ini dan akhirat. Kemudian, semua ini akan kamu pinta dari Allah, dan kamu akan mencarinya di dalam kepatuhan kepada Allah dan bersesuaian dengan Allah SWT. Jika Dia memberikan karunia kepadamu, maka kamu bersyukur dan jika Dia menarik kembali karunia itu, maka kamu pun tidak berkecil hati dan tidak pula menyalahkan Allah. Jiwa dan pikiranmu akan tenang dan damai, karena kamu mencarinya bukan dengan keinginan dan hawa nafsumu, lantaran hati kamu telah kosong dari keinginan dan hawa nafsumu itu, dan kamu tidak melayani hasratmu terhadap perkara-perkara ini, tetapi kamu semata-mata hanya mengikuti perintah Allah saja melalui doamu kepada-Nya. Semoga ketentraman dan kedamaian dilimpahkan kepadamu.

AJARAN 70

Mengapa kamu merasa sombong dengan perbuatanmu sendiri, bangga dengan dirimu sendiri dan mengharapkan ganjaran sambil mengatakan bahwa semua ini adalah karena kekuatan yang dikaruniakan Allah kepadamu, pertolongan-Nya dan idzin-Nya ?

Jika kamu bisa mengelakkan dosa dan noda, maka hal itu adalah karena pertolongan dan perlindungan Allah. Mengapa pula kamu tidak bersyukur kepada Allah atas pertolongan dan perlindungan-Nya ? Dan mengapa pula kamu tidak menyadari bahwa kebiasaanmu menghindarkan dosa itu adalah karena karunia dan rahmat Allah ? Mengapa kamu bangga dengan sesuatu yang bukan kepunyaanmu sendiri ?

Apabila kamu tidak mampu membunuh musuhmu tanpa pertolongan orang yang lebih gagah daripada kamu yang dapat membunuh musuhmu itu, yang kamu hanya menyelesaikan pembunuhan itu saja dan yang jika tanpa pertolongan orang yang gagah itu kamu pasti kalah, maka mengapa kamu merasa sombong dengan perbuatanmu itu ?

Apabila kamu tidak dapat membelanjakan uangmu sendiri, kecuali jika ada seseorang yang pemurah, yang benar dan bisa diharapkan dapat menjaminmu dengan mengatakan bahwa seluruh uang yang kamu belanjakan itu akan digantinya, kamu baru berani membelanjakan uangmu itu, maka mengapa kamu merasa sombong dengan perbuatanmu itu ?

Cara yang baik bagimu ialah bersyukur dan memuji penolongmu itu, yaitu Allah SWT. Pujilah selalu Allah. Segala kejayaanmu itu adalah dari Allah jua. Janganlah kamu mengatakan bahwa kejayaan itu dari dirimu sendiri, kecuali perkara dosa dan maksiat. Perkara dosa dan maksiat ini hendaklah kamu katakan datang dari dirimu sendiri. Diri itulah yang patut kamu salahkan, karena di situlah terletak kesalahan dan kejahatan. Allah-lah yang menciptakan perbuatan dan tingkah lakumu itu, sedangkan kamu hanya tinggal menjalankan saja. Itulah sebabnya, ada orang-orang yang bijak di dalam ilmu ketuhanan berkata, “Perbuatan itu akan datang dan kamu tidak akan dapat lari darinya.”

Nabi Muhammad SAW bersabda tentang hal ini, “Perbuatlah perbuatan yang baik, dekatilah Allah dan perbaikilah dirimu. Sebab, setiap orang itu dimudahkan untuk mendapatkan apa yang telah diciptakan untuknya.”

AJARAN 71

Kamu termasuk dalam salah satu dari dua perkara ini, pencari atau yang dicari.

Jika kamu menjadi murid, maka kamu adalah pencari. Tetapi, jika kamu seorang guru, maka kamu adalah orang yang dicari.

Jika kamu menjadi pencari, yaitu murid, maka kamu akan menanggung beban yang berat dan memayahkan. Kamu akan terpaksa bekerja keras untuk mencapai tujuan yang kamu idamkan itu. Tidak pantas kamu lari dari kesusahan yang menimpa dirimu, yang berupa kesusahan hidup, harta benda, keluarga dan sanak saudaramu. Pada akhirnya, beban yang kamu tanggung itupun akan diringankan juga dan diambil dari kamu serta kesusahan itu akan dibuang dari kamu. Kemudian, kamu akan diberi keselamatan dan kesentosaan serta akan dilepaskan dari dosa dan maksiat dan dari kebergantungan kepada mahluk. Kamu akan masuk ke dalam golongan hamba-hamba Allah yang dikasihi dan dipelihara-Nya.

Sedangkan jika kamu menjadi seorang yang dicari, yaitu guru, maka janganlah kamu menyalahkan Allah manakala Allah menimpakan kesusahan kepadamu, dan jangan pula kamu meragukan kedudukanmu di sisi Allah, karena Allah hendak mengujimu supaya kedudukanmu ditinggikan di sisi-Nya. Allah hendak menaikkan kedudukanmu ke tingkat yang mulia dan tingkat Abdal.

Apakah kamu ingin kedudukanmu direndahkan dari tingkat yang mulia dan tingkat Abdal ? Ataukah kamu ingin memakai pakaian yang lain selain pakaian mereka ?

Sekalipun kamu rela dengan kedudukanmu yang rendah itu, tetapi Allah tidak rela. Allah berfirman, “Apabila kamu mentalak istri-istrimu, lalu habis iddahnya, maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal suaminya, apabila telah terdapat kerelaan di antara mereka dengan cara yang ma’ruf. Itulah yang dinasehatkan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu kepada Allah dan hari kemudian. Itu lebih baik bagimu dan lebih suci, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS 2:232)

Allah hendak meninggikan, memuliakan dan membaikkan kamu, tetapi mengapa kamu tidak mau menerimanya ?

Mungkin kamu bertanya, mengapa hamba yang sempurna itu diuji, padahal menurut sepengetahuan kamu bahwa ujian itu ialah untuk orang yang mencintai Allah, yaitu orang yang dikasihi oleh Allah dan dicintai-Nya ?

Jawaban kami: Dahulu, kami telah mengatakan aturannya dan kemudian kemungkinan perkecualiannya. Nabi besar Muhammad SAW adalah orang yang paling dicintai Allah, tetapi beliaupun mendapat ujian yang paling berat. Beliau pernah bersabda, “Aku adalah orang yang paling takut kepada Allah, sehingga tidak ada orang yang lebih takut kepada Allah daripada aku. Aku mendapatkan penderitaan yang paling hebat, sehingga tidak ada orang yang penderitaannya sama dengan penderitaanku. Pernah selama tigapuluh hari tigapuluh malam aku tidak mendapatkan makanan walau hanya sebesar yang dapat disembunyikan di bawah ketiak bilal.”

Sabda Nabi lagi, “Sesungguhnya kami dari golongan para Nabi adalah orang-orang yang paling berat diuji, kemudian orang-orang yang berada di bawah peringkat kami, kemudian orang-orang yang berada di bawah itu, dan begitulah seterusnya.”

Sabdanya lagi, “Akulah orang yang paling baik di sisi Allah dan paling takut kepada-Nya daripada kamu sekalian.”

Bagaimana bisa terjadi orang yang dicintai Allah itu diuji dan ditakutkan, padahal ia adalah hamba yang dicintai dan sempurna ? Sebenarnya ujian itu bertujuan meninggikan derajat mereka di akhirat kelak, karena derajat kehidupan akhirat itu tidak akan ditinggikan kecuali melalui amal saleh di dalam kehidupan dunia ini.

Dunia ini adalah ladang akhirat. Amal saleh para Nabi dan wali, setelah melakukan perintah dan meninggalkan larangan, adalah terdiri atas kesabaran, rela dengan suka hati dan menyesuaikan diri dengan ujian. Setelah itu, ujian itu akan dihindarkan dari mereka, dan mereka akan mendapatkan karunia, keridhaan dan kasih sayang Allah sampai mereka menemui Allah SWT.

FUTUHUL GHOIB AJARAN 67 & 68

AJARAN 67

Apabila kamu telah dapat membunuh dan mematikan dirimu, maka Allah akan menghidupkannya kembali, ia akan melawan lagi dan minta dipuaskan hawa nafsunya serta menikmati perkara-perkara yang haram dan yang diperbolehkan. Oleh karena itu, kamu masih perlu berjuang lagi dan mengawasi diri kamu itu. Dengan demikian, balasan akan dituliskan untukmu dalam setiap kali kamu berjuang. Inilah yang disabdakan oleh Nabi SAW, “Kita baru saja kembali dari jihad yang kecil (perang melawan orang-orang kafir) dan masuk kepada jihad yang besar (melawan hawa nafsu).”

Jihad besar ini ialah berjuang melawan hawa nafsu diri sendiri yang tiada putus-putusnya, berjuang melawan kehendak dan keinginan untuk melakukan dosa dan maksiat. Inilah yang dimaksudkan oleh Allah di dalam firman-Nya, “… dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)” (QS 15:99)

Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya supaya menyembah Dia saja. Ini memerlukan perlawanan terhadap ego atau diri beserta kehendak dan kemauannya yang selalu bertentangan dengan kehendak Allah. Demikianlah, perjuangan itu selalu ada sampai datang ajal.

Jika ada pertanyaan, “Bagaimana Nabi bisa kurang berkhidmat kepada Allah, sedangkan ia tidak mempunyai keinginan dan melulu hawa nafsu badaniah ? dan Allah berfirman, “Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS 53:3-4)”

Jawabannya ialah bahwa Allah menyatakan ini kepada Rasul-Nya dimaksudkan untuk mengiyakan atau menekankan perkara ini, agar menjadi ikutan bagi seluruh umatnya di sepanjang masa. Allah Yang Maha Agung memberikan kekuasaan kepada Rasul-Nya untuk mengontrol dirinya dan tidak bersusah payah lagi beliau melawan diri atau egonya sendiri, dan ini membedakan beliau dari para pengikutnya. Apabila si mu’min terus berjuang melawan dirinya sampai akhir hayatnya, maka Allah akan memberinya surga, sebagaimana firman-Nya ini, “Maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.” (QS 79:41)

Apabila Allah telah memasukkan dia ke dalam surga itu, maka jadilah surga itu sebagai tempat beristirahatnya yang kekal dan abadi. Ia tidak akan dipindahkan ke tempat lain atau ke dunia lagi. Dari masa ke masa, semakin bertambah banyak dan baiklah karunia Allah yang diterimanya, ini juga kekal dan tidak ada putus-putusnya, sebagaimana ia berjuang melawan hawa nafsunya di dunia ini dengan tiada henti-hentinya.

Tetapi, orang-orang yang kafir dan munafik serta orang-orang yang berbuat dosa dan maksiat, bila mereka berhenti melawan diri mereka sendiri dan keinginan mereka terhadap dunia ini, mereka mengikuti iblis dan setan, bercampur baur dengan berbagaik ekufuran dan syirik, dan bergelimang disa dan noda sampai nyawa mereka bercerai dengan badan mereka, tanpa masuk Islam dan bertobat, maka Allah akan memasukkan mereka ke dalam neraka yang penuh dengan azab dan siksa, sebagaimana firman Allah, “Maka jika kamu tidak dapat membuatnya, peliharalah dirimu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (QS 2:24)

Allah menjadikan neraka sebagai tempat tinggal mereka. Di situ, kulit, tulang dan daging mereka akan dibakar hangus oleh api neraka. Kemudian, kulit, tulang dan daging mereka itu akan diganti dengan yang baru, yang akan dibakar lagi.

Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lainnya, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS 4:56)

Allah berbuat demikian itu lantaran mereka telah bersatu dengan diri mereka sendiri dan dengan keinginan mereka terhadap dunia di dalam perkara berbuat dosa. Oleh karena itu, kulit dan daging mereka terus-menerus hangus terbakar, kemudian diganti dengan yang baru, setelah itu dibakar lagi dan diganti lagi dengan yang baru. Demikianlah, dengan tidak ada putus-putusnya. Mereka senantiasa berada dalam azab dan siksa yang pedih.

Sebaliknya, para penghuni surga senantiasa menikmati karunia Allah yang baru, terus berganti baru dan bertambah-tambah dengan tidak ada putus-putusnya. Dengan demikian, merekapun selalu bertambah syukur atas karunia Allah itu. Inilah balasan yang mereka dapati dari hasil perjuangannya yang tiada henti-hentinya di dunia dahulu, ketika mereka melawan kehendak dan keinginan hawa nafsu angkara murka mereka agar bersesuaian dengan kehendak Allah. Inilah apa yang disabdakan oleh Nabi besar Muhammad SAW yang maksudnya kurang lebih, “Dunia ini ialah ladang akhirat.”

AJARAN 68

Apabila Allah memperkenankan permohonan dan doa seorang hamba, maka ini tidak berarti bahwa simpanan Allah itu akan berkurang, karena Allah itu Maha Kaya; dan juga tidak semestinya Allah merasa terpaksa menerima permohonan hamba itu, seakan-akan Dia takluk kepada permohonan hamba itu. Sebenarnya, permohonan atau doa hamba itu sesuai dengan kehendak Allah dan juga sesuai dengan masanya. Sebenarnya, penerimaan doa itu telah tertulis dalam azalinya, dan hanya tinggal menunggu masa dikabulkan doa itu oleh Allah. Inilah apa yang dikatakan oleh orang-orang ‘arif di dalam menerangkan kalam Allah, “Setiap saat Dia dalam keadaan baru.”

Ini berarti bahwa Allah menerima permohonan hamba itu pada masa yang telah ditentukan-Nya. Allah telah menentukan masa dikabulkannya doa itu. Allah tidak akan memberi sesuatu kepada seseorang dalam dunia ini, kecuali dengan doa yang datang dari diri hamba itu sendiri. Begitu juga Allah tidak akan menolak sesuatu dari hamba itu, kecuali dengan doanya. Ada sabda Nabi yang menyatakan bahwa ketentuan takdir Illahi itu tidak akan terelakkan, kecuali dengan doa yang ditakdirkan Allah dapat menolak ketentuan takdir itu. Begitu juga, tidak ada orang yang akan masuk ke dalam surga hanya melalui perbuatan baiknya saja, melainkan dengan rahmat Allah juga. Walaupun demikian, hamba-hamba Allah itu akan diberi derajat di surga sesuai dengan amal perbuatannya.

Diriwayatkan bahwa Aisyah pernah bertanya kepada Nabi, “Dapatkah seseorang itu memasuki surga hanya dengan melalui perbuatan baiknya saja ?” Nabi menjawab, “Tidak, kecuali dengan rahmat Allah.” Aisyah bertanya lagi, “Sekalipun engkau sendiri ?” Beliau menjawab, “Ya, sekalipun aku, kecuali jika Allah meliputi aku dengan rahmat-Nya.” Setelah bersabda demikian, beliau meletakkan tangannya di atas kepalanya.

Beliau berbuat demikian untuk menunjukkan bahwa tidak ada seorangpun yang berhak untuk melanggar ketentuan takdir Illahi, dan Allah itu tidak harus memperkenankan doa-doa hamba-hamba-Nya. Dia berbuat apa yang di kehendakinya. Dia mengampuni siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dia menghukum siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dia memiliki kekuasaan yang mutlak. Segala ketentuan kembali kepada-Nya. Allah tidak boleh ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, tetapi hamba itulah yang ditanya. Allah memberikan karunia-Nya kepada orang yang dikehendaki-Nya dan tidak memberikannya kepada orang yang tidak dikehendaki-Nya juga. Segala apa yang berada di langit dan di bumi serta di antara keduanya adalah kepunyaan Allah belaka dan berada dalam kontrol-Nya. Tidak ada tuan-tuan yang memiliki semua itu, melainkan Allah saja. Dan tidak ada pencipta, melainkan Dia juga. Firman Allah, “Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah sesuatu pencipta selain Allah yang dapat memberikan rizki kepada kamu dari langit dan bumi ? Tidak ada Tuhan selain Dia; maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)?” (QS 35:3). Firman-Nya lagi, “Atau siapakah yang memimpin kamu dalam kegelapan di daratan dan lautan dan siapa (pula)kah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira sebelum (kedatangan) rahmat-Nya ? Apakah di samping Allah ada Tuhan (yang lain) ? Maha Tinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan (dengan-Nya).” (QS 27:63). Firman-Nya lagi, “Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?” (QS 19:65). Selanjutnya Allah berfirman, “Kerajaan yang haq pada hari itu adalah kepunyaan Tuhan Yang Maha Pemurah. Dan adalah (hari itu), satu hari yang penuh kesukaran bagi orang-orang kafir.” (QS 25:26)

FUTUHUL GHOIB AJARAN 65 & 66

AJARAN 65

Mengapa kamu marah kepada Allah lantaran doamu lambat diterima-Nya ? Kamu mengatakan bahwa kamu telah dilarang meminta kepada orang dan disuruh meminta kepada Allah saja. Kamu memohon kepada-Nya, tetapi Dia tidak memperkenankan permohonanmu.

Inilah jawabanku untukmu, “Apakah kamu seorang yang merdeka atau seorang budak ? Jika kamu mengatakan bahwa kamu itu seorang yang merdeka, maka itu menandakan bahwa kamu adalah seorang kafir. Tetapi, jika kamu mengatakan bahwa kamu adalah budak, maka aku akan bertanya padamu, ‘Apakah kamu akan menyalahkan tuanmu sendiri lantaran ia terlambat memenuhi permintaanmu, ragu tentang kebijaksanaan dan rahmatnya kepadamu dan kepada seluruh mahluk dan ragu tentang ilmunya yang mengetahui segala perkara ?

Atau, apakah kamu tidak menyalahkan Allah ? Jika kamu tidak menyalahkan-Nya dan mengakui kebijaksanaan-Nya di dalam melambatkan penerimaan doamu itu, maka wajiblah kamu bersyukur kepada-Nya, karena Dia telah membuat peraturan yang sebaik-baiknya untukmu, memberikan faidah kepadamu dan menjauhkanmu dari mudharat. Jika kamu menyalahkan Tuhan dalam hal ini, maka kamu adalah seorang yang kafir. Sebab, dengan menyalahkan-Nya itu berarti kamu menganggap Tuhan tidak adil, padahal Dia Maha Adil dan sekali-kali tidak dholim terhadap hamba-hamba-Nya. Mustahil jika Dia itu tidak adil. Maha Suci Dia dari sifat-sifat yang tercela. Ketahuilah, bahwa Dia itu adalah Tuhanmu yang memiliki segalanya. Dia mengawasi segalanya. Dia melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya. Oleh karena itu, istilah tidak adil dan dholim tidak berlaku bagi Allah. Orang yang dholim itu adalah orang yang mengganggu kepunyaan orang lain tanpa seijinnya. Mungkin kamu sendiri yang dholim, bukan Allah yang dholim.

Maka, janganlah kamu menyalahkan-Nya dalam perbuatan-Nya yang tampak melalui kamu, walaupun itu tidak kamu sukai dan tidak sesuai dengan kehendakmu, dan meskipun pada lahirnya membahayakan kamu. Kamu wajib bersyukur, bersabar dan ridha dengan Allah. Janganlah kamu merasa kesal dan menyalahkan Dia, karena mungkin hal itu akan memalingkan kamu dari jalan Allah. Kamu wajib selalu melakukan shalat dengan ikhlas, berbaik sangka terhadap Allah, percaya kepada janji-janji-Nya, men-tauhid-kan-Nya, menjauhi larangan-Nya, melaksanakan perintah-Nya dan bersikap seperti orang mati ketika Dia memanifestasikan takdir dan perbuatan-Nya terhadapmu.

Jika hendak menyalahkan juga dan terpaksa berbuat demikian, maka salahkanlah dirimu sendiri yang berisikan iblis dan ingkar kepada Allah Yang Maha Kuasa. Lebih baik kamu mengatakan bahwa diri kamu yang dholim dan bukan Allah yang dholim. Oleh karena itu, berhati-hatilah. Janganlah kamu benar-benar menuruti dirimu sendiri dan ridha dengan perbuatan dan perkataannya dalam semua keadaan, karena ia adalah musuh Allah dan musuh kamu. Ia adalah sahabat musuh Allah dan musuh kamu, yaitu setan yang dilaknat.

Takutlah kamu kepada Allah. Berwaspadalah dan berhati-hatilah. Larilah dari musuhmu ! Salahkanlah dirimu sendiri. Katakanlah bahwa dirimulah yang dholim itu. Dan katakanlah kepadanya ayat Allah ini, “Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman ?” (QS 4:147) dan ayat ini, “(Akan dikatakan kepadanya), “Yang demikian itu, adalah disebabkan perbuatan yang dikerjakan oleh kedua tangan kamu dahulu dan sesungguhnya Allah sekali-kali bukanlah penganiaya hamba-hamba-Nya.”” (QS 22:10) dan ayat ini lagi, “Sesungguhnya Allah tidak berbuat dholim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat dholim kepada diri mereka sendiri.” (QS 10:44).

Bacakanlah kepada dirimu ayat-ayat ini dan ayat-ayat lainnya yang berkenaan dengan hal ini, dan juga hadits Nabi SAW. Perangilah dirimu sendiri karena Allah. Lawanlah dan bunuhlah dirimu itu. Jadilah tentara Allah dan panglima perang-Nya. Karena diri itu adalah musuh Allah yang paling besar di antara musuh-musuh-Nya.

Allah berfirman kepada Daud yang kurang lebih maksudnya ialah, “Hai Daud, buanglah hawa nafsumu, karena tidak ada yang melawan-Ku dalam kepunyaan-Ku, melainkan hawa nafsu manusia.”

AJARAN 66

Janganlah berkata, “Aku tidak meminta apa-apa kepada Allah. Sebab, jika perkara yang aku minta itu telah ditentukan untukku, maka ia pasti datang kepadaku, baik aku memintanya maupun tidak. Jika perkara itu tidak ditetapkan untukku, maka perkara itu tidak akan aku dapatkan, sekalipun aku meminta kepada-Nya.”

Jangan ! Jangan berkata demikian. Hendaklah kamu berdoa dan memohon kepada Allah apa saja yang kamu kehendaki dan kamu perlukan, berupa perkara-perkara yang baik di dunia ini dan di akhirat kelak. Tetapi, janganlah kamu meminta perkara yang haram dan membahayakan kamu. Hal ini karena Allah telah menyuruh kita untuk memohon kepada-Nya.

Allah berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku akan memperkenankan doamu.” (QS 40:60). Dan firman-Nya, “… dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya …” (QS 4:32).

Nabi Muhammad SAW, pernah bersabda, “Mohonlah kepada Allah dengan sepenuh keyakinanmu bahwa permohonanmu itu akan diterima oleh Allah.” Beliau juga bersabda, “Berdoalah kepada Allah dengan menengadahkan telapak tanganmu.” Masih banyak lagi sabda-sabda beliau yang senada dengan itu.

Janganlah kamu berkata, “Sesungguhnya aku telah memohon kepada Allah, namun Dia tidak memperkenankan permohonanku. Maka, sekarang aku tidak mau lagi memohon kepada-Nya.”

Janganlah berkata demikian. Teruslah berdoa kepada Allah. Jika suatu perkara itu telah ditetapkan untukmu, maka perkara itu akan kamu terima setelah kamu meminta kepada-Nya. Ini akan memperkokoh keimananmu dan keyakinanmu kepada Allah serta kesadaranmu akan keesaan-Nya. Ini juga akan melatih kamu untuk senantiasa memohon kepada Allah dan bukannya kepada selain Dia di dalam setiap waktu dan keadaan, serta memperkuat kepercayaanmu bahwa permohonanmu itu akan dikabulkan oleh Allah Yang Maha Pemurah.

Jika suatu perkara itu tidak diperuntukkan kepadamu, maka Allah akan memberikan perasaan cukup (Self-sufficiency) kepadamu di dalam perkara itu dan memberikan rasa gembira berada di sisi Allah Yang Maha Gagah lagi Maha Perkasa, meskipun kamu miskin. Jika kamu berada dalam keadaan kemiskinan dan sakit, maka Allah akan membuatmu gembira dengan keadaan itu. Jika kamu berhutang, maka Allah akan melunakkan hati orang yang memberikan hutang kepadamu itu, sehingga ia tidak mengerasimu supaya membayar dengan segera, bahkan orang itu akan memberi tempo yang lama, atau mengurungkan pembayarannya, dan atau menghapus hutang itu. Jika pembayaran itu tidak dikurangi atau tidak dihapuskannya di dunia ini, maka Allah akan memberikan ganjaran kepadamu di akhirat kelak sebagai ganti apa yang tidak diberikan-Nya kepadamu saat kamu memohon kepada-Nya di dunia, karena Allah itu Maha Pemurah dan tidak menghendaki balasan apa-apa.

Oleh karena itu, Allah tidak akan menyia-nyiakan permohonan orang yang memohon kepada-Nya di dunia ini dan di akhirat kelak. Walau bagaimanapun, ia akan tetap mendapatkan apa yang dimohonnya. Jika tidak di dunia ini, maka di akhirat kelak ia akan mendapatkannya jua. Nabi SAW pernah mengatakan bahwa di hari perhitungan kelak, si mu’min akan melihat di dalam catatan-catatan perbuatannya beberapa perbuatan baik yang tidak ia laksanakan dan ia sendiri tidak menyadarinya. Ia akan ditanya, “Kenalkah kamu kepada perbuatan itu ?” ia menjawab, “Aku tidak tahu dari mana datangnya ini ?” Maka dikatakan kepadanya, “Sesungguhnya ini adalah balasan doamu yang kamu lakukan di dunia dahulu, dan ini karena di dalam kamu berdoa kepada Allah itu kamu ingat kepada-Nya dan mengakui keesaan-Nya, meletakkan sesuatu pada tempat yang semestinya, memberi seseorang apa yang pantas diberikan kepadanya, tidak mengatakan bahwa daya dan upaya itu datang dari dirimu sendiri dan membuang kebanggaan dan kesombongan. Semua itu adalah perbuatan yang baik dan semua itu memiliki balasannya di sisi Allah Yang Maha Gagah lagi Maha Agung.”