Laman

Minggu, 27 Oktober 2013

Meditasi Sufi

Ilustrasi Langkah demi Langkah Mengenai Meditasi Sufi

oleh: as-Sayyid Nurjan Mirahmadi
Alih bahasa: Syekh Soetono

Sasaran dan maksud dari muraqabah/meditasi/rabithah syarif adalah untuk memperagakan kehadiran terus-menerus ke dalam realitas syekh. Semakin seseorang memelihara pelatihan ini, semakin terungkapkan manfaatnya dalam kehidupan sehari-harinya sampai pada titik dia mencapai tataran fana dalam hadirat Syekh.
Orang harus tahu betul bahwa syekh adalah jembatan antara ilusi dan realitas dan dia berada di dunia ini hanya untuk tujuan itu. Jadi syekh adalah seutas tali yang khas yang diulurkan kepada setiap orang yang mencari kebebasan (dari ilusi), karena hanya syekh yang dapat memberikan layanan sebagai penghubung antara seseorang yang masih terikat kepada dunia dengan Hadirat Ilahi.
Agar menjadi fana di hadapan dan keberadaan syekh adalah menjadi fana dalam kenyataan, dalam Hadirat Ilahi, karena memang sesungguhnya di situlah dia berada.
Langkah 1
Bayangkan dirimu berada di hadapan syekh. Sampaikan salammu. Tutup matamu. Pandanglah melalui mata hatimu. Jangan mencari raut muka, melainkan hanya auranya saja, ruhaniah.

Sebagai awal, murid dapat memulai praktik muraqabah ini untuk jangka waktu pendek, antara 5 sampai 15 menit, dan secara bertahap menjalaninya menuju jangka waktu yang lebih panjang, bahkan merentang hingga berjam-jam sekali sesi.
Yang terpenting adalah bahwa seseorang mempertahankan sebuah praktik yang konsisten untuk mendapatkan manfaat dari praktik tersebut. Jauh lebih baik dan bijaksana untuk bertahap pada sesi yang pendek secara harian daripada disiplin dan praktik yang acak.
Sebuah upaya kecil yang dilakukan secara konsisten akan menghasilkan kemajuan luar biasa dalam waktu yang singkat.
* Ambillah wudhu dan shalat 2 rakaat (tahiyatul wudhu).
* Ucapkan Kalimat Syahadat (3 kali): Asy-hadu an laa ilaaha illa-llah wa asy-hadu anna Muhammadan `abduhu wa rasuuluh
* Istighfar (100-200 kali): Astaghfirullah al `Azhiim wa atuubu ilayh
* Surat al-Ikhlash (3 kali): Qul huwa-llaahu ahad/ Allaahu Shamad/ Lam yalid wal lam yuulad/ wa lam yakul- lahuu kufuwan ahad
* Surat al-Fatiha
* Mencari dukungan dan kehadiran Mawlana Syaikh Hisyam Kabbani dengan mengucapkan: �Madad ya Sayyidi, Madadul-Haqq�
* Minimal 200 kali mengulang kalimat dzikir, �Madadul-Haqq, Madadul-Haqq
Langkah 2
Mata tertutup, mohon izin untuk menyambung cahaya beliau kepada hatimu dan cahayamu kepada hati beliau. Bayangkan sebuah kontak dua arah dan kemudian, baca awrad pada langkah 1.

Ketika seseorang duduk bermeditasi dan menutup matanya, dia memfokuskan pikirannya pada satu titik tunggal. Dalam hal ini titik itu biasanya adalah konsep dari mentor spiritualnya; dus dia memfokuskan seluruh kemampuan kesaksiannya memikirkan dengan konsentrasi penuh tentang guru spiritualnya agar mendapatkan gambaran atau citra mentornya pada layar mental, selama dia masih berada dalam status meditasi itu.
Sifat, karakteristik dan potensi yang terkait dengan sebuah citra juga dipindahkan pada layar pikiran ketika citra itu terbentuk pada layar mental dan pikiran menerimanya sesuai dengan itu.
Sebagai contoh, seseorang sedang memperhatikan api. Ketika gambaran tantang api itu dipindahlan ke layar pikiran, suhu dan panas api itu terekam oleh pikiran.
Seseorang yang hadir dalam sebuah taman menikmati kesegaran dan kesejukan pepohonan dan tanaman dalam taman itu untuk menciptakan gambaran itu semua pada layar pikirannya.
Begitu juga ketika gambaran mentor spiritual dipindahkan pada layar pikiran, Ilmu yang Dihadirkan yang beroperasi dalam diri guru spiritual, juga ikut dipindahkan dengan gambaran itu dan pikiran murid secara bertahap menyerap hal yang sama.
Langkah 3
Duduk bersimpuh, yang rapi, tetap bersimpuh, mata tertutup, tangan di tempat, mulut tertutup, lidah ditekuk ke atas, napas terkendali, telinga mendengar al-Quran, Shalawat atau suara sendu. Ruang gelap.

Meditasi, memikirkan tentang mentor spiritual, sebuah upaya untuk memfokuskan dengan konsentrasi pikiran kita kepada seseorang, sehingga citranya dapat dipantulkan secara berulang pada layar pikiran kita, (maka) kita terbebaskan dari keterbatasan indera.
Makin sering sebutir pikiran di tayangkan pada layar mental, makin jelas pula formasi (pembentukan) sebuah pola dalam pikiran itu. Dan, pola pikiran demikian ini, dalam istilah spiritualitas disebut ‘pendekatan pikiran�.
Ketika kita membayangkan mentor spiritual atau �Syaikh�, sebagai sebuah hal dari hukum eternal, ilmu Elohistic Attributes yang beroperasi dalam Syaikh dipantulkan pada pikiran kita dengan ulangan yang berkali-kali menghasilkan pencerahan pikiran dari murid dengan cahaya yang berfungsi dalam diri Syaikh dan dilimpahkan kepadanya.
Pencerahan hati murid berusaha mencapai tataran atau tahap Syaikhnya. Dalam Sufisme, keadaan ini disebut ‘kedekatan�, �afinitas’ (nisbat). Cara terbaik dan telah teruji untuk menikmati kedekatan, menurut spiritualitas, adalah hasrat kerinduan dari cinta.
Pikiran Syaikh terus-menerus mentransfer kepada murid spiritualnya sesuai dengan kobaran cinta dan rindu akan Syaikh, yang mengalir di dalam diri murid dan datang suatu saat ketika cahaya beroperasi dalam diri Syaikh yang sesungguhnya adalah pantulan Tampilan Ilahiah yang Indah yang dipindahkan kepada murid spiritual itu.
Hal ini memungkinkan murid spiritual untuk membiasakan diri dengan Cahaya Gemilang dan Tampilan Indah. Keadaan ini, dalam istilah sufisme disebut ‘Menyatu dengan Syaikh� (Fana fi Shaykh).
Cahaya Syaikh dan Tampilan Indah gemilang yang beroperasi dalam diri Syaikh bukanlah ciri pribadi Syaikh. Sebagaimana halnya murid spiritual, yang dengan perhatian dan konsentrasi penuh dedikasi, menyerap (asimilasi) ilmu dan ciri khas Syaikhnya, maka Syaikh juga menyerap ilmu dan busana Nabi dengan dedikasi pikiran dan konsentrasi penuh.
Langkah 3a
Posisi duduk: Posisi Teratai (yoga Lotus),
Wudhu adalah kunci sukses. Kapal Nabi Nuh as. melawan banjir kelalaian. Kebersihan adalah dekat dengan iman (ilahiah). Ingat bahwa bukanlah saya yang menghitung bahwa saya adalah bukan apa-apa, saya dan aku harus melebur kedalam dia. Syaikhku, Rasulku, menggiring kepada Rabbku.

Dzikir dengan penolakan (laa ilaaha) dan pembenaran (illa Allah), dalam tradisi Masyaikh Naqsybandi, mensyratkan bahwa murid (sang pejalan) menutup matanya, menutup mulutnya, menekan giginya, melekatkan lidahnya ke langit-langit mulutnya, dan menahan (mengatur) napasnya.
Dia harus membaca dzikir itu melalui hatinya, dengan penolakan dan pembenaran, memulainya dengan kata LAA (“Tidak”). Dia mengangkat “Tidak” ini dari titik (dua jari) di bawah pusar kepada otaknya.
Ketika mencapai otaknya kata “Tidak” mengeluarkan kata ILAAHA (“sesembahan”), bergerak dari otaknya ke bahu Kanan, dan kemudian ke bahu Kiri di mana dia menabrak hatinya dengan ILLALLAH (“kecuali Allah”).
Ketika kata itu mengenai hatinya energi dan panasnya menjalar/memancar ke sekujur tubuhnya. Sang pejalan yang telah menyangkal semua yang berada di dunia ini dengan kata-kata LAA ILAAHA, membenarkan dengan kata-kata ILLALLAH bahwa semua yang ada telah dilenyapkan di Hadirat Ilahi.
Langkah 3b
Posisi Mulut dan Lidah
Menutup matanya,
Menutup mulutnya,
Menekan giginya,
Melekatkan lidahnya pada langit-langit mulutnya, dan menahan napas.
(Secara perlahan-lahan memperlambat napas dan getaran jantungnya).

Tangan membawa rahasia yang dahsyat, mereka itu seperti antena parabolamu, pastikan bahwa mereka itu bersih dan berada dalam posisi yang semestinya.
Jadi ketika kamu memulai dengan tanganmu itu, menggosok-gosoknya, ketika mencucinya dan menggosok gosoknya untuk mengaktifkan mereka, itu adalah tanda dari (angka) 1 dan 0, dan kamu sedang mengaktifkan proses kode yang diberikan Allah I melalui tangan itu. Kamu mengaktifkan mereka.
1. Mereka memiliki titik sembilan peluru yang terdiri dari keseluruhan sistem, seluruh tubuh. Ketika kamu menggosok jari-jari itu, sesungguhnya kamu mengaktifkan 99 Asma-ul�husna Allah.
2. Dengan mengaktifkan mereka, kamu mengaktifkan 9 titik dalam tubuhmu.
3. Dan ketika mengaktifkan mereka, itu adalah seperti menghidupkan receiver (pada radio/tv), energi mengalir masuk, itu mulai berfungsi untuk dapat menerima, memecahnya dalam bentuk kode digital yang dipancarkan keluar seperti gambar atau suara sebagaimana kita kenal di zaman ini (radio dan tv).
4. Demikian juga halnya dengan tangan yang saling mengelilingi, itulah mengapa ketika kita menggosok-gosokkan dan membuka mereka, mereka mulai bertindak seperti lingkaran satu terhadap lainnya, menampung apapun energi yang datang, dan mereka ini mengelolanya. Lihatlah pada bagian Rahasia Tangan.
Langkah 4
Posisi Tangan:
Jempol dan telunjuk memperagakan posisi “Allah Hu” untuk kuasa/kekuatan terbesar.
Tangan diberi kode dengan kode angka arab, tangan kanan “18″, tangan kiri “81″ masing-masing dijumlahkan keduanya menjadi 9 dan dua 9 menjadi 99.
Tangan diberi karakter dengan Asma-ul�husna Allah. Dan nama ke-99 dari Rasul adalah Mustafa..
(lebih banyak lagi di depan)…

Bernapas dengan Sadar (“Hosh dar dam”)
Hosh artinya “pikiran” Dar artinya “dalam” Dam artinya “Napas”
Itu artinya, menurut Mawlana Abdul Khaliq al-Ghujdawani (q), bahwa “Misi paling penting bagi pejalan dalam thariqat ini adalah menjaga napasnya, dan dia yang tidak dapat menjaga napasnya, akan dikatakan tentang orang itu, ‘dia telah tersesat/kehilangan dirinya.’”
Syah Naqsyband berkata, “Thariqat ini dibangun di atas (dengan pondasi) napas. Jadi adalah sebuah keharusan untuk semua orang menjaga napasnya di kala menghirup dan membuang napas, dan selanjutnya untuk menjaga napasnya dalam jangka waktu antara menghirup dan membuang napasnya.”
“Dzikir mengalir dalam tubuh setiap makhluk hidup oleh keharusan (kebutuhan) napas mereka � bahkan tanpa kehendak � sebagai sebuah tanda/peragaan ketaatan, yang adalah bagian dari penciptaan mereka.
Melalui napas mereka, bunyi huruf “Ha” dari Nama Ilahiah Allah dibuat setiap kali membuang dan menghirup napas dan itu adalah sebuah tanda dari Jati Diri (Dzat) Gaib yang berfungsi untuk menekankan Kekhasan Allahu Shamad. Maka adalah penting untuk hadir dengan napas seperti itu, agar supaya menyadari (merasakan) Jati Diri (Dzat) Maha Pencipta.”
Nama ‘Allah’ yang meliputi sembilan puluh sembilan Asma-ul�husna terdiri atas empat huruf: Alif, Lam, Lam dan Ha yang sama �dengan suara napas – (ALLAH I).
Kaum Sufisme mengatakan bahwa Dzat Allah yang paling gaib mutlak dinyatakan oleh huruf terakhir itu yang dibunyikan dengan vokal Alif, “Ha”. Ini mewakili Gaib Absolut Dzat-Nya Allah I.
Memelihara napasmu dari kelalaian akan membawa mu kepada Hadirat sempurna, dan Hadirat sempurna akan membawamu kepada Penampakan (Visi) sempurna, dan Penampakan sempurna akan membawamu kepada Hadirat (Manifestasi) Asma-ul�husna Allah I yang sempurna.
Allah membimbingmu kepada Hadirat Asma-ul�husna-Nya, karena dikatakan bahwa, “Asma Allah adalah sebanyak napas makhluk”.
Hendaknya diketahui oleh semua orang bahwa melindungi napas terhadap kelalaian sungguh sukar bagi para pejalan. Maka mereka harus menjaganya dengan memohon ampunan (istighfar) karena memohon ampunan akan membersihkannya dan mensucikannya dan mempersiapkan sang pejalan untuk (menjumpai) Hadirat Benar (Haqq) Allah di setiap tempat.
Langkah 5
Bernapas
Menghirup melalui hidung – Dzikir = “Hu Allah”, bayangkan cahaya putih memasuki tubuh melalui perut.
Menghembus � melalui hidung – Dzikir= “Hu”, bayangkan hitamnya karbon monoksida, semua perbuatan dosamu dikuras / didorong keluar dari dirimu.

“Pejalan yang bijak harus menjaga napasnya dari kelalaian, seiring dengan masuk dan keluarnya napas, dengan demikian menjaga hatinya selalu dalam Hadirat Ilahi;
dan dia harus menghidupkan napasnya dengan ibadah dan pengabdian dan mempersembahkankan pengabdiannya itu kepada Rabbnya dengan segenap hidupnya, karena setiap napas yang dihisap dan dihembuskan dengan Hadirat adalah hidup dan tersambung dengan Hadirat Ilahi.
Setiap napas yang dihirup dan dihembuskan dengan kelalaian adalah mati dan terputus dari Hadirat Ilahi.”
Untuk mendaki gunung, sang pejalan harus melintas dari dunia Bawah menuju Hadirat Ilahi. Dia harus melintas dari dunia ego keberadaan sensual (sensasi) menuju kesadaran jiwa terhadap Al Haqq.
Untuk membuat kemajuan dalam perjalanan ini, sang pejalan harus membawa gambaran Syaikhnya (tasawwur) ke dalam hatinya karena itu adalah cara paling kuat untuk melepaskan diri dari cengkeraman sensualnya.
Dalam hatinya Syaikh menjadi cermin dari Dzat Absolut. Jika dia berhasil, kondisi penisbian diri (ghayba) atau “absensi” dari dunia sensasi muncul dalam dirinya.
Sampai kepada tahap bahwa keadaan ini menguat dalam dirinya dan keterikatannya kepada dunia sensasi melemah dan menghilang, dan fajar dari Level Hilang Mutlak- Tidak Merasa- Selain Allah mulai menyinari dirinya.
Derajat tertinggi dari maqam ini disebut fana’.
Demikianlah Syah Naqsyband berkata, “Jalan terpendek kepada sasaran kita, yaitu Allah mengangkat tabir dari Dzat Wajah-Nya Yang Ahad yang berada dalam semua makhluk ciptaan-Nya.
Dia melakukan itu dengan (melalui) maqam ghayba dan fana’, sampai Dzat Agung (Majestic Essence) menyelimutinya dan melenyapkan kesadarannya akan segala sesuatu selain Dia. Inilah akhir perjalanan untuk mencari Allah dan awal dari perjalanan lainnya.”
“Pada akhir Perjalanan Pencarian dan Level Ketertarikan datanglah Level Perendahan Diri dan Penihilan.
Sasaran ini adalah untuk segenap ummat manusia sebagaimana disebut Allah dalam al-Qur’an, ‘Aku tidak menciptakan Jinn dan Manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.’ Beribadah di sini berarti Ilmu Sempurna (Ma`rifat).”
Langkah 6
Mengenakan �busana� Syaikh:
3 tahap perjuangan yang berkesinambungan:
- Memelihara Cintanya (Muhabbat),
- Memelihara Kehadirannya (Hudur),
- Melaksanakan Kehendaknya atas diri kita (Penihilan atau Fana).

Kita memiliki cinta kepadanya, jadi kini kenakanlah Cahayanya dan selanjutnya bayangkan segala sesuatunya dari titik (sudut) ini, dengan busana yang kita kenakan itu. Ini adalah penopang hidup kita.
Kamu tidak boleh makan, minum, shalat, dzikir atau melakukan apapun tanpa membayangkan bayangan Syaikh pada kita. Cinta ini akan menyatu dengan Hadirat Ilahi, dan ini akan membuka pintu Penihilan ke dalam-Nya.
Semakin seseorang menjaga ingatan untuk mengenakan busana dengan dia (Syaikh) semakin meningkatlah proses penihilan itu berlangsung. Kemudian penuntun itu akan meninggalkan dirimu di hadirat Rasul Allah Sayyidina Muhammad. Di mana sekali lagi kamu akan menjaga cinta kepada Rasul (Muhabbat), menjaga Hadiratnya (Hudur). Laksanakan kehendaknya atas diri kita (Penihilan atau Fana).
Fana fi Syaikh, Rasulullah, Allah
Penihilan Fana
Dalam keadaan spirit murid menyatu dengan spirit Syaikhnya, kemampuan Syaikh akan diaktifkan dalam diri muridnya, karena itu Syaikh menikmati kedekatan Nabi. Dalam situasi ini, dalam istilah sufisme disebut �Penyatuan dengan Rasul � (Fana fi Rasul).
Ini adalah pernyataan Nabi, “Aku seorang manusia seperti kamu, namun aku menerima wahyu’. Jika pernyataan ini dicermati, kita melihat bahwa kemuliaan Nabi terakhir ini adalah bahwa beliau menerima wahyu dari Allah, yang mencerminkan Ilmu-ladduni, ilmu yang diilhamkan langsung oleh Allah, Pandangan yang Indah dari Allah dan Cahaya Gemilang ke dalam hati Nabi.
Dalam keadaan ‘Penyatuan dengan Nabi’ seorang murid karena emosinya, kerinduannya dan cintanya secara sedikit demi sedikit, langkah demi langkah, berasimilasi dan mengenali ilmu Nabi Suci.
Kemudian datanglah saat paling berharga, saat yang ditunggu-tunggu, ketika ilmu dan pelajaran ditransfer dari Nabi Suci kepadanya sesuai dengan kapasitasnya.
Murid itu menyerap karakter Nabi Suci sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya dan karena kedekatannya dengan Nabi Suci dan dukungannya dia dapat mencapai keadaan ketika dia mengenali Rabbil �Alamin, ketika Dia menguraikan dalam al-Qur�an, �Ya, sesungguhnya Engkau adalah Rabbi!�
Kedekatan ini, dalam sufisme disebut �Penyatuan dengan Allah’ (Fana fi-llah) atau singkatnya wahdat. Setelah itu, jika seseorang dikaruniai dengan kemampuan, dia akan membuat eksplorasi di daerah yang tentangnya cerita (narasi) tidak lagi memiliki kata-kata untuk menjelaskannya, karena kepekaan dan kehalusan situasinya.
Langkah 7

Menjadi sesuatu yang tidak ada, kendaraan sebening kristal untuk siapa pun yang ingin mengisi keberadaanmu dari Allah swt. Malikul Mulk.

Sumber :http://abuumar.multiply.com/journal/item/181/Langkah-Langkah_Meditasi_Sufi

Mahabbah

Oh Allah, anugerahkanlah kami cinta-Mu,
Dan cinta kepada siapapun yang mencintai-Mu
Dan amalan yang akan membimbing kami kepada cinta-Mu.
sebuah doa Nabi Muhammad SAW)


Mahabbah menurut arti bahasa adalah saling cinta mencintai. Dalam kajian tasawuf, mahabbah berarti mencintai Allah dan mengandung arti patuh kepada-Nya dan membenci sikap yang melawan kepada-Nya, mengosongkan hati dari segala-galanya kecuali Allah SWT serta menyerahkan seluruh diri kepada-Nya.
Kaum Sufi menganggap mahabbah sebagai modal utama sekaligus mauhibah dari Allah Swt, untuk menuju kejenjang ahwâl yang lebih tinggi.


Konsep al-hub (cinta) pertama kali dicetuskan oleh seorang sufi wanita terkenal Rabi’atul Adawiyah (96 H – 185 H), menyempurnakan dan meningkatkan versi zuhud, al khauf war raja’ dari tokoh sufi Hasan Al Basri. Cinta yang suci murni adalah lebih tinggi dan lebih sempurna daripada al khauf war raja’ (takut dan pengharapan), karena cinta yang suci murni tidak mengharapkan apa-apa dari Allah kecuali ridla-Nya. Menurut Rabi’atul Adawiyah, al hub itu merupakan cetusan dari perasaan rindu dan pasrah kepada-Nya. Perasaan cinta yang menyelinap dalam lubuk hati Rabi’atul Adawiyah, menyebabkan dia mengorbankan seluruh hidupnya untuk mencintai Allah SWT.

Cinta Rabi’ah kepada Allah SWT begitu memenuhi seluruh jiwanya, sehingga dia menolak seluruh tawaran untuk menikah. Dia mengatakan dirinya adalah milik Allah yang dicintainya, karenanya siapa yang ingin menikahinya harus minta izin dahulu kepada-Nya. Pernah ditanyakan kepada Rabi’ah, apakah engkau benci kepada syetan ? Dia menjawab, “Tidak, cintaku kepada Allah tidak meninggalkan ruang kosong dalam diriku, untuk tempat rasa benci kepada syetan. Ditanyakan apakah dia cinta kepada Nabi Muhammad SAW ? Dia menjawab, “Saya cinta kepada Nabi Muhammad SAW, tetapi cintaku kepada khalik memalingkan diriku dari cinta kepada makhluk. Banyak sekali syair dan gubahan dari Rabi’ah menggambarkan cintanya kepada Allah SWT.
Adalah Imam al Qusyairi, pengarang Risâlah al Qusyairiyyah mendefinisikan cinta (mahabbah) Allah kepada hamba sebagai kehendak untuk memberikan nikmat khusus kepada siapa saja yang Ia kehendaki. Apabila kehendak tersebut tidak diperuntukkan khusus melainkan umum untuk semua hambaNya–menurut Qusyairi–dinamakan Rahmat; kemudian jika irâdah tersebut berkaitan dengan adzab disebut dengan murka(ghadlab).
Masih dalam konteks yang sama, lebih jauh al Qusyairi memaparkan definisi mahabbah tersebut versi kaum salaf; mereka mengartikan cinta sebagai salah satu sifat khabariyyah lantas menjadikannya sebagai sesuatu yang mutlak, tidak dapat diartikulasikan sebagaimana rupa seperti halnya mereka cenderung tidak memberikan pentafsiran yang lebih dalam lagi, sebab apabila cinta diidentikkan dengan kecenderungan pada sesuatu ataupun sikap ketergantungan, alias cinta antara dua manusia, maka mereka menganggap hal itu sangatlah mustahil untuk Allah Swt. Interprestasi yang demikian ini memang lebih cenderung berhati-hati seperti halnya mereka (baca:kaum salaf) sangat menekankan metode tafwîdl dalam permasalahan yang bersifat ilâhiyah.
Al Junaidi Al Baghdadi menyebutkan, mahabbah itu sebagai suatu kecenderungan hati, artinya, hati seseorang cenderung kepada Allah SWT dan kepada segala sesuatu yang datang daripada- Nya tanpa usaha.

Abu Nasr as Sarraj at-Tusi seorang tokoh sufi terkenal membagi mahabbah kepada tiga tingkat : (1) Mahabbah orang biasa, yaitu orang yang selalu mengingat Allah SWT dengan zikir dan memperoleh kesenangan dalam berdialog dengan-Nya serta senantiasa memuji-Nya, (2) Mahabbah orang siddik (orang jujur, orang benar) yaitu orang yang mengenal Allah tentang kebesaran-Nya, kekuasaan-Nya dan ilmu-Nya. Mahabbah orang siddik ini dapat menghilangkan hijab, sehingga dia menjadi kasysyaf, terbuka tabir yang memisahkan diri seseorang dari Allah SWT. Mahabbah tingkat kedua ini sanggup menghilangkan kehendak dan sifatnya sendiri, sebab hatinya penuh dengan rindu dan cinta kepada Allah, (3) Mahabbah orang arif, yaitu cintanya orang yang telah penuh sempurna makrifatnya dengan Allah SWT. Mahabbah orang arif ini, yang dilihat dan dirasakannya bukan lagi cinta, tetapi diri yang dicintai. Pada akhirnya sifat-sifat yang dicintai masuk ke dalam diri yang mencintai. Cinta pada tingkat ketiga inilah yang menyebabkan mahabbah orang arif ini dapat berdialog dan menyatu dengan kehendak Allah SWT.
Banyak sekali dalil naqli, Al Qur’an dan Al Hadis yang menjadi dasar adanya mahabbah antara makhluk dengan khalik-Nya.

Firman Allah SWT,
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui (Q.S. Al Maidah 5 : 54).

Firman Allah SWT,
Artinya : Katakanlah, “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Ali Imran 3 : 31).
Sabda Rasulullah SAW, Diriwayatkan oleh Abu Hurayrah bahwa Rasulullah SAW telah bersabda, “Barangsiapa yang senang bertemu dengan Allah, maka Allah akan senang bertemu dengannya. Dan barangsiapa yang tidak senang bertemu dengan Allah, maka Allah pun tidak akan senang bertemu dengannya” (H.R. Bukhari).

Sabda Rasulullah SAW: Diriwayatkan oleh Anas bin Malik, Rasulullah SAW menuturkan bahwa Jibril a.s memberitahukan bahwa Tuhan Allah SWT telah berfirman, “Barangsiapa yang menyakiti salah seorang wali-Ku, berarti telah memaklumkan perang kepada-Ku. Dan tidaklah Aku merasa ragu- ragu dalam melakukan sesuatu pun sebagaimana keraguan-Ku untuk mencabut nyawa hamba- Ku yang beriman, karena dia membenci kematian dan Aku tak suka menyakitinya, namun tidak ada jalan darinya. Cara yang paling baik bagi seorang hamba untuk mendekati-Ku adalah dengan melaksanakan kewajiban-kewajiban yang telah Ku-perintahkan kepadanya, dan senantiasa dia mendekat kepada-Ku dengan melakukan ibadat-ibadat sunnah sampai Aku mencintainya. Dan bagi barangsiapa yang Ku-cintai, maka Aku menjadi telinganya, matanya, tangannya dan tiang penopangnya”.(H.R. Ibnu Abidunya, Al Hakim, Ibnu Mardawih dan Abu Na’im).

Zikir Nafas


-  Mengenal  Nafas
-  Mengenal  Asal  usul nya  Nafas
-  Mengenal  Datang nya   Nafas 
-  Mengenal  Reservoir  Nafas
-  Mengenal  Punca  Kedatang nya  Nafas
-  Menghargai  Nafas  dengan  Haqqul  Yakin
-  Melihat  kedatangan  Nafas  dari  Pandangan Ainul Yakin
- Tarbiyyah  diri  dengan  Muttu  Qabla  an  tammutu [ hadis]
   Latih mematikan diri-
 
- Latih pergerakan Allah-(memulangkan Zat,Sifat,Asma,Af’al Allah s.w.t)
  Dengan  Muraqabh  dan  Musyhadah

- Latih Ilmu Allah -Dengan  KALIMAH  Syahadah  dan  Syuhud (Qudrat”Kuasa”,Iradat”berkehendak”,Ilmu”ilmu”,Hayat”hidup”)

Bagi kaum Aribillah, Nafas  adalah Imej  cermin  dari  Roh , nafas adalah kembar bagi Ruh. Ruh adalah hakikat dan nafas adalah syariatnya di alam ini.Ruh ibarat kapal, ombak bagaikan nafas.Jika tenang ombak, tenaglah perjalanan kapal. Begitu juga Ruh, jika nafas seorang hamba tenang, maka ia memberi kesan pada ruhnya.

Kaum Aribillah  dan  ahli  Rohanni amat mementingkan latihan pernafasan. Bila pernafasan elok, maka akan eloklah perjalanan ruh dengan ROBBnnya. Emosi amat mempengaruhi pernafasan, baik ia dalam keadaan marah “stress” atau tenang.Jika seseorang itu berjaya mengawal emosinya.
Mereka  yang  tidak  mementingkan  rohani  adalah  seperti  jasad  yang  tiada  Roh , mereka  amat  di perbodohkan  oleh  syaitan ,  apa  guna  sebatang  jasad  walaupun  ianya  seorang  raja , seorang  yang cantik dan kaya   jika  tiada  Roh  dan Nyawa  akan  di  kebumikan  dengan  secepat  mungkin. Roh  dan kerohanian  amat  penting  dalam  memahami  pengertian  hidup  dan  perjalanan  hidup  ini .

Nafas  berasal  dari  Robbul  Alameen ,  Soalan  pertama  adalah  mengenal  Bagiamana  turunya  dan  naiknya  Nafas  ini  dari  sebatang  tubuh  yang  tidak  ada  hawl  dan  quwwah ,  dan  bagaimana   ratusan ribuan  jutaan  makhluk menerimah Nafas  turun ,  Nafas naik  dengan  secara  sistematik  dan  secara  teratur  dan  tanpa  ada  gangguan  ,  dan  tiada  kehilangan  satu  nafas   yang   tegendala   dalam  ribuan  juta   tahun  kecuali   sudha  sampai  ajal  maut  seseorang  itu   dengan  taqdir  Nafas  dan  usia  hayyatnya. Nafas adalah sumber kehidupan, tanpa nafas hancurlah kehidupan.Nafas adalah al-Hayat yang datang dari Tuhan, ia adalah rahsia Illahi.Para ulama sufi mengamalkan zikir nafas untuk pembersihan rohani, manakala para ahli “tenaga dalam” mengamalkan pernafasan untuk mengaktifkan tenaga ghaibnya sehingga dapat melakukan perkara yang luar kekuatan jasad.Kaum sufi menamakan iannya sebagai Nasma iaitu gabungan antara Ruh Jasmani dan jasad.

Zikir  Nafas  adalah  jentera  pengerak  kepada  semua  sistem rohani  dan  jasmani.Zikir Nafas adalah merupakan IBU kepada segala zikir.Zikir ini mempunyai banyak keistimewaan.Zikir Nafas ini ada pecahan dan rangkaiannya tersendiri.Pecahan zikir ini ialah zikir Nufus, Tanafas dan Amfas.

Keempat-empat perkara ini berkaitan diantara satu sama lain.Bermula nafas itu kerana anfas, dan hidup anfas itu kerana nuffus, manakala hidup nufus itu dengan rahsia dan rahsia itulah merupakan (diri) rahsia Allah.Nufus,Anfas dan Tanafas itu adalah satu perkara yang ghaib, yang wujud tanpa dapat dirasa dan dilihat seperti mana nafas.Adalah tidak sedap membicarakan sesuatu yang tidak boleh dibuktikan dengan ilmu yakin, ataupun ainul yakin.Kerana ini boleh menimbulkan fitnah besar kepada pembicaranya kelak.Sudah menjadi ghalib manusia ia akan menolak sesuatu yang tidak tercapai oleh akal dan ilmunya, meskipun jalan paling baik jika ia terserempak dengan keadaan demikian ialah dengan mendiamkan diri (tawakuf) disamping belajar untuk memahaminya.

Kedudkan  Sistem  Bathin  dan Spiritual  ini  bergerak  dengan  Kuasa   Qudrat  yang  mutlak  dan  hanya   dapat  di  lihat  dengan  mati  hati  oleh  mereka  yang  telah  hidup  hati  mereka  secara  zahir  dan  bathin. Tanpa  ILMU  Mata  hati  memang  hati  itu  tidak  akan  terbuka  dan   hiudp  dan  tidak  akan   dapat  memerhatikan  keajaibaan  hati  ini. Kedudukan Anfas ialah dihidung.Tanafas ditelinga dan Nufus diJantung, manakala Nafas ialah dimulut.Anfaas,Nafas,Tanafas dan Nufus ini merupakan satu “kuasa” ataupun keadaan yang keluar masuk (bergerak) dalam tubuh seseorang manusia.

Apa kah  insan  mudah  memahami   gerakan  sistem  spiritual  dan  rohani  ini   tanpa  mengenal  Robbnya  dan  ILLAH nya  ,  dia  sekali-kali  tidak  akan  mengenal  Robb nya   tanpa  ILMU  KALIMAH  LA  ILAHA  ILLALLAH. Semua  sistem  pengerakan  Nafas , Anfus , tanafas  adalah  satu  sistem  Unggul  dan  yang  ajaib yang  penuh  dengan  mukjizat.Tanafas ia bergerak di telinga,Nufus dijantung,Anfas di hidung sementara Nafas pula dimulut.Diantara keempat unsur ini,Nafaslah yang boleh dirasa dan disentuh serta mudah untuk diyakini (kalau kita membicarakan) kerana setiap orang boleh merasakan sengan perasaan zahir.Justeru itu dalam bab ini saya berminat untuk membicarakan Zikir Nafas sahaja.

Nafas  adalah  sumber  utama  dalam  menghidupkan  hati  dan  jasad. memahaminya  dan  menguasainya  akan  membawa  Insan  itu  kepada  kejayaan.Nafas  adalah  saluran penting  bagi  kita  meneruskan  hidup  di atas  bumi  ini, ada jasad  tanpa  Nafas  ,  tidak  berguna  jasad ini. Ada  roh  tapi  tiada  Nafas   tidak  juga  bermnafaat  Roh  itu  kepada  jaasad  itu.
Bila sebut Nafas orang tahu,iaitu angin yang keluar masuk daripada lubang hidung dan mulut (daripada luar tubuh kedalam tubuh)Kalau mengikut pengertian saintifik,udara yang keluar dari mulut atau hidung itu ialah karbondioksida yakni bahan “perkumuhan”, sementara yang disedut masuk itu pula ialah oksigen.Fungsi oksigen ini ialah untuk memutarkan darah dalam jantung, membolehkan nyawa bergerak.Oksigen itu disedut dari luar dimana ianya diproseskan oleh tumbuh-tumbuhan dan alam seluruhnya.


Fikirlah  dna  renungkan  lah  betapa  penting nya  penguasan  Nafas  dalam  hidup  dan  tanpa   penguasan  ini  anda  tidak  akan  bahagia  secara  zahir  dan  bathin. Ramai  ahli  sains  mengakui  hakikat  ini  bahawa  semua  punca  masalah  hidup  yang  membawa  kepada  keadaan  tidak  bahagia  adalah  kerana  tidak  wujud  harmoni  di  antara   jasad  dan  qalbu  -  emosi  dan  minda. 

Mengikut kajian pakar 80% punca pesakit adalah berpunca dari ketidakstabilan emosi atau masalah psikologi.Emosi  dan  jasad  ada  kaitan  yang  amat  rapat  jika  tidak  di  kawal  ianya  akan  membawa  mudarat  kepada  tubuh  badan  dan  juga  anggota  badan  yang  menjalankan  tugas  penting  dalam  sistem  peredaran  darah  dan  sistem  oxygenation. Justeru itu rawatan yang paling baik ialah membina motivasi seseorang itu kepada kekuatan dalaman.Tiada pembinaan yang paling baik melainkan mendekatkan manusia itu dengan RabbNya.

Zikir yang digabungkan dengan teknik pernafasan yang betul, atau disebut oleh ahli Tasauf sebagai zikir nafas, akan memberi kesan yang hebat. Imam Ghazali mengatakan zikir yang dilakukan dengan cara menahan nafas akan mempercepatkan proses penyucian hati (membakar mazmumah).

Pernafasan yang betul akan memaksimumkan penyerapan oksigen yang amat penting dalam kehidupan dan kesihatan manusia.Kekurangan oksigen menyebabkan seseorang terdedah kepada pelbagai penyakit seperti kanser,gangguan saraf, leukemia dan lain-lain.

Teknik Terapi Zikir pernafasan:
Perut dikempeskan se-kempes mungkin dan dikeraskan, agar energi yang dibangkitkan besar.

> Tarik nafas perlahan-lahan  dan  kemudian dalam-dalam, dada digembungkan, perut dikecilkan, tahan selama beberapa detik agar diproses oleh paru-paru, dan lepaskan.
> Penarikan  Nafas  harus  dengan  tertib  dan  juga  secara  natural tanpa  di paksa  atau  pun  di  desak  -  kaedah  ini  akan  gagal  menghasilkan  satu  proses  yang  mukammil.
> Kemudian tarik nafas kembali dalam-dalam, tahan selama beberapa detik, dan selanjutnya[  sebaik  nya  5-1-5  atau  10-1-10  atau  pun  3-1-3] , tarik  3  saat  - tahan  1  saat  -  dan  lepas  3  saat ]  atau  ikut kekuatan  daya  tarikan  dan  hembusan.
> Lanjutkan terapi pernapasan dengan dada tetap digembungkan, dan perut tetap dikempeskan dan dikeraskan.
Menarik nafas dengan membayangkan menghirup udara yang bersih dan sehat, lepaskan napas dengan membayangkan membuang penyakit, racun dan udara kotor.

Nafas ditahan agar proses biologis didalam paru-paru berlangsung sempurna, yaitu : oksigen yang diudara diserap oleh paru-paru ( secara maximal ) dan udara kotor beracun ( CO2 ) dilepaskan ke-udara untuk kemudian dibuang keluar saat melepaskan napas. ( Dengan bernapas biasa maka proses berlangsung tidak sempurna, karena belum sempat terjadi pertukaran secara lengkap, udara sudah dikeluarkan lagi dari paru-paru ).
Waktu ingin melakukan zikir nafas kita wajib memulangkan Zat, Sifat, Af’al kita kepada Zat, Sifat, Af’al Allah yang bererti memulangkan segala wujud kita yang zahir kepada wujud kita yang batin iaitu Ruh dan pulangkan wujud Ruh pada hakikatnya Wujud Yang Qadim Zat Allah jua.La maujud illaLlah yang bermaksud tiada yang ada di ala mini pada hakikatnya melainkan Allah jua.Hakikat nafi pada diri kita ialah la wujud(tiada yg wujud) , la qadir(tiada yg Maha kuasa) , la hayun, la muridun, la alimun(tiada yg Maha mengetahui) , la samiiun(tiada yg mendengar) , la basirun (tiada yg Maha melihat) , la mutakalimun fil haqiqah illaLah.

Berkata para Arifbillah, ”matikan diri kamu sebelum kamu dimatikan”.[ Hadis Sohih].

Mati disini dibahagikan kepada empat:
1) Mati Hissii iaitu seolah-olah sudah bercerai ruh dari jasad, tiada daya upaya walau sezarah jua pada hakikatnya hanya Allah jua yang berkuasa, kemudian dimusyahadahkan didalam hati dengan menyaksikan kebesaran iaitu sifat Jalal dan JamalNya dan kesucianNya.
2) Apa  dia  hakikat  Asolatu  Miraju  lil Mukmineen. Miraj iaitu selepas sempurna mematikan diri kita hendaklah malakukan miraj ertinya iaitu menaikkan nafas kita malalyui alam “Qaba qawsain au adna” iaitu antara kening merasa penuh limpah dalam alam Qudus iaitu dalam benak kepala kita hingga hilang segala ingatan yang lainnya.Ia dinamakan mati ma’nawi iaitu hilang segala sesuatu didalam hatimu melainkan hanya berhadapan pada Allah jua.
3) Mati  dalam  Hidup  dan  Hidup  dalam kematian ,  ini lah  hakikat  mati  lah  kamu  sebelum  kamu  di  matikan. Mati segala usaha ikhtiar segala daya upaya diri kita hanya kita mendirikan sembahyang dengan melihat pada matahatinya dari Allah,degan Allah dan untuk Allah.Dari Allah mengerakkan Ruhaniah,dari ruhaniah mengerakan Al-Hayat, dari Al-Hayat menggerakkan nafas dan dari nafas menggerakkan jasad dan adalah pada hakikatnya itu Allah jua yang menggerakkan sekaliannya sebagaimana firmaNya: “Dan tiadalah yang melontar oleh engkau ya Muhammad Sala Allahu Alaihi Wasalam -  ketika engkau melontar tetapi Allah yang melontarnya…”.Pada pandangan dzahirnya perbuatan hamba tetapi pada pandangan matahati perbuatan Allah jua.

4)  Mati  dalam  tidur -  Ini  adalah  satu  rahsia  maarifah  dalam  hidup  yang  hanya  di  ketahui  oleh  para  Arif Billah  dan  Alimbillah -  bukan  nya  oleh  alimbil kitaab,  ramai  orang  alim  bil kitaab  tetapi  jahil  tentang  Allah  dan  segala  ilmu  tauhid  dan  maarifahtullah.
Zikir  Nafas   adalah  Ummul  Zikir.  Dan  seafdal-afdal  Zikir  yang  mampu  memberi  kekuatan  Rohanni  adalah  Zikir  Khafiyee,  ini  di  jelaskan   dalam  beberapa  hadis  sohih.Zikir  Nafas   adalah  selaku  Noor Cahaya  yang  memancar  keseluruh  jiwa  seorang  pengamal  Zikir  Nafas.Zikir nafas ini adalah besar faedah.Dengan melakukan zikir nafas sahaja ia boleh memecahkan ketulan darah hitam yang berada dihati yang dianggap sebagai istan iblis itu.Selagi istana Iblis tidak terpecah dan hancur musnah Nur Qalbi sebagai penyuloh lampu ma’rifat yang diharapkan itu tidak mungkin diperolehi.Nur itu tidak akan bersinar menyuloh kegelapan dalam diri.Kalau pun ia menyala tetapi cahayanya tidak telus.Zikir  Nafas  adalah  ibu  segala  zikir. Ianya  mampu  membersihkan  segala  kotoran  dalaman  dan  rohanni .
Mengenal Diri
Sabda Rasulallah saw:
MAN ARAFA NAFSA FAQAD ARAFA RAB’BAH WAMAN ARAFA RAB’BAH FASADA JASAD.

“Sesiapa yang mengenal dirinya,tentu dia mengenal Robbnya dan sesiapa yang mengenal Robbnya, maka binasalah dirinya.”
Firman Allah swt:
“Dari Allah kau datang kepada Allah kau dikembalikan”(al-Baqarah:156)
Apabila Ruh diturunkan kebumi, ia berhajat kepada Sifat Iftiqar Allah untuk berfungsi di atas muka bumi ini..Jika tiada Sifat Iftiqar,Ruh tidak berfungsi.Ini disebabkan ia memiliki sifat yang suci dan tinggi.Ia tiada pengetahuan dan kehendak terhadap alam yang rendah (dunia).Oleh itu, ia perlukan Sifat Iftiqar untuk melaksanakan tugas khalifah, untuk kehidupannya dan dunia.
Empat Sifat Iftiqar: Sifat Qudrat, Hayat, Iradat, Ilmu.
Sebelum Ruh dimasukkan ke dalam jasad,Allah melapisi Ruh Al-Qudsi dengan lapisan-lapisan sampai kealam “Mulkiah” yang disebut “Qiswah Unsuriah” iaitu alam Jabarut, alam Malkut dan alam Mulki kerana kekuatan Ruh Al-Qudsi boleh menghancurkan jasad, sebagaimana cahaya matahari yang dihalangi cahayanya bumi dengan pelbagai lapisan agar tidak terbakar bumi ini kerana kepanasannya.
-ALLAH swt-RUH YANG SUCI Firman Allah swt: (“Lalu kutiupkan Roh-Ku dalam tubuh manusia.”Al-Hijr:29)

-1) QUDRAT (Kuasa): iaitu dinyatakan pada (RUH JASMANI) dan diletakkan dalam jasad.Ruh memerlukan jasad untuk bergerak di atas muka bumi.(NASMA “fizikal”: kuasa batin yang hebat). TANAH: tubuh badan-istana hakikat.
-2) ILMU (ilmu): ianya dinyatakan pada (RUH SULTANI) dan menjadi akal apabila digabungkan dgn unsur air dan diletakkan pd otak.Ruh tidak akan dapat berfikir untuk kehidupan didunia tanpa ilmu bangsa dunia.(AIR: akal- ilham,laduni pandangan tajam hikmah).AIR: otak-istana syariat.
-3) HAYAT (hidup): ianya dinyatakan pada (RUH AL HAYAT) dan menjadi nafas apabila bergabung dgn udara.Ruh memerlukan nafas untuk berhubung dgn nafas.(NAFAS: menstabilkan emosi,akal,kesihatan dan perjalanan Ruh). ANGIN,udara:sistem pernafasan-istana tarikat.
-4) IRADAT (berkehendak): ianya dinyatakan pada (RUH SAIRANI RAWANI) dan menjadi nafas apabila digabungkan dgn unsur api dan diletakkan dijantung/qalbi.Ruh memerlukan nafsu yg bangsa dunia untuk memakmurkan dunia.(NAFSU: ketenangan,kasyaf,asyik,cinta,rindu,syuhud,makrifat) API: jantung-istana makrifat.Syaik Abdul Qadir Jailani:Di dalam Kitab Sirrul Asrar:Ruh adalah hakikat diri manusia yang sebenar.Ruh adalah Nur cahaya yang tinggi yang dibaluti dengan beberapa lapisan pakaian sebelum diturunkan ke alam dunia ini agar jasad tidak terbakar.

“Manusia itu rahsiaku dan Aku adalah rahsia manusia.”(Hadis Qudsi)
Setiap Ruh mempunyai tempat di daerah ketika ia berada dalam jasad.Setiap insan wajib mengetahui bagaimana mahu mengolah setiap lapisan tersebut agar tersingkap baginya rahsia.
Kenali dirimu dengan merenungkan kedalam dirimu nescaya engkau akan mengenali Tuhanmu tanpa huruf,suara,tanpa dalil dan perantaraan.
Galillah rahsia alam dirimu sendiri sehingga berjumpa dengan air dari alam Malakut,alam Jabarut dan akhirnya Lahut, nescaya kamu akan dapat menyaksikan kembali bagaimana dirimu berhimpun dan bertasbih di alam Lahut serta menyaksikan bagaimana dirimu bersaksi akan diri KeTuhanan sebagaimana firmannya: ”Adakah Aku Tuhan Kamu,(Ruh menjawab) Bahkan!Kami menyaksikan.”(al-Araf:172)
Sesiapa yang sampai kealam ini, ia mengambil ilmunya terus dari Allah tanpa perantaraan iaitu ilmu laduni.Di alam ini, ia beribadah dari Allah, dengan Allah dan untuk Allah.Pandangannya sentiasa melihat pada dua alam, melihat diriNya di alam zahir iaitu Af’al,Sifat dan Asma, bermusyahadah dengan ZatNya di alam lahut.Adakala mereka itu fana (lebur) penglihatan di alam ini ketika mentajallikan rahsiaNya sehingga tiada yang dilihat melainkan Allah swt.
Bagaimana  hendak  Mengenal diri?
Apa yang  harus  di  kenali  dengan  diri  ini ?.
Adakah  Mengenal  Jasad  yang di kenali  oleh  semua  orang kafir dan  mushrik  dengan  itu  mereka  sudah  mengenal  Robb mereka?.
Adakah  mengenal  Bathin sahaja   tanpa  mengetahui soal Rohani?.
Mengenal diri  tanpa  mengenal  jalan  mengenal  diri  anda  tidak  akan sampai  kepada  matlamat?.
Mengenal Jalan  tanpa  mengenal  musuh  akan  tertewas  separuh jalan.
Mengenal  Musuh  tanpa  bersenjata  akan  di  kalahkan. Mempunyai
senjata  lengkap  namun  tidak  mengenal  maqam  musuh  akan  menempuh  kekalahan. Mengenal  senjata  dan  musuh  tetapi  tidak  ada  tarbiyah  dari  orang  mengenal  perjalanan  dan  kaeadah  juga  akan  binasa  dalam kesesatan.
Siapa yang benar mengenal dirinya, akan binasalah dirinya, tenggelam ia dalam lautan kefakiran, tenggelam ia dalam lautan ketiadaan keAkuan.
Didalam kitab Kasaful Asrar dinyatakan bahwa wujud insan adalah bayang-bayang kepada wujud Tuhan.Tiada akan wujud bayang-bayang ini jika tiada yang empunya bayang-bayang, tidak bergerak bayan-bayang melainkan bergeraknya tuan empunya bayang-bayang.
Apabila kamu memandang diri kamu, memandang kewujudan dirimu, maka kamu wajib memahami bahwa kamu ada pemiliknya.Wujud kamu menyatakan wujud diri-Nya.Dia ghaib dan kamu nyata, Dia hakikat dan kamu syariat, Dia adalah wujud dan kamu adalah bayang bagi wujud-Nya.Lihatlah diri kamu lagi,pandanglah segala sifat yang ada pada diri kamu,lihatlah matamu,lihatlah telingmu, lihatlah mulutmu,lihatlah akalmu,lihatlah gerak diammu,lihat rasa hatimu.Semuanya tidak lain melainkan kenyataan sifat-sifat-Nya.
Semoga hati kita tidak dibutakan sama sekali, sehingga tidak mengenal Diri-Nya, yang meskipun Al-Ghaib tetapi sangat dekat sekali, bahkan lebih dekat Dia bila dibandingkan dengan urat nadi yang ada di lehernya sendiri.Bererti lebih dekat Dia meskipun dibandingkan dengan keluar masuknya nafas dalam dada.
Maka firman-Nya yang memutuskan:
“Barang siapa yang hidupnya sekarang ini (di dunia) buta (mata hatinya tidak mengetahui keberadaan Diri Tuhannya yang dekat sekali dan Wajib Wujud-Nya), maka kelak di akhirat juga akan lebih buta dan lebih sesat jalannya.”(Al-Isra:72)

Tauhidul Af'al (Ke-Esa'an Perbuatan)
Hendaklah anda ketahui bahwa segala apapun juga yang terjadi didalam alam ini pada hakekatnya adalah Af'al (perbuatan)Allah s.w.t.Yang terjadi di alam ini dapat digolongkan pada dua golongan.
1) Baik pada bentuk (rupa) dan isi (hakekatnya) seperti iman dan taat.
2) Buruk pada bentuk (rupa) namun baik pada pengertian isi (hakekat) seperti kufur dan maksiat.Dikatakan ini buruk pada bentuk kerana adanya ketentuan hukum/syarak yang mengatakan demikian.Dikatakan baik pada pengertian isi (hakikat) kerana hal itu adalah sutu ketentuan dan perbuatan dari pada Allah Yang Maha Baik.Maka "kaifiat" cara untuk melakukan pandangan (syuhud/musyahadah) sebagaimana dimaksudkan diatas ialah:"Setiap apapun yang disaksikan oleh mata hendaklah ditanggapi oleh hati bahwa semua itu adalah Af'al (perbuatan) dari pada Allah s.w.t."Bila ada sementara anggapan tentang ikut sertakan "yang lain dari pada Allah" di dalam proses kejadian sesuatu, maka hal tersebut tidak lain hanya dalam pengertian majazi (bayangan) bukan menurut pengertian hakiki.Misalnya si A bekerja untuk mencari makan atau memberi makan anak-anaknya maka si A tergolong dalam pengertian "yang lain dari pada Allah" dan juga dapat dianggap "ikut serta dalam proses memberi makan anaknya.Fungsi si A dalam keterlibatan ini hanya majaz (bayangan) saja, bukan dalam arti hakiki.Kerana menurut pengerti hakiki yang memberi makan dan minum pada hakikatnya ialah Allah, sebagaimana tersebut dalam Al Qur'an Surah:
“Dialah (Allah) yang memberi makan dan minum kepada saya.” (As-Syu'ara ayat 79.)
Segala macam perbuatan (sikap laku) apakan perbuatan diri sendiri ataupun perbuatan yang terjadi di luar dirinya, adalah termasuk dalam dua macam pengertian.Pengertian pertama dinamakan MUBASYARAH dan pengertian kedua dinamakan TAWALLUD.Kedua macam pengertian ini tidak terpisah satu sama lain.Contohnya adalah sebagai berikut:
1) Gerak pena ditangan seorang penulis, ini dinamakan MUBASYARAH (terpadu) kerana adanya "perpaduan" dua kemampuan Qudrat yaitu kemampuan kodrat gerak tangan kemampuan kodrat gerak pena.
Bagaiman  kita  dapat  memahami  gerak  Qudrat  Allah  dan  bagaimana  kita  dapat  bersyuhud  dengan  Qudrat  Allah  dalam  setiap  keadaan.
2) Gerak batu yang lepas dari tangan pelempar.Hal ini dinamakan TAWALLUD (terlahir) kerana lahirnya gerakan batu yang dilemparkan itu adalah kemampuan kodrat gerakan tangan.Namun pada hakekatnya, kedua macam pengertian itu (Mubasyarah dan Tawallud) adalah Af'al Allah s.w.t., didasarkan kepada dalil nas Al-Qur'an:(WALLAHU KHOLAQAKUM WA MA TA'MALUN)Artinya:Allah yang mencipta kamu dan apa yang kamu lakukan.Apa-apa juga yang dilakukan oleh hamba,perkataan,tingkah laku,gerak dan diam, namun semua itu sudah lebih dahulu pada Ilmu,Qoda dan Qadar/Takdir Allah s.w.t.Firman Allah di dalam Al-Quran:(WA MA RAMAITA IDAZ RAMAITA WALAKINNALLAHURAMA)Artinya:Tidaklah anda yang melempar (Hai Muhammad) tetapi Allah-lah yang melepar ketika anda melempar.(LA HAULA WA LA QUWWATA ILLA BILLAHIL ALIYYIL AZHIEM)Artinya:Tiada daya dan kekuatan melainkan dengan (daya dan kekuatan) Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung.
Hadis Rasullah s.a.w.(LA TATAHARRAKU DZARRATUN ILLA BI IDZNILLAHI)Arinya:Tidak bergerak satu zarrah juapun melainkan atas izin Allah.Atas dasar pandangan (musyahadah) inilah, maka Nabi s.a.w. tidak mendoakan kehancuran bagi kaumnya yang telah menyakiti beliau.Apabila anda tetap selalu atas pandang (musyahadah) Tauhidul-Af'al dengan penuh yakin (tahkik) maka terlepaslah anda dari pada penyakit dan bahaya syirik-khofi sebagaiman tersebut di atas.Sehingga akhirnya anda akan dapat menyaksikan dengan jelas bahwa segala yang berupa UJUD MAJAZI (ujud bayangan) ini, lenyap dan hilang sirna, dengan NYATANYA NUR UJUDULLAH yang hakiki.Apabila secara terus menerus anada latih dengan pandangan musyahadah demikian sedikit demi sedikit dengan tidak tercampur baur antara pandangan lahir dan pandangan batin, maka sampailah anda pada suatu makom (tingkatan) yang di namakan MAQOM WIHDATUL AF'AL.Pada tingkatan ini bererti fana (lenyap) segala perbuatan makhluk, perbuatan anda sendiri atau perbuatan yang lain dari anda kerana "nyatanya" perbuatan Allah Yang Maha Hebat.

Tauhidul Asma (Ke-Esa'an Nama Allah s.w.t.)
Kafiat (cara-cara) memusyahadahkan tentang keEsaan nama-nama Allah s.w.t. adalah sebagai berikut:"Pandang dengan mata kepala kita lalu syuhud (pandang) dengan matahati, bahwa segala nama apapun juga pada hakikatnya kembali kepada sumbernya ialah nama Allah s.w.t."Alasanya ialah, bahwa nama apapun juga yang ada di dalam alam ini tentu ada yang memberi nama (ujud musamma).Dalam arti hakiki sudah jelas bahwa "tidak ada yang maujud/diadakan kecuali Allah."

Firman Allah swt:
“Tiap sesuatu itu “halikun” (maujudnya) bukan di atas wujud yang sebenar) kecuali (setiap sesuatu itu) wajah Allah semata-mata.”(28:20:88)Segala yang maujud (yang diadakan) pada hakikatnya hanyalah khayalan(kosong) atau waham (sangkaan) belaka, bila dinisbahkan (dibandingkan) dengan UJUD ALLAH.Contoh yang dapat kita kemukakan, misalnya sekeping kaca yang tembus warnanya, lalu diwarnakan dengan bermacam-macam warna.Kemudian diletakkan di bawah cahaya matahari, tentu akan terlihat beraneka warna pada bumi sebagaimana warna yang tercantum pada kaca tadi.Disitu dapat terlihat jelas bahwa cahaya matahari tidak terpisah cerai dengan zat matahari sendiri dan tidak pula berpindah cahaya matahari itu tadi.Adanya bermacam warna pada bumi menunjukkan keEsa'an matahari.Maha suci Allah dari contoh dan misal,maka pahamilah dengan kata-kata yang baik dan sempurna, semoga anda dapat memahaminya dengan kasih sayang Allah s.w.t. dan dapat sesuai dengan maksud yang sebenarnya.Andai kata telah berhasil pada makom (tingkatan) ini lalu kemudian TAJALLI HAK TA'ALA (nampak nyata kebenaran Allah Ta'ala) bagi kita dari celah-celah dinding mazhar (kenyataan) ini dengan dua macam nama (isim) maka semua yang berupa mashar tersebut lenyap sirna didalam keEsa'an (ahadiyat) Allah s.w.t.Apabila TAJALLI ALLAH TA'ALA (nampak nyata) dengan asmaNya/ nama-namaNya ZHOHIRUN terhadap hambaNya,niscaya si hamba itu akan dapat melihat bahwa segala akwan (kejadian) semua ini adalah KEBENARAN ALLAH,sepanjang pengertian bahwa zohir akwan itu adalah dengan ZOHIRNYA ALLAH.Berdirinya akwan itu dengan nyatanya qoyyumiyahNya (sifat qiyamuhu ta'ala binafsi) berdiri Allah dengan sendiriNya dan KEKALNYA ALLAH s.w.t. Kerana tidak akan mungkin bagi akwan ini ada dengan sendirinya.Dan tidak akan mampu si hamba membedakan satu persatu segala akwan ini.Jelasnya hanya pada suatu pengertian bahwa makhluk ini hanya sekedar mazhar/sandaran semata-mata.Si hamba dapat memandang (musyahadah) bahwa Allah adalah hakikat segala sesuatu sebagaimana yang difirmankan oleh Allah didalam al-Qur'an:"FA AINAMA TUWALLU FASTAMMA WAJHULLAHI"Artinya:Kemanapun kamu mengadap, disanalah Ujud Allah.Maksudnya, kemanapun dan dimanapun akal, hati dan roh ini berhadapan disanalah adanya Allah s.w.t.Makom tauhidul asma ini merupakan makom yan kedua daripada makom orang-orang Arifin yang dianugerahkan Allah Ta'ala kepada orang yang salik atau kepada orang lain seperti orang yang majzub.Makam inilah merupakan natijah iaitu faedah yang diperolehi dan juga merupakan lanjutan makom yang pertama, makom bagi orang yang sentiasa memandang wahdatul Af'al. Makom tauhidul asma inilah yang menyampaikan anda kepada makom yang seterusnya iaitu "Tauhidul Sifat", makom yang ketiga daripada orang-orang A'rif.
Tauhidus Sifat (Ke-Esa’an Sifat Allah swt)
Tauhid  Fil Siffat.
Bagaimana   saya  dapat  memahami  Tauhid  dalam  Maqam ini?.
ILMU Kalimah  yang  menyampaikan  saya  ke  Maqam  ini  harus  di  praktikan  dengan  Ammali  Tauhid  Fi Siffat.
Bab yang ketiga ini menerangkan tauhidus sifat yang bermaksud mengesakan Allah Taala pada sifat yang berdiri pada zat-Nya: iaitu memfanakan segala sifat makhluk sama ada sifat dirinya atau yang lain, di dalam sifat-sifat Allah. Kaifiatnya ialah anda memandang dan musyahadah dengan mata hati dan beriktikad bahwa segala sifat yang berdiri pada zat-Nya seperti semuanya itu sifat-sifat Allah Taala. Hal ini demikian kerana tidak ada zat yang bersifat dengan sifat-sifat tersebut pada hakikatnya melainkan Zat Allah Taala jua. Di adakan sifat-sifat ini pada makhluk, atas sekadar pinjaman (majaz) dan bukan pada hakikatnya.Cuma sifat-sifat tersebut adalah sifat-sifat Allah Taala jua.Apabila sudah tahkik pandanganmu dengan keadaan demikian, nescaya segala sifat makhluk fana dalam sifat-sifat Allah Taala, hamba itu tidak mendengar melainkan dengan pendengaran Allah Taala, hamba itu tidak melihat melainkan dengan penglihatan Allah Taala, hamba itu tidak tahu melainkan dengan pengetahuan Allah Taala, hamba itu tidak hidup melainkan dengan hayat Allah Taala, hamba itu tidak berkata-kata melainkan dengan perkataan Allah Taala, dan begitulah seterusnya dengan sifat-sifat-Nya yang lain. Dalil yang menunjukkan bahwa hamba tidak mempunyai sifat-sifat tersebut dan yang ada pada hamba itu muzhar sifat-sifat Allah Taala ialah sebagaiman firman Allah Taala, dalam hadis Qudsi:Erinya: ”Tidak menghampiri orang-orang yang menghampiri diri pada-Ku umpama mengerjakan apa yang Aku fardukan ke atas mereka dan sentiasalah hamba-ku berdamping diri kepada-Ku dengan mengerjakan ibadat sunat hingga Aku kasihkan dia. Maka apabila Aku kasihkan dia, nescaya adalah Aku pendengarannya yang ia mendengar dengan Dia, pertuturan lidahnya yang ia bertutur dengan Dia, penampar tangan yang ia menampar dengan Dia, berjalan kakinya yang ia berjalan dengan Dia, dan fikiran hatinya yang ia berfikir dengan Dia.”Kaifiat mentajalli sifat Allah Taala ialah memandang hak Taala, bahwa hamba yang mendengar itu dengan Allah Taala, maka segala keadaan yang didengar oleh hamba fana bersama diri-Nya.Apabila telah tetap mentajalli sifat mendengar itu dalam hati, maka akan melihat sifat yang lain pula sehingga habis satu persatu seperti sifat Basar, Kalam, Ilmu dan Iradat. Anda juga akan melihat hamba itu tidak melihat dirinya bersifat demikian yang hanya menerima daripada sifat-sifat Allah Taala jua.Apabila semua sifat yang lain terhapus, maka tajalli pula sifat-sifat Allah Taala ke atas kita dan kita akan melihat, hamba itu yang bersifat Haiyun (hidup).Apabila sifat Hayat itu Fana daripada diri,ternyatalah bahawa tidak ada yang hidup melainkan Allah Taala.Apabila anta telah berhasil memperolehi makam fana, ketika itu jadilah kita baqa bisifatillah (kekal dengan sifat-sifat Allah). Ketika itu juga, kita memperoleh kemenangan kerana dapat mengenal-Nya dengan pengenalan yang layak dan sempurna.Oleh itu jadilah kita ketika itu fana fisifatillah (terhapus dalam sifat-sifat Allah) dan baqa bisifatillah.Ketika itu juga,Allah Ta’ala akan memberitahu kepada kita segala rahsia sifat-Nya yang mulia.Kesimpulannya, makam tauhidus sifat inilah makam yang tetap dan teguh. Apabila sudah habis mentajallikan semua sifat itu di dalam hati, maka dianugerahkan oleh Allah Ta’ala kepadanya pada masa itu kekuatan yang dapat menanggung tajalli zat jika dikehendakinya.Makam inilah yang akan menyampaikan orang yang Arif itu kepada makam yang di atasnya iaitu makam tauhiduz zat, makam yang keempat daripada semua makam orang-orang Arif. Tauhiduz Zat (Mengesakan Zat)
Kafiat mengesakan Allah Taala pada zat itu ialah melihat dengan mata kepala dan mata hati, sesungguhnya tidak ada yang maujud dalam wujud ini hanya Allah Taala saja.Cara ini dilakukan dengan menfana’kan kesemua zat kita dan zat yang lain daripada zat kita (segala makhluk) di bawah Zat Allah Taala.Atau dengan kata lain, tidak ada yang maujud melainkan Allah Taala sendiri yang wujud dan wujud yang lain selain Allah Taala.Oleh itu, wujud yang lain itu bukanlah maujud dengan sendirinya, hanya ia maujud dengan Allah Taala itu qaim (berdiri) dengan wujud Allah Taala dan ia tidak qaim dengan sendiri.Oleh itu wujud yang lain daripada Allah Taala itu adalah khayalan berlaka.Ini bererti ia ditempatkan pada yang sudah maklum iaitu pada tempat yang diadakan dan waham (sangkaan dan batal) yang dinisbahkan kepada wujud Allah Taala.
Tujuh Tingkatan Nafs
Firman Allah swt: “Maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu .Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu, maka Allah akan menerima taubatmu”.(A-Baqarah:54)
Maksudnya , yang dibunuh adalah watak akunya nafsu, supaya si nafsu menjadi patuh dan tunduk mengikut hati nurani, ruh dan rasa dekat kepada-Nya.
Melahirkan manusia yang hanya (mempunyai) ilmu semata-mata tanpa disertakan kebersihan rohani akan membawa kepada keegoan dan perdebatan yang tiada habisnya.
Adapun tujuh nafsu beserta tenteranya adalah sebagai berikut:
1)Nafsu Amarah.Letaknya didada agak sebelah kiri.Tenteranya senang berlebihan,dengki,dendam,iri hati,sombong,riyak,takabbur,suka marah, dan akhirnya tidak mengenal Tuhannya.(Yusuf:53) ”Sesungguhnya Nafs (manusia) menyuruh berbuat kejahatan rendah.”

2)
Apa  dia  Nafs  Lawamah?.
Di Manakah Maqam nya  dalam  Jasad Insan?.
Bagaimana  hendak  mengenal  Nafs Lawamah ini?.
Di  medan  mana  saya  dapat  mengenal  Nafs ini?.
Apa kah  senjata  yang  harus  saya  gunakan  untuk berjihad  dengan Nafs ini?.
Adakah  dia   bersekutu  dengan  Iblis  dan  Syaitan?.
Nafs Lawwamah.Letaknya ada di dalam hati sanubari di bawah susu yang kiri kira-kira dua jari.Tenteranya:Ujub,senang di puji,memuji diri, menunjuk, khianat,menganiaya,bohong.Allah menyebut jiwa ini di dalam Al-Qur’an surah Qiyamah ayat 2,”Dan Aku bersumpah demi jiwa yang mencela.”
3)Nafsu Mulhimah.Tempatnya kira-kira dua jari kearah susu yang kanan dari tengah dada.Tenteranya, suka memberi,sederhana,menerima apa adanya, belas kasih, lemah lembut, merendah diri, taubat, sabar dan tahan menghadapi kesulitan serta siap menanggung betapa beratnya melaksanakan kewajipan.Allah menyebut jiwa ini di dalam Al-Qur’an surah Al-Syam ayat 7-8,”Demi diri (manusia) dan yang menyempurnakannya (Allah).Lalu diilhamkan (Allah) kepadanya mana yang buruk dan mana yang baiknya.”
4)Nafsu Muthmainnah.Tempatnya dalam rasa kira-kira dua jari kea rah susu kiri dari tengah dada.Tenteranya:Senag sedekah,tawakkal,senag ibadah,senang bersukur kepada Tuhan,rida kepaha hukum dan ketentuan Allah dan takut pada Allah. Allah menyebut jiwa ini di alam Al-Qur’an surah Al-Fajr ayau 27, ”Hai jiwa yang tenang.”

5)Nafsu Radhiyah:Tempatnya dalam rasa, dalam hati nurani dan seluruh jasad.Tenteranya:peribadi yang mulia,zuhud,ikhlas,wara,ridha,menepati janji.Allah menyebut jiwa ini di dalam Al-Qur’an surah Al-Fajr ayat 28,”Kembalikanlah kepada Tuhanmu dengan hati yang redha.”
6)Nafsu Mardhiyah.Tempatnya di alam yang samar, mengarah kira-kira dua jari ketengah dada.Tenteranya:Baik budi pekerti, bersih dari segala dosa makhluk, rela membantu kesusahan makhluk,senang mengajak dan memberi pandangan kepada ruhnya makhluk.Allah menyebut jiwa ini di dalam Al-Qu’an surah Al-Fajr ayat 28, “Dan di redhaiNya.”
7)Nafsu Kamilah.Letaknya mengarah kedalam dada yang paling dalam.Tenteranya:ilmu yakin dan haqqul yakin.Allah menyebut jiwa ini di dalam Al-Qur’an surah Al-Fajr ayat 29-30,”Masuklah dalam golongan hamba-hambaKu dan masuklah kedalam syurgaKu.”

BERNILAINYA SETIAP KETIKA KELUAR-MASUK NAFAS


Ketahuilah setiap ketika keluar masuk nafas kita ada penilaiannya ke atas kita kerana ia memerlukan tajalli(manifestasi) dan tajalli itu pula memerlukan makrifat.Dan makrifat itu pula mewajibkan kita berpelakuan ubudiah(tetap merasa diri sebagai hamba Allah) yang mana paling minima perlakuan ubudiah itu ialah tidak iktiradh di atas takdir yang menimpa kerana melihat betapa lemahnya diri sedangkan Tuhan tetap tegak bersendirian dengan segala keagongan dan kebesaran-Nya.Oleh itu setiap nafas itu hendaklah kita guna pakai dalam memanfaatkannya untuk berjalan menuju Tuhan.Ada empat jenis tajalli yang patut di perhatikan dalam setiap masa keluar masuk nafas iaitu:

1.Manifestasi dlm bentuk rupa dan warna seolah-olah dalam lukisan.

2.Manifestasi dalam lakuan,tindakkan dan kejadian.

3.penzahiran dalam sifat,kualiti atau juga watak sesuatu perkara.

4.tajalli atau manifestasi Zat(andainya di kurniakan).

Jelas betapa besar dan luasnya peranan dan fungsi nafas dalam kehidupan yang di kurniakan Tuhan kepada kita dan dalam usaha kita berhubung dengan Tuhan kita Allah SWT.Nafas boleh digunakan sebagai alat untuk mengingati Allah yang diperintahkan kepada kita pada setiap saat dan situasi kita kerana ialah di gelar BAPAK SEGALA ZIKIR.Ini kerana apabila seseorang itu sudah menguasainya atau sudah sehati maka ia akan terus tenggelam dalam zikir itu dan mencapai darjat SOLATUD-DAIM.Bila mana sudah berhimpun NAFAS,AMFAS,TANAFAS DAN NUFUS  dalam lautan zikirullah maka ia insaAllah  mencapailah darjat nyawa mukmin sejati atau darjat di sebut INSAN SIRRULLAH.

Justeru itu jalan menuju ke arah Allah yang di cinta boleh berdasarkan bilangan nafas kita yang keluar masuk yang di katakan berjumlah 24,000 sehari semalam maka sebanyak itulah bilangan zikirnya terhadap mahbubnya yaitu Allah SWT.Demikian juga dia telah memenuhi adabnya terhadap Tuhannya kerana nafas itu di jadikan demi untuk Tuhan tetapi bukan untuk diri hamba namun begitu setiap nafas itu sebenarnya adalah khazanah amal yang memberi mamfaat kepada hamba juga.Maka kita tidak seharusnya sibuk dengan makanan jasmani yg boleh melalaikan tetapi sibuklah dengan nafas yang tidak luput dengan zikirillah dan makanan nafas yang sebenarnya ialah zikirillah.Demikianlah betapa ahli sufi dan ahli hikmat memandang berat dan amat berharganya ilmu nafas itu yang boleh membuka pula ilmu miftahul-ghaib.

Ilmu nafas juga merupakan MURAQABAH yang tinggi dalam makam SULUK.Ada pun kehendak nafas,amfas,tanafas dan nufus kepada tuannya(badan)ialah supaya menjadi salah satu daripada lima yang berikut:

1.Menjadi orang solihin

11.Menjadi ahli taqwa

111.Menjadi hamba yang SEMBAHYANG BERKEKALAN (solatud-daim).

1V.Supaya sentiasa dalam musyahadah `Syuhudul wahdah fil kathrah atau syuhudul kathrah fil wahdah.

v.Supaya ada Zat Insan kepadanya.

Ada juga satu lagi kaedah untuk mencapai darjat HUDHUR berasama ilmu zikir nafas ini dengan melakukan juga MURAQABAH THARFATUL AIN (kelipan mata) dengan jalan mentahkikkan(kesungguhan hati) dengan MEMANDANG HAQ TAALA dalam bathinnya dan (dengan musyahadah) tampak ZAHIR-NYA pada setiap masa.Sehingga dengan pemandangan demikian secara SIRR terjadilah pengawasan Allah SWT ke atas segala gerak gerinya lalu menghasilkan HUDHUR HAQ dan melimpahruahkan pengawasan NYA ke dalam hati dan setiap anggota tubuh badan hamba NYA dalam segala gerak dan diamnya pada setiap saat waktu dan situasi.Seseorang yang mahu tahkik dengan ilmu nafas dan tareqat amalan ini dalam perjalanan kerohaniannya hendak lah ia mencari Mursyid yang Rabbani yang mempunyai tali temali amalan ini supaya ilmu dan amalannya menjadi baik yaitu sempurna.

Wallahu `alam.


GODAAN DAN COBAAN.......ILMU MA'RIFATTULLAH

Siapa saja yang mempelajari dan mendalami ILMU MA'RIFATTULLAH pasti akan menerima GODAAN dan COBAAN yang disebut FASE - FASE PERJALANAN SPIRITUAL YANG NYATA DAN YANG GHAIB............

Mereka yang mendapat GODAAN DAN COBAAN terdiri dari 2 golongan, yaitu :

1. Golongan UMUM, yaitu : Seseorang yang belajar dan mendalami Ilmu Ma'rifattullah karena mendapat HIDAYAH TERBUKA HIJAB atau mendapat PANGGILAN JIWA.

2. Golongan LADUNI, Yaitu : Seseorang yang belajar dan mendalami Ilmu Ma'rifattulah karena MENERIMA ANUGERAH LANGSUNG DARI ALLAH SWT yang terdiri dari :

A. Golongan yang menerima ANUGERAH AL HIKMAH

Alquran surat Albaqarah 269, Allah swt berfirman :

" ALLAH MENGANUGRAHKAN AL HIKMAH ( pemahaman yang dalam tentang alquran dan As sunnah ) kepada siapa saja yang Dia kehendaki dan barang siapa yang dianugerahi AL HIKMAH itu maka ia benar-benar telah di anugerahi karunia yang banyak dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran dari firman allah “

B. Golongan yang menerima ANUGERAH NIKMAT

Surat Alfatihah ayat 7 :

“ Jalan orang-orang yang telah Engkau ANUGERAHKAN NIKMAT kepada mereka,bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat “

FASE-FASE yang dilalui sangat beragam namun memiliki kesamaan dan seolah telah " DISESUAIKAN " dengan tingkat pemahaman dan usia...............namun GOLONGAN LADUNI di JAMIN AKAN MENERIMA GODAAN DAN COBAAN YANG SANGAT BERAT..........

Sebagai contoh , FASE PERTAMA dari kedua golongan tersebut diatas dan masih berusia dibawah 35 Tahun akan mengalami UJUB atau SOMBONG DAN SELALU MEMBANGGA - BANGGAKAN DIRI KARENA ILMUNYA .........., hal ini terjadi karena merasa telah mendapatkan ILMU YANG LUARBIASA DAN TIDAK SEMUA ORANG BISA MENERIMA DAN MEMAHAMINYA...........

Pada FASE UJUB ini seseorang akan mencari - cari lawan DISKUSI atau DEBAT untuk menguji KEILMUANNYA dan MEYAKINKAN DIRI BAHWA ILMU YANG DIMILIKINYA SUDAH BENAR DAN SUDAH PADA TAHAP YANG TINGGI............, Jadi " HARAP MAKLUM JIKA BERTEMU SESEORANG YANG BERADA PADA FASE INI "

FASE ini hanya sementara sampai MENYADARI BAHWA DIA TIDAK BERILMU DAN ILMU DARI ALLAH SERTA PEMAHAMAN ILMU JUGA DARI ALLAH SWT.............

Pada FASE ini jika tidak bertemu teman DISKUSI atau DEBAT bisa berakibat SAKIT BAIK PHISIK MAUPUN MENTAL karena TIDAK TERSALURKAN..................Itulah salah satu sebab mengapa PAGE KITAB TEBERUBUT ini terbuka untuk umum karena salah satu tujuannya untuk menyalurkan mereka yang berada di FASE UJUB ini..............

SEKILAS PENGERTIAN MENGENAI UZLAH BUAT MENYUCI JIWA.


Uzlah atau khalwat terbagi kpd dua bahagian


1.Uzlah zahiriah


2.Uzlah batiniah.


Uzlah zahiriah ialah pergi menjauhkan diri drp hal hal keduniaan.Memencil diri di satu tempat yg terhindar daripada gangguan manusia dan hingar bingar duniawi agar orang ramai terselamat daripada kelakuannya yg tidak baik atau yg tidak diingini(jika ada)dan dia sendiri terselamat daripada kekacauan dan gangguan orang ramai.
Tujuan uzlah ialah memproses diri dlm penyucian serta mengikis daki dosa dan noda dengan tumpuan berzikirillah dan bertaubat kpd Allah swt.Ia juga harus banyak bertafakur memikirkan ciptaan Ilahi dan sedar diri sebagai hamba yg banyak berdosa dan kesalahan yg jika tidak diampuni Allah swt.
Si Salik(orang beruzlah-khalwat)juga hendakkah berhasrat dgn cara ia beruzlah itu maka kewujudannya,egonya,nafsu amarahnya dan berbagai kerenah yg tak moleknya seperti lidahnya yg suka menyakiti orang, kata kata yang sia-sia..matanya melihat perkara yg haram,telinganya mendengar perkara yg haram kakinya berjalan ke tempat tempat yg haram dan anggota tubuh bergeliman dgn perbuatan haram dan maksiat dll.Dirinya juga tidak lagi ada yang boleh menggangu gugat atau menyakiti orang lain...dan melalui uzkah itu moga dapat ia mendidik diri rohaninya menjadi suci demi kepentingannya dlm perjalannya menuju dan mendapat redho atau hamba yang de-facto di sisi Allah.
Apabila seseorang mengambil keputusan beruzlah maka niatnya hendaklah kerana Allah semata...dirinya dianggap duduk dlm kubur(meninggal dunia)lalu berharap diampuni Allah dan berharap mendapat keredhaan Allah dengan ingatannya kpd Allah menjadi lebih teguh.


2.Uzlah batiniah..ialah membuang daripada hati semua perkara yang bersangkut paut dengan keduniaan,kejahatan,keegoan,makan minum berlebihan,kenafsuan dan melupakan dari hati/ingatan kpd keluarga,suami,isteri dan anak pinak dan apa jua selain Allah..ingatan pada segala masa dan tempat hanya kpd Allah semata-mata.Fikiran dan penglihatan serta pendengaran terhadap selain Allah(Ghairullah)hendaklah dibuang terus daripada diri sang hamba.
Wabillahi taufiq Walhidayah.As-Salam.