Laman

Jumat, 25 Oktober 2013

Nung Dan Nang

 

3. Nung

bungaBagi sesiapa yang melakukan Neng (semedi) dan berhasil menciptakan Ning (mengheningkan akal nafsu), maka akan terpilih untuk mendapat anugerah daripada Allah.  Dalam Neng sejati akan datang cahaya dzat Allah melalui Sir,  lalu ditangkap olih ruh dan seterusnya olih jiwa untuk diolah olih jasad untuk menjadi prilaku utama.

Prilaku itu  selalu konstruktif dan kehidupan orang itu  selalu bermanfaat untuk orang ramai.

4. Nang

Orang yang terpilih (nung) akan selalu terjaga dalam amal perbuatannya, ini merupakan kemenangan dalam Laku Prihatin. Kemenangan yang berupa anugerah kenikmatan dalam segala bentuk,… dan meraih kehidupan yang sejati.

Kehidupan yang dapat memberi manfaat (rahmat) untuk seluruh makhluk dan alam semesta. Orang itu  akan meraih kehidupan yang sejati, selalu merasa cukup, tenteram lahir dan batin, tidak dapat dianiaya orang lain dan selalu beruntung dalam kehidupannya di dunia ini.

Masyaallah

Indahnya Keadilan Dalam Islam….

Suatu ketika, Amirul Mukminin, Ali bin Abi Talib KW, menemukan baju perangnya di tangan seseorang lelaki Nasrani. Ali mengadukan lelaki itu kepada Syuraih, yang ketika itu menjabat sebagai hakim. Ia mendatangi Syuraih lalu berkata, “hai Syuraih, kalaulah lawanku itu seorang muslim niscaya aku akan duduk bersamanya. Akan tetapi ia adalah seorang Nasrani, Rasulullah SAW telah bersabda, “jika kalian berpapasan dengan mereka di tengah jalan, maka desaklah mereka ke pinggir jalan dan rendahkanlah mereka seperti Allah telah merendahkan mereka tanpa bersikap melampaui batas.” Kemudian Ali berkata, “baju perang ini adalah milikku, aku tidak pernah menjual dan tidak pernah pula menghadiahkannya.”

Syuraih berkata kepada lelaki Nasrani tadi, “bagaimana tanggapanmu terhadap tuduhan Amirul Mukminin tadi?”

Lelaki Nasrani itu berkata, “baju perang ini adalah milikku. Dan dalam pandanganku, Amirul Mukminin bukanlah seorang pendusta.”

Syuraih menoleh kepada Ali dan berkata, “wahai Amirul Mukminin, adakah bukti-bukti atas tuduhanmu?”

Ali tertawa sembari berkata, “Syuraih benar, aku tidak punya bukti.”

Syuraih memutuskan baju perang itu adalah milik lelaki Nasrani. Lalu lelaki Nasrani itu mengambilnya, ia berjalan beberapa langkah, kemudian kembali dan berkata, “Aku bersaksi bahwa ini adalah hukum para Nabi, Amirul Mukminin mengajukan diriku ke majelis hakim, dan majelis hakim memutuskan hukum atas diriku. Aku bersaksi bahwa tiada Illah yang berhak disembah kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya. Demi Allah, baju perang ini adalah milikmu wahai Amirul Mukminin, aku mengikuti pasukan ketika engkau berangkat ke peperangan Shiffin dengan mengendarai untamu yang berwarna abu-abu”

Ali berkata, “karena engkau sudah masuk Islam, maka ambillah baju perang itu.” Maka lelaki itupun membawanya dengan kudanya. [Bidayah wa Nihayah, Ibnu Katsir]

Hadis riwayat Aisyah RA.: Bahwa orang-orang Quraisy sedang digelisahkan oleh perkara seorang wanita Makhzum yang mencuri. Mereka berkata: Siapakah yang berani membicarakan masalah ini kepada Rasulullah saw.? Mereka menjawab: Siapa lagi yang berani selain Usamah, pemuda kesayangan Rasulullah saw. Maka berbicaralah Usamah kepada Rasulullah saw. Kemudian Rasulullah saw. bersabda: Apakah kamu meminta syafaat dalam hudud Allah? Kemudian beliau berdiri dan berpidato: Wahai manusia! Sesungguhnya yang membinasakan umat-umat sebelum kamu ialah, manakala seorang yang terhormat di antara mereka mencuri, maka mereka membiarkannya. Namun bila seorang yang lemah di antara mereka mencuri, maka mereka akan melaksanakan hukum hudud atas dirinya. Demi Allah, sekiranya Fatimah putri Muhammad mencuri, niscaya akan aku potong tangannya. (HR Bukhari Muslim)

Islam adalah agama yang tidak pernah memandang kedudukan sosial seseorang. Kedudukan seseorang di dalam Islam tidaklah ditentukan oleh darah bangsawan yang dimilikinya, tidak diukur berdasarkan tinggi rendahnya jabatan/kekuasaan yang dipegangnya, tidak dinilai berdasarkan banyak-sedikitnya harta kekayaan yang ia miliki.

Tiap orang memiliki kedudukan yang sama di hadapan hukum Islam. Anak Nabi, Amirul Mukminin, bangsawan, pejabat, pedagang, petani, bahkan orang-orang non-muslim seperti Yahudi dan Nasrani, semuanya akan diperlakukan dengan adil, dan bisa mendapatkan jaminan keadilan di dalan naungan pemerintahan Islam.

Bagaimana mungkin orang-orang yang beriman tidak mau berbuat adil, padahal Allah SWT telah memerintahkan demikian,

Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Maaidah:

Menempatkan/memberikan sesuatu sesuai dengan proporsinya, tidak berat sebelah dalam memberikan keputusan, bersikap obyektif dan bijak, adalah keluhuran sikap yang pasti memukau setiap anak manusia.

Inilah salah satu sisi kemilau cahaya keindahan Islam, menjunjung tinggi keadilan.